Chapter - 15. Knowing The Killer

129 21 4
                                    

HAPPY READING 📖

-------------------------------------------

"Rea!" Richard berlari ke arah Andrea, ingin memberinya sesuatu lagi. Ia sudah merencanakan, setelah pulang akan memberikan boneka kecil sebagai hadiah permintaan maaf. Semoga saja yang satu ini tidak ditolak karena sudah terlalu lama ia menunggu moment ini. Bersamaan itu pula, ia harus menahan geram saat Matthew menghampiri Andrea dan tersenyum kecil padanya. Tak ingin mereka bermesraan di depannya, ia cepat-cepat menghampiri mereka, namun mereka sudah pergi. Ia mendesah kecewa lalu terkejut saat mobil pamannya bertengger manis di dekat parkiran.

Ia memutar bola mata. Rencananya sudah gagal. Ia tidak bisa memberikan apa-apa untuk Andrea. Ia tidak bisa memberikan hadiah ini. Padahal ia sudah meletakkan mantra agar Andrea kepincut padanya. Sayang sekali, semuanya tidak berhasil.

Dengan kekesalan, ia ke mobil pamannya lalu masuk dan duduk dengan kejengkelan yang tak berakhir.

"Dia gebetanmu?"

Richard mengangguk lesu. "Dia sudah berpacaran dengan teman sedivisiku."

"Astaga." Tawa geli semakin membuat Richard jengkel. Kenapa orang-orang ini senang sekali melihatnya menderita? Padahal ia sedang di masa kecewa berat.

"Siapa namanya?"

"Andrea Walcott," kata Richard menggebu-gebu. "Seharusnya dia menjadi pasangan sehatiku, bukan si curut itu!"

Suasana berubah hening dan sedikit mencekam, namun Richard tak menyadari dan sibuk mencibir. "Kalau tahu dia direbut, sudah kujadikan istri sebelumnya."

"Kau mengenal ayah dan ibunya?"

Richard mengangguk cepat. "Jelas! Aku seperti penguntit. Kalau dia tahu, mungkin aku sudah ditampar." Richard tertawa kecil, membayangkan hal-hal nakal yang ia lakukan, akankah Andrea marah besar?

"Siapa?"

"Rizzo dan Kimberly Walcott."

"Pemilik Wall's Company?" Richard berdehem mengiyakan, masih tak sadar perubahan ekspresi sosok yang kini menggenggam erat stir.

"Paman Avery, kau menyukainya?" Yang dipanggil, masih terdiam, bersandar di kursi kemudian memandang ke depan dengan tatapan kosong. Senyum miring tersungging.

"Paman?" Mendadak ia terpaku saat pamannya bergumam rendah yang masih bisa ia dengar.

"Ayahnya pembunuh ibumu."

Mulut Richard sedikit terbuka, matanya mengerjap, menyesuaikan kalimat itu agar bisa diserap.

"Jangan bercanda, Paman." Ia tertawa paksa. Bagaimana bisa sosok ini melontarkan dark joke yang menyangkut ibunya?

"Aku tidak bercanda. Ayah Andrea adalah penyebab kematian ibumu. Grichela."

"Jangan membawa ibuku ke topik bercandaan kita, Paman. Kau tahu kalau aku tak pernah suka topik itu dibicarakan." Kini Richard tak lagi sehangat tadi. Ia menatap dingin Avery Bradley, paman yang kini menjaga sepenuhnya ia dari kecil. Bagaimana bisa pria ini mengangkat topik sensitif yang paling tak mau ia dengar, bahkan menuduh ayah Andrea sebagai pembunuh meskipun ia tahu ibunya dibunuh. Namun, sudah lama sekali ia tak mau tahu tentang itu. Ia ingin mengubah masa depannya menjadi lebih baik tanpa bayangan masa lalu.

Avery bersandar tenang. "Aku tahu kau tidak pernah mau mengetahui pembunuh ibumu. Nyatanya, kau menyukai anak dari seorang pembunuh. Aku mengenalnya. Aku tahu siapa Rizzo Walcott. Dia psikopat gila yang membunuh siapa pun yang menghalangi jalannya. Bahkan memiliki tiga jiwa. Kalau kau hidup di zaman kami, kau akan paham dan merasa tak ingin berurusan dengannya."

Unexpected Destiny ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang