11

26 11 0
                                    

••••••Rasa aman serta nyaman itu seolah menjalar ke permukaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Rasa aman serta nyaman itu seolah menjalar ke permukaan. Kini aku merasakan ada aura lain yang menyelimuti dirinya.

-Asyhila-





Tindakan yang terburu-buru pasti hasilnya tidak akan pernah baik. Hanya demi menjaga indentitas diri, seseorang hampir kehilangan nyawa maupun sesuatu yang berharga yang kamu miliki.

Ingatan tentang kejadian beberapa menit lalu masih terputar dan terekam jelas di kepala gadis itu. Rasa takut, rasa khawatir, serta jerit tangis gadis itu bercampur satu dalam satu waktu.

Mempererat jaket milik seseorang yang
telah menolongnya. Nyatanya angin malam masih saja bisa menyeruak kedalam tubuhnya. Gadis itu menatap punggung lebar didepannya.

Tanpa aba-aba gadis itu langsung memeluk laki-laki itu dari belakang. Menenggelamkan wajahnya dipunggung laki-laki itu, sedangkan tangannya melingkar dipinggangnya.

Andra, laki-laki itu hampir tidak fokus mengendarai motornya gara-gara seseorang yang memeluknya tiba-tiba.

Seketika tubuhnya menghangat bersamaan dengan pelukan itu. Mengerti bahwa gadis dibelakangnya kedinginan. Laki-laki itu membiarkan saja tubuhnya dipeluk.

Motor seketika berhenti, mau tak mau gadis itu harus turun dari motor itu.

Mata sembab, rambut yang acak-acakan serta baju yang tidak utuh lagi membuat Syhila malu untuk menatap Andra.

"M-mak-asih, Kak." gugup Syhila meremas jaket yang ia pakai.

Andra hanya mengangguk pelan walaupun Syhila tak melihatnya.

"Masuk." titah Andra lalu berlalu pergi.

Berjalan gontai Syhila memasuki rumahnya yang nampak sepi. Ia pikir setelah ini ia bisa tenang lalu beristirahat dengan nyaman. Nyatanya tidak! Baru ingin menaiki tangga tubuhnya langsung didorong sehingga jatuh ke bawah.

"Bagus! Baru pulang? Kemana aja, lo? Keluyuran hah?!" Aurel bersedekap sambil menatap sinis Syhila yang berada dibawah kakinya.

Kini bukan saatnya untuk menangis atau diam. Bukannya ingin melawan sang Kakak tetapi saat ini ia sangat lelah belum lagi luka dibagian lutut serta sikusnya membuat ia semakin tidak
bertenaga.

"Aku dari rumah, Dinda Kak, gak kemana-mana." jawab Syhila membuat Aurel geram.

"Berani ya, lo sekarang?!" bentak Aurel menarik gadis itu menuju kamarnya.

"Akh! Kak lepas." berontak Syhila mencoba melepaskan.

Aurel semakin tersulut emosi. "Mau ngelawan? Dasar gak tau diri. Keluyuran gak jelas! Dasar murahan!" bentak Aurel menarik Syhila lalu mendorong gadis itu ke dalam kamar mandi.

Asyhila (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang