21 ; He lied to me

515 38 1
                                    

Sowon terpaku diam dihalaman rumah nya. Lebih tepatnya di depan pintu rumah nya yang masih tertutup rapat. Disebelah nya Eunha juga terdiam sambil menggenggam erat tangan Sowon dalam perasaan was-was. Tidak ada yang lebih menakutkan daripada apa yang terjadi setelah mereka membuka pintu itu.

Masih dengan perasaan campur aduk, entah harus menunggu atau masuk. Sowon terus memantapkan jiwa dan mentalnya. Tak peduli jika harus keluar dari rumah diakibatkan pengusiran yang dilakukan sang Ayah, terpenting ia tidak akan bisa berpisah dengan Eunha.

"Eonnie.. "

"Eum?" Sowon bersahut tanpa menoleh.

"Apa.. kita akan benar masuk?"

Jam masih menunjukkan pukul enam pagi, dan juga ini adalah weekend. Yang dimana kedua orang tuanya tentu berada di rumah, tidak pergi bekerja.

"Kita akan masuk-- Bibi??"

Sowon sedikit tergelak melihat pintu tiba-tiba saja terbuka dan menampakkan Bibi Im muncul dari dalam. Bibi Im yang melihat keduanya tentu tak kalah terkejut. Beberapa saat mereka hanya saling memandang satu sama lain.

Sowon menangkap tatapan Bibi Im. Bagaimana cara wanita paruh baya itu dan Eunha secara bergantian dengan tatapan ruam muka seperti sedang melihat sang anak mendapatkan kejuaraan. Terharu dan sedih, itulah yang menggambarkan raut wajah Bibi Im saat ini dalam penglihatan nya.

Sejenak ia ter hamburkan dari lamunannya disebabkan oleh Bibi Im yang menarik satu tangannya dan mengelus telapaknya. Wanita itu tersenyum. Entah apa maksud dibalik senyuman itu, Sowon merasa lega dengan itu.

"Eum.. Bibi. Apa Papa dan Mama ada di dalam?" Tanya Sowon dengan nada terkesan berlirih. Sementara Eunha hanya diam.

Bibi Im menatapnya dan mengangguk kecil. "Mereka sudah menunggu kalian diruang tamu hingga tidak tidur. Mereka khawatir dengan kalian berdua."

Tentu hal yang di dengar membuat keduanya tercengang. Apa benar kedua orang tua mereka menunggu semalaman? Dan seperti nya, apa yang dikatakan Naeun juga benar adanya. Menyuruh mereka berdua pulang tanpa rasa khawatir lagi, dan Eunha pun sudah diberitahu kan oleh Sowon tadi pagi di hotel, sebelum mereka berangkat pulang.

"Sowon, Eunha, masuklah.. "

<==>

Ceklek..

Sowon dan Eunha membuka pintu menyebabkan kan suara pintu yang terbuka itu mengeluarkan suara cukup nyaring. Satu langkah, dua langkah mereka menjejaki lantai rumah. Dan dihadapkan dengan ruang tamu, yang dimana sang Ibu mereka sedang duduk disana, menatap kepulangan anak mereka yang sedang dinantikan.

Nyonya Jung tersenyum haru melihat keduanya. Wanita itu berjalan mendekati pintu, Sowon dan Eunha masih berdiri diam disana dengan tangan yang saling bertaut dan hal semakin membuat hati nya menghangat.

Eunha menatap Ibu nya penuh harap.

"Kalian sudah pulang?"

"Mama.. " Lirih Eunha, matanya berkaca-kaca melihat Ibunya tersenyum padanya. Dan bahkan dari raut wajah, Eunha melihat ibunya sangatlah dilanda ke khawatiran.

"Mama bersyukur kalian pulang dengan selamat. Ayah dan Mama tidak bisa--"

"Mama, maaf.. " Nada Eunha terdengar sudah kesegukkan. Ia tak bisa menahan tangisannya lagi. Nyonya Jung tersenyum, dan beralih menatap Sowon yang sedari tadi menatap nya.

"Temuilah Ayahmu. Ada suatu hal yang ingin ia bicarakan denganmu."

"Mama.. Sowon minta maaf.. " Sowon menatap nya lemah. Walaupun sudah mengetahui tentang hubungan mereka sedari awal. Tetap Sowon merasa bersalah hingga saat ini, berani mencintai adiknya sendiri.

My Stepsister (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang