"Eonnie, aku tidak ingin pulang."
Kepala reflek tertoleh kearah Eunha yang duduk di kursi penumpang disampingnya. Justru satu alis Sowon terangkan menatap kediaman Eunha yang sedari menatap lurus ke arah depan. Eunha bersuara tepat setelah mobil terhenti dilampu merah.
Pada belokan selanjutnya adalah arah kerumah, tetapi Eunha mengatakan jika dirinya tidak ingin pulang. Sejenak Sowon berpikir, mungkin ini semua karena kejadian di restoran, dan masalah di rumah belum juga selesai. Ia juga sebenarnya takut, apa yang terjadi nantinya jika ia membawa Eunha pulang.
Sembari melepas gasnya dan kembali melaju namun dengan belokan yang berbeda, Sowon masih menyelam pikirannya. Mungkin ia akan membawa Eunha ketempat penginapan yang tidak jauh dari sana.
Sesekali Sowon melirik ke arah Eunha yang hanya diam. Terlihat bahwa kedua tangan Eunha mengepal kuat di atas pahanya dengan wajah tegang.
"Sayang, are you okay?" Sowon memegang tangan itu dan mulai terasa lemas, satu tangan lagi ia gunakan untuk menyetir. Eunha menoleh, menganggukkan kepalanya seraya berucap.
"A-aku takut.."
Raut wajah Sowon menegang, segera ia mencari parkiran penginapan yang ia tahu tidak jauh dari perjalanan mereka, dan berhenti disana. Mobil telah terparkir sempurna, Sowon langsung turun dan memutari mobil untuk mencapai kursi penumpang Eunha.
Pintu terbuka, Eunha menoleh kearah Sowon yang berdiri di sampingnya. Wajahnya masih sangat ketakutan, dan Sowon menyadari itu.
"Kita bicarakan ini didalam, ya?" Eunha mengangguk mengiyakan permintaan Sowon, ia menyambut tangan Sowon dan turun dari mobil.
Selama ia mengandeng tangan Sowon, saat itulah pikiran Eunha terus tidak bisa diam walau hanya sedetik. Ketakutan terus menghantui nya, ia takut dengan apa yang terjadi pada ibunya di rumah keluarga Kim. Ia bingung harus apa sekarang.
Apa ibunya baik-baik saja sekarang? Ia tidak tahu pasti bagaimana watak asli dari Ayah tirinya itu, tapi setelah melihat reaksi tempo hari lalu, saat Sowon ketahuan menjalin hubungan dengan seseorang, Ayahnya tampak sangat marah besar.
Mereka berdua telah masuk ke dalam kamar. Eunha duduk di sofa ruang tamu kamar yang luas itu, sementara Sowon membersihkan diri dalam kamar mandi. Pikiran Eunha berkecamuk tak karuan. Bagaimana ia bisa tenang sekarang.
Tak berselang lama, Sowon keluar dari kemar mandi dengan bathrob melapisis tubuhnya dan satu handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambut biasanya. Melihat Eunha yang termenung dengan tatapan kosong, memaksa Sowon untuk menghampiri nya, dan duduk disebelahnya.
Sowon meraih tangan Eunha diatas paha gadis itu, dan menariknya. "Eunha-ya," Panggilan Sowon menyadarkan nya dan membuat tatapannya teralihkan pada ukiran wajah bak paripurna disebelah nya itu. Lagi-lagi Eunha merasa semakin jatuh hati pada Sowon.
Tangan Sowon bergerak mengelus pipi Eunha, lalu tersenyum hangat, ingin menghilang kan kekhawatiran pada Eunha untuk sementara.
"Bersihkan dulu badanmu, aku akan bertanya ke Bibi Im bagaimana keadaan rumah sekarang, karena Ayah jika sudah marah, tidak akan bisa terkendali tanpa diri ku."
"Apa benar.. akan baik-baik saja, Eonnie?"
Sowon mengangguk yakin. Akhirnya setelah yakin, Eunha pergi beranjak masuk ke kamar mendi, dan Sowon menghela nafasnya setelah mendengar percikan air dari dalam. Tepat setelahnya, ponselnya berdering diatas nakas. Segera Sowon mengambilnya dan menarik keatas tombol hijau lalu menempelkan nya pada daun telinga.
"Halo, Naeun?"
"Sowon-ah, kau baik-baik saja? Kau ada dimana sekarang?" Terdengar suara Naeun menyahut di seberang sana dengan nada khawatir.
![](https://img.wattpad.com/cover/294021845-288-k609293.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stepsister (END)
Romance⚠ I'm warning you • GxG • Mature content Gfriend fanfiction Present: @LyzaxElyn