Di dunia ini kesedihan pasti akan dibuat dalam beberapa versi tersendiri. Tidak akan ada yang menyangkal nya jika itu sudah ada dalam di hati setiap orang. Terkadang mengimajinasikan nya saja sudah membuat sebulir air mata dapat mengalir dari pelupuk mata dan dapat begitu derasnya jika berpikiran terlalu dalam.
Setiap orang akan menemukan jawaban dari setiap kesedihan tersebut saat sudah menemukan akar kesedihan itu. Tinggal menerimanya saja dan berpikir apa yang harus dilakukan setelah nya.
Tak dapat dipungkiri lagi. Kehilangan seseorang yang sangat dicintai akan menjadi penyakit hati yang tidak bisa dihilangkan dalam sekelip mata. Apalagi jika itu adalah seseorang yang selalu menemani kita dari lahir hingga bisa mencapai dewasa.
Dan itulah yang Sowon rasakan sekarang. Gadis bertubuh tinggi itu berdiri didepan sebuah guci putih dihiasi pernak-pernik emas yang indah. Sebuah bingkai foto pun terpampang di sebelahnya.
Sowon memandanginya dengan tatapan lesu. Kedua kantong matanya terlihat menghitam. Ia berniat mengunjungi Ibunya hanya untuk mengutarakan perasaan nya dan bercerita apa yang telah ia alami.
"Mama, aku datang." Per-kata mulai ia tuturkan dengan lirih. Air mata nya tak dapat dibendung lagi.
Sowon melangkah maju dan menaruh sebuah buket bunga mawar putih di depan guci abu tersebut. Bunga mawar putih adalah bunga kesukaan Ibunya, dulu saat ia masih menginjak di bangku sekolah dasar. Ibunya mempunyai sebuah taman bunga tepat di depan halaman rumah, setiap pulang sekolah ia selalu mendapati sang Ibu sedang menyirami bunga-bunga tersebut sambil tersenyum riang.
Ibunya selalu mengajarkan nya bagaimana cara bercocok tanam dengan benar. Sampai ia pun juga sangat menyukai bunga, sama seperti Ibunya. Setiap hari ia selalu menyirami dan menjaga bunga-bunga tersenyum agar terus mekar dan terlihat indah.
Namun sampai ketika. Ibunya pun jatuh sakit dan mengalami serangan jantung lalu meninggalkan nya untuk selamanya. Dan pada saat itu juga ia menjadi tidak berminat untuk berurusan lagi dengan namanya bunga dan pada akhinya pun bunga-bunga tersebut hanya akan diurus oleh Paman Im sampai sekarang.
"Bagaimana kabar Mama? Mama sehat disana?.. Sowon merindukan Mama.. "
Isakan mulai terdengar.
"Mama, Sowon bingung.. "
Tangisnya pecah seketika itu juga.
<==>
Glup.. Glup
Brak!
"Hahh... "
Musim dingin pada negara tertentu, Alkohol akan menjadi minuman paling tepat untuk menghalau suhu dingin yang begitu menusuk tubuhnya, sebab alkohol akan menjadi penghangat tubuh mereka yang terasa begitu menyengat saat masuk kedalam tenggorokan. Disitulah sensasinya.
Namun berbeda dengan orang yang hanya akan minum dalam beberapa botol sekaligus. Hal itu dilakukan disaat mereka dalam fase stress dalam hidup dan tekanan. Menjadikan alkohol sebagai tempat pelarian mereka hingga mabuk dan melupakan segala masalah mereka.
Ini adalah awal botol kedua yang diminum oleh Sowon. Kedua pipinya sudah tampak memerah tetapi kesadaran masih tetap berada dalam dirinya. Satu botol soju tidak akan membuat nya mabuk. Mengingat jika dia mempunyai perangai yang sedikit liar dengan berpergian ke-bar.
Satu tegukan kembali ia lakukan dan kembali menuangkan Soju itu kembali ke gelas kecil yang biasa digunakan bersama dengan Soju. Tetapi seseorang tampak langsung menariknya sebelum ia berhasil menggapai gelas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stepsister (END)
Romance⚠ I'm warning you • GxG • Mature content Gfriend fanfiction Present: @LyzaxElyn