Bercerita tentang Asyhila Nurqyah Arabella gadis yang polos, lugu, manis dan tidak lupa akan senyuman cerianya ke semua orang. Namun dibalik keceriaan yang gadis alami ini memiliki penderitaan yang enggan untuk berbicara kepada siapapun.
Namun secar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • • • • • Saat aku berpikir untuk menyerah dari kehidupan. Ingatkan aku, bahwa masih ada yang peduli untuk melihatku bangkit dan berjuang.
-Asyhila-
Terik matahari mulai menyelusup masuk kecelah-celah dinding untuk menampakan sinarnya. Malam sudah berganti pagi dan seterusnya nanti.
Nampaknya pagi ini ada yang berbeda. Jika biasanya saat pagi mulai menjemput, gadis mungil itu akan bersiap dan bergegas dengan semangatnya bangkit untuk ke sekolah.
Jangankan bangkit, Membuka matanya saja gadis itu sudah terasa berat mengingat hampir semalaman ia menangis.
Mencoba bangkit, gadis itu merasakan suhu tubuhnya yang meningkat ditambah lagi pusing dikepalanya.
"Sshh." ringis Syhila sambil memegangi kepalanya yang sangat terasa berat.
Dengan keadaan lemas ia mencari-cari ponselnya yang ia temukan di atas nakas.
Mencari nomor seseorang, Syhila memejamkan matanya pelan guna menetralisir rasa sakit yang berlebihan dikepalanya.
Bahkan gadis itu masih setia memejamkan matanya akibat masih ngantuk.
Syhila berdeham sebentar lalu berseru. "Umm.. Dinda aku boleh minta tolong?" ujar Syhila tanpa menjawab gurauan Dinda. Bahkan suara Syhila jelas terdengar lemas dan lesu.
Dahi Dinda dari sebrang sana berkerut. "Yaelah, kek sama siapa aja, lo. Minta tolong apaan, Syhi?"
"Aku hari ini izin ya, gak masuk sekolah dulu." ujar Syhila lalu kembali berbaring ke kasur.
"Apaa? Lo, kenapa? Kenapa gak masuk sekolah? Terus gue dikelas sama siapaa? Huwaa kagak ada temen akutu, Syhi." rengek Dinda dari sebrang sana membuat Syhila terkekeh kecil.
"Aku sakit j-
"APA?! Kenapa bisa Syhi? Gue gak sekolah juga deh, mau nemenin lo đirumah, yaa?" ujar Dinda semangat. Lebih tepatnya semangat ingin membolos.
Mata sendu itu perlahan mulai membulat. "E-eh, gak usah, Din. Aku udah gak papa, cuma pusing aja." tolak Syhila halus.
Ia tidak ingin temannya itu bolos sekolah hanya karna menemaninya dirumah.
Bibir Dinda lantas melengkung kebawah dari sebrang sana. "Perasaan pas di rumah gue, lo baik-baik aja deh, apa jangan-jangan--
"Cuma pusing aja, kok. Gak ada apa-apa." sela Syhila cepat. Gadis mungil itu tak ingin Dinda menebak bahwa Aurel lah yang membuatnya seperti ini. Walau kenyataannya memang benar.
"Yaudah deh, tapi nanti gue boleh jenguk, kan?"
"Boleh, tapi sendiri aja ya." peringat Syhila.
Pasalnya hanya Dinda saja yang tahu tentang dirinya yang ternyata tinggal satu rumah dengan Aurel.