Waktu terus berjalan tanpa adanya hentian, seperti yang orang katakan. Hidup itu seperti roda berputar dan akan terus berputar sampai tidak mengenal waktu yang pas untuk berhenti, seperti itulah yang dialami semua orang terutama Eunha.
Eunha termenung memikir hal apa yang akan ia lakukan setelah ini. Duduk di salah satu kursi tepat didalam perpustakaan kampusnya, memandangi sebuah buku dengan tatapan kosong yang baru saja ia ambil sekitar setengah jam yang lalu tepat saat ia memasuki perpustakaan.
Wajahnya hanya seperti boneka yang tidak bergerak namun tidak dengan otaknya yang terus berpikir keras dan juga mendalam. Setelah mendapati sebuah kutipan yang tertulis pada kertas di satu halaman buku.
'Don't think what you think, but think what other people are thinking'
Eunha terus memahami kata-kata itu dan hanya tidak bisa mendeskripsikan nya lewat perkataan yang bisa di ucapkan dengan mulutnya. Dan inilah alasan mengapa ia berpikir keras hanya untuk mencari kalimat yang pas untuk menjelaskan kutipan itu secara singkat namun dapat dipahami.
"Kau seperti patung saja."
Suara itu menghamburkan lamunannya secara cepat. Membuatnya menggeleng dengan mata di gerjapkan lalu beralih pandang orang yang sedang duduk disebrang meja nya.
"Ne?"
SinB meletakkan bolpennya diatas buku setelah sebelum nya ia melakukan gerakan memutar-mutar bolpen diantara jari yang disebut penspinner. Melipat kedua lengannya diatas meja untuk menumpu tubuhnya, memajukan sedikit tubuhnya. Tatapannya tidak lepas dari Eunha, seperti mengintimidasi gadis itu.
"Aku penasaran dengan apa yang kau baca, sudah lima belas menit kau terus mengetuk meja dan bergumam tidak jelas" Ungkap gadis itu, melemahkan kedua bahunya lalu menggapai langsung buku milik Eunha dan kembali bersender pada kursinya. Memerhatikan tulisan-tulisan itu dengan seksama.
Tak lama berselang, tampak kerutan pada keningnya muncul sambil membolak-balikan halaman buku itu, walaupun ia tidak begitu paham dengan isinya namun membuatnya penasaran.
"Yah.. Nampaknya aku harus mengambil kursus bahasa Inggris, kalimat-kalimat ini membuatku pusing."
Eunha tampak hanya diam dan hanya sesekali mengangguk pelan.
"Tapi.. "
Kedua alis Eunha terangkat seketika.
"Aku mengerti dengan kutipan ini."
SinB membalik buku tersebut sehingga menghadap ke arah Eunha lalu dengan satu jari menunjuk pada sebuah kalimat dengan ukuran masih dapat di lihat dengan jarak sejauh itu. Alis Eunha pun terangkat menjadi satu dengan kepala sedikit miring saat melihat bahwa yang ditunjuk oleh SinB adalah kutipan sebelumnya ia baca dan pikirkan.
"Kau mengerti?" Tanyanya
SinB menganggukkan kepalanya semangat.
"Yerin Eonnie pernah menjelaskannya padaku, dia bilang seperti ini.. " SinB sengaja menggantung ucapannya sejenak, menutup buku itu dan menaruhnya dibawah lipatan lengannya dan tatapan berubah serius hak itu membuat Eunha menelan ludahnya kasar. Entah ia merasa gugup secara tiba-tiba
Saat ingin membuka mulut, SinB malah terkekeh sendiri melihat ketegangan pada raut wajah Eunha
"Ya.. Tidak bisakah wajahmu itu sedikit santai?. Kau terlalu kaku, Eunha"
"Ya! Cepatlah" Eunha kesal karena SinB malah menertawakan nya saat ia sedang ingin serius
"Baiklah-baiklah.. Begini.." SinB memulai penjelasannya
"Simple saja, Jika seseorang memberitahu suatu hal padamu dan kau sendiri tidak memahami apa yang dia katakan, maka.. kau lah yang harus bergerak untuk melihat pergerakan orang tersebut. Dengan kata lain kau sendiri harus memahami karakter orang tersebut bukan penjelasan apa yang
dia katakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stepsister (END)
Roman d'amour⚠ I'm warning you • GxG • Mature content Gfriend fanfiction Present: @LyzaxElyn