16. HUJAN KELAM

625 57 5
                                    

Happy reading ❤️
Maaf ya besti, mimin lama up nya. Lagi banyak banget kegiatan sampai lupa up ini cerita:(

Suara gemuruh petir mulai menghiasi langit pagi. Semesta yang biasanya ceria mendadak suram bagai kondisi hati Abel. Gadis itu berjalan lemas menuju sekolah. Berusaha mengumpulkan semua keberanian dan tekad agar tetap masuk ke neraka yang tidak pernah dia duga sebelumnya.

"Abel?!" Panggilan yang tidak asing itu membuat langkahnya berhenti tapi tidak berminat untuk menoleh. Dia tahu siapa yang memanggilnya. Suara yang dulu selembut kapas kini bagai petir yang menyambar.

"Kenapa gak balik badan waktu gue panggil? Tuli lo?" Suara yang masih sangat ingin Abel hilangkan. "Gue ngomong sama lo! Bisa gak hargain dikit!".

Dengan berat hati Abel berbalik menatap laki laki yang tubuhnya lebih tinggi darinya. Laki laki itu diam beberapa saat menatap luka di wajah Abel akibat ulah Ajeng. "Sakit? Wajah lo kayanya masih baik baik aja" katanya sedikit merundukkan badan membuat Abel sontak mundur.

"Takut lo? Tenang aja, gue gak minat ngotorin tangan gue buat nyentuh anak pembunuh kaya lo" Abel masih diam mendengarkan laki laki itu. Laki laki yang dulu pernah menjadi telinga baginya.

"Kenapa diem? Jangan bilang Ajeng buat lo bisu?" Alvan benar benar keterlaluan kali ini.

BUGH

Pukulan keras dari Ardhan barusan membuat Alvan langsung tersungkur ke tanah. Laki laki bertubuh tinggi gempal itu langsung pasang badan berdiri di depan Abel menjadi tameng bagi gadis itu. "BAJINGAN! NGAPAIN LO DISINI HAH?!" Teriak Ardhan marah.

"Berisik! Ngapain lo ikut campur hah?" Pandangan Alvan lalu jatuh pada Abel yang bergetar di belakang Ardhan. "Oh, lo kan pacarnya anak sialan itu" wajah Ardhan memerah marah dia langsung mendekati Alvan dan memukul laki laki itu lagi. Namun Alvan tidak tinggal diam. Dia membalasnya sama kuat dengan Ardhan.

Abel panik, dia tidak tahu harus bagaimana lagi. "ALVAN!" Teriakan Yessika sontak menghentikan keduanya. Alvan di tarik mundur Yessika membuat Ardhan dan Abel memperhatikan mereka.

"Ayo Van aku obatin" Yessika lalu membawa pergi Alvan tanpa menghiraukan kedua orang tadi. Ardhan menghela nafas panjang mendekati Abel yang masih diam terpaku di tempatnya.

"Jangan di dengerin, si Alvan emang gila" Abel memperhatikan Ardhan. Terus menatapnya dengan mengingat semua memori mereka bersama. Saat saat dimana Abel terpuruk dan laki laki ini yang selalu ada untuknya.

"Bel, gue tau ini sakit tapi jangan sampai berubah" tatapan yang belum pernah Ardhan beri untuknya membuat hati Abel menghangat. "Gue gak berubah Dhan, makasi buat semuanya ya gue ke sekolah dulu" pamit Abel lalu berjalan pergi meninggalkan Ardhan sendiri.

"Pasti sakit banget kalo gue jadi Abel" kata Erlangga di atas motornya bersama pasukan Cendrawasih lainnya.

"Gue juga pasti bakal jadi pendiem kalo keguncang hal kaya gitu, gak kebayang seberat apa hari Abel di Gemilang" tambah Dimas ikut bersuara lalu mendekati Ardhan yang masih menatap Abel.

"Dhan, gue tau lo sayang pake banget ke Abel, kasih dia ruang buat dirinya sendiri" Ardhan menatap Dimas. "Gue tau, gue berusaha ngerti dia" jawab Ardhan berjalan menuju motornya.

"Lo jangan galau Dhan, gak cocok sama cover berandalan lo" Erlangga kembali bersuara membuat Ardhan menatapnya sengit. "Bacot lo keripik kentang, berangkat" serunya setelah membalas ucapan Erlangga barusan.

ALVANZO [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang