Saat kecil, Jeonghan terlahir prematur dan tubuhnya terbilang sangatlah lemah. Penyakit jantung yang ia alami sejak dini sungguh membuatnya harus berhati-hati dalam mengerjakan semua hal. Seperti ia tidak diperbolehkan lari, mengerjakan hal yang terbilang berat. Dan diharuskan meminum obat untuk menopang hidupnya. Jika tidak, lelaki itu akan koma selama berminggu-minggu karena kondisinya yang terus melemah hingga hari ke hari.
Dan disuatu hari pun terjadi. Sebuah kecelakaan yang sangat tidak disengaja terjadi disekolahnya. Pagi itu Jeonghan terlambat kesekolah karena bangun kesiangan. Tidak seperti sebelum nya, ia terbilang sebagai anak yang sangat berprestasi dan tidak kenal yang namanya telat. Tapi pagi ini ia malah melakukan nya.
Pada akhirnya, ia dihukum oleh salah seorang guru penjaga gerbang sekolah untuk membersihkan sekitar dari kolam renang yang dimiliki oleh sekolah. Sebenarnya pekerjaan ini masih sanggup ia kerjakan karena hanya membuang sampah yang ada di sisi kolam, itu saja tidak ada yang lain.
Namun pada saat itu, saat ia sedang membersikan tepat di pinggir kolam dan hanya beberapa senti saja, kakinya akan menyentuh pinggiran dalam dari kolam itu. Sekelompok pembully pun datang. Mereka adalah anak-anak nakal yang tengah membolos pelajaran di saat pelajaran tengah berlangsung.
Tiga anak laki-laki datang menghampiri Jeonghan. Jeonghan yang menyadari nya pun ikut bertatapan sengit dengan mereka. Yang namanya pembully dapat dipastikan mereka akan main tangan. Dan benar saja.
Jeonghan didorong begitu kuat hingga tercebur kedalam kolam. Ia sama sekali tidak bisa berenang dan tidak diperbolehkannya berenang karena kondisi nya yang tidak memungkinkan.
Ketiga anak laki-laki itu pergi dengan wajah puas, penuh tawa licik dan tidak ada rasa mengasihani pun kepada jeonghan yang sudah mulai kehabisan nafas. Tangannya terus meronta-ronta keatas agar dirinya masih muncul dipermukaan air, mulutnya terus bersuara untuk meminta tolong meski sesekali tersedak air kolam. Berharap ada orang sekitar yang mendengarnya dan menolongnya.
Tetapi naasnya, pandangannya mulai memburam dan gelap. Nafasnya tercekat dengan air kolam yang masuk kedalam kerongkongan nya. Tubuhnya semakin melemah, begitu juga dengan detak jantung kecilnya yang berdetak semakin lambat. Tangan dan juga kakinya terasa keram.
Sampai hanya suara panggilan saja yang terdengar seperti gema dalam telinga nya, hingga pada akhirnya ia tak sadarkan diri dengan tubuh yang terus tenggelam.
Dan ia pun koma dinyatakan selama bertahun-tahun. Selama bertahun-tahun itu juga, tubuhnya sudah tampak membaik dan berisi karena saat setelah operasi terjadi tubuhnya tampak sangatlah kurus. Tidak ada sel otot yang terbentuk di sekujur tubuhnya.
Sampai suatu waktu, jantungnya berhenti berdetak.
<==>
"Sowon."
Yang dipanggil menolehkan kepalanya kearah suara dengan tangan yang masih bergerak mengolesi selai diatas selembar roti. Senyum mengembang saat melihat siapa yang menyapanya.
"Mama. Selamat pagi."
"Pagi, sayang. Tumben sekali kamu bangun sepagi ini, apa akan pergi kuliah?"
Sowon menggelang. "Tidak, Mama. Ayah hari ini mengajak Sowon untuk pergi ke perusahaan. Karena.. Mungkin sebentar lagi Sowon akan menikah dan Ayah juga akan mengambil hari pensiunan nya." Suara Sowon terdengar sendu. Dan Sang Ibu juga menyadarinya.
Anaknya belum siap untuk menikah. Nyonya Jung mendudukan diri di samping Sowon duduk yang masih fokus kepada selembar rotinya. Dapat dilihat jika raut Sowon masih tidak tenang seperti semalam. Dan tampak sangat kelelahan. Sowon yang menyadari tatapan sendu dari sang Ibu pun menaruh rotinya dan kembali menoleh. Kini dengan senyum tipis namun terpaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stepsister (END)
Romance⚠ I'm warning you • GxG • Mature content Gfriend fanfiction Present: @LyzaxElyn