22 ; Repair as before?

467 32 4
                                    

Waktu seilir berganti dengan cepat, begitu tidak terasa bahkan bagi Eunha. Gadis itu sedang menyantap sarapannya sebelum pergi ke kampus. Ia tidak sendiri, ada sang ibu yang menemaninya sejak tadi, sedang berada di dapur, menyiapkan sarapan untuk anggota keluarga yang lain, bahkan untuk Sowon.

Eunha tidak benar menyantap sarapannya dengan nikmat, roti dengan selain coklat yang ia pegang rasanya begitu hambar bahkan sebelum ia mencicipi nya. Ia lebih memperdulikan pikirannya yang menyelam entah kearah mana, rasanya ingin meledak, namun ia tetap menampung semua itu.

Sowon, kakak nya. Lebih mendominasi pikirannya sat ini. Gadis itu kesayangan nya itu, sudah tidak keluar kamar sejak tiga hari yang lalu, bahkan makan dan minum selalu Bibi Im yang mengantarkan. Eunha bingung dengan keadaan Sowon, mental gadis itu sudah tidak baik-baik saja, namun saat ditanya perihal keadaan, gadis itu berlagak seolah baik-baik saja. Eunha tak bisa menerimanya.

"Eunha.."

"Y-ya, Ma?" Ia menoleh saat ibunya memanggilnya dari ambang pintu dapur. Sambil membawa dua piring berisikan omlete dan roti, hanya makanan sederhana untuk sarapan.

Ibunya tersenyum sambil meletakkan kedua benda yang dibawa di atas meja makan, lalu duduk disebelah Eunha. Wanita itu tersenyum hangat melihat anaknya, ia tahu apa yang sedang dipikirkan Eunha sedari kemarin, sudah pasti mengenai Sowon.

Sejujurnya saja, ia pun khawatir dengan anak sambung nya itu. Sudah tiga hari lamanya, tapi tidak adanya perkembangan gadis itu mau keluar kamar. Ia pun bingung akan melakukan apa. Mungkin setelah sarapan, ia akan kembali ke kamar gadis itu.

"Mama yakin, Sowon akan baik-baik, dia hanya butuh waktu untuk menerima ini semua."

"Lalu, bagaimana dengan Papa?"

"Papa tidak bisa pulang. Sedari kemarin dia menginap di kantor hanya tidak mau Sowon semakin membenci nya kalau berada dirumah, dan tenang saja, dia baik-baik saja." Nyonya Jung melirik jam, kemudian kembali pada Eunha yang hanya termangu atas perkataan nya, "Sebaiknya, sekarang pergi ke kampus, bukannya ada kelas pagi?"

Eunha mengangguk pelan, "Aku akan pergi sebentar lagi setelah pamit dengan Sowon Eonnie."

"Baiklah, berikan semangat ke kakak mu, sayang."

Eunha beranjak dari kursinya dan berjalan keatas, tepat dimana kamar Sowon berada. Sebelum ia masuk, ia mengetuk pintu itu sebanyak tiga kali. Dan tidak mendapat jawaban dari dalam, mungkin saja Sowon masih tidur sekarang. Eunha pun mendorong pintu kamar gadis itu yang tidak terkunci.

Kamar nya masih gelap namun pintu balkon nampak terbuka. Eunha berjalan perlahan menuju pintu tersebut, mungkin saja Sowon sedang berada disana.
Dan benar, saat jarak pintu sudah sangat dekat, ia melihat seseorang yang paling ia sayang, seseorang yang sangat ia cinta tengah berdiri disana sambil memeluk tubuhnya dan bertopang pada pagar balkon. Rambutnya yang terurai, terbang tertiup angin pagi yang dingin.

"Eonnie?" Panggilnya pelan.

"Hum?"

Sowon berbalik, dan terlihat lah seberapa kacaunya diri Sowon sekarang. Eunha dapat melihat nya begitu jelas, dan dalam keadaan seperti itu, Sowon masih bisa tersenyum kepadanya.

"Eunha? aku mengira siapa yang mengetuk. Kemarilah."

Eunha menurut dan mendekati Sowon. Matanya tidak bisa lepas dari sosok dihadapannya sekarang. Sebuah dorongan membuat dirinya langsung merengkuh tubuh itu dengan lembut. Eunha sedikit meringis saat merasakan tubuh Sowon yang terasa semakin kurus, padahal sejak awal ia menempati rumah ini, Sowon sudah terlihat kurus.

Sowon pun menerima pelukan Eunha dengan senang hati. Menikmati wangi gadis itu dari puncuk kepala, gadis itu sudah ingin kembali pergi ke kampus, ia tahu akan hal itu. Beberapa saat hanya saling memeluk sama lain dalam diam, dan pada akhirnya Eunha membuka suaranya.

My Stepsister (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang