19. KEMBALI LAGI

625 55 8
                                    

Happy reading ❤️

"Kamu kembali, tapi sebagai luka bukan cinta".
- Abellia Bianca Rosa.

-----------

"Terima kasih pernah menjadi bahagia yang pernah singgah meski sementara".
-Alvanzo Gabian Mahardika.

-------------


"Abel!" Panggil Lisa menghampiri Abel yang berjalan menelusuri koridor sendirian. Seperti biasanya gadis itu selalu tampil ceria, namun Abel terkejut karena melihat rambut Lisa yang sudah terpotong se bahu.

"Lo kapan potong rambut Sa?" Tanya Abel menatap penampilan baru temannya itu.

"Kemarin, dadakan sih. Gue udah pernah bilang kan Bel, gue bakal potong rambut pendek kalau berhenti suka sama kak Bastian" jelas Lisa lalu Abel mengangguk setuju. Sebenarnya Abel juga lelah melihat Lisa yang terus mengejar Bastian tapi tidak ada feedback dari laki laki itu.

Tanpa mereka sadari Bastian sedari tadi berjalan di belakang mereka menahan rasa terkejut setelah mendengar ucapan Lisa tadi. "Gue emang bego banget sih udah suka sama orang kaya dia" Bastian menyimak keduanya dengan seksama.

"Gue tahu dia gak mungkin cocok bersanding sama gue yang kaya rempeyek udang, dia standarnya tinggi, ya kaya Diana gitu. Kalo sama gue jelas ke banting gue" Lisa menjepit setengah rambutnya dengan jedai lalu bersiap berbicara lagi.

"BASTIAN!" Keduanya sontak berhenti saat melihat Diana melambai pada mereka, lebih tepatnya pada Bastian yang ada di belakang mereka. Diana berlari menghampiri Bastian membuat keduanya sontak meminggirkan diri, dan terjadilah adegan pelukan lagi di depan mata Lisa.

"Maaf ya aku berangkat duluan" kata Diana memeluk erat Bastian membuat keduanya jadi pusat perhatian. Sementara Bastian membalas pelukan Diana dengan rangkulan di pinggang Diana.

"Iya" Bastian menatap Lisa lalu raut wajahnya berubah seolah meminta Lisa untuk tidak berfikir macam macam.

Lisa berjalan pergi disusul Abel. "Kenapa sayang?" Tanya Diana membuat Bastian kembali sadar dari tatapannya pada Lisa.

"Enggak, ayo ke kelas".

"Sa? Mau kemana?" Tanya Abel mengekori Lisa. " tapi gadis itu tidak menyahut dan memilih menuju tangga ke rooftop.

Lisa duduk di kursi kayu panjang menghela nafas panjang dan mendongakkan kepalanya. Abel duduk di sebelahnya ikut melakukan hal yang sama tapi Abel tidak memejamkan matanya. "Gue gak mau, tapi gak bisa" Abel diam mendengarkan Lisa kembali berbicara.

"Kata Mama gue, kadang kita emang harus merelakan seseorang yang kita sayang meskipun menyakitkan tapi emang harus" Lisa membuka matanya menatap langit biru yang indah.

"Merelakan seseorang bukan cuma tentang membiarkannya pergi dengan pilihannya, tapi mengikhlaskan semua tentang dia" Abel tertegun. Kadang Lisa bisa menjadi sebijak ini kadang bisa seperti reog.

"Lo juga gitu Bel, kalau udah tau Kak Alvan jahat jangan jatuh hati" Lisa tersenyum menahan nyeri di hatinya yang semakin membuncah. "Suka boleh tapi tahu diri penting. Jangan kaya gue, suka gak tau diri".

Terdengar isakan kecil dari Lisa. Abel tahu temannya menangis tapi Abel tidak mau menahannya. "Keluarin aja semua Sa, kalo di tahan jadi penyakit".

"KENAPA SIH GUE HARUS SUKA SAMA ORANG YANG GAK SUKA SAMA GUE!!" Teriak Lisa frustasi. Abel mengusap punggung Lisa menenangkannya, baru kali ini dia melihat Lisa sefrustasi itu.

Abel menengok kebelakang dan terkejut melihat Bastian yang termangu di tempatnya. Abel yakin pasti Bastian mendengar teriakan Lisa barusan, laki laki tinggi itu berjalan mendekati keduanya lalu menatap Abel seolah meminta agar di beri ruang bersama Lisa. Abel berdiri lalu mundur, sementara Bastian beralih duduk di samping Lisa.

ALVANZO [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang