20. KEPERCAYAAN

674 53 10
                                    

Happy reading ❤️.

"Harusnya memang dari awal aku tidak jatuh padamu, agar sakitnya tak separah ini".
- Abellia Bianca Rosa.

****

"Dia yang pertama, bukan kamu.
Dia yang membuatku jatuh hati, tapi kenapa kamu yang selalu membuatku ragu akan pilihanku"
- Alvanzo Gabian Mahardika.

----------

Suara bel mulai berbunyi menandakan pelajaran kali ini agar segera berlangsung. Abel berjalan bersama Lisa dengan cukup santai menuju ke kelas, beberapa hari terakhir anak anak yang menganggunya sudah tidak melakukan hal itu lagi. Kemarin setelah bertemu dengan Ardhan, Abel di ajak menemui Ajeng. Gadis itu sangat kacau, dan berkat Abel Ardhan mau melepaskannya.

Kini saat di sekolah Ajeng memilih untuk menganggap tidak mengenal Abel dari pada dia terjerat masalah lagi dengan Ardhan dan Anak Cendrawasih serta Alfagar."syukur ya Bel dia udah gak berulah lagi" Abel mengangguk setuju.

Sementara itu saat hendak memasuki ruang kelas Abel justru berpapasan dengan Alvan dan Yessika. Laki laki itu menatap Abel begitupun sebaliknya, namun mata Abel justru terfokus pada cincin yang berada di jemari Alvan dan Yessika. Batinnya bergejolak menerka nerka semua hal yang bersangkutan dengan cincin keduanya.

"Ayo Bel" Lisa menarik masuk Abel ke ruang kelas membuat Alvan menatapnya terus menerus. "Ayo Van" ajak Yessika kemudian keduanya kembali melanjutkan langkahnya.

"Sa?" Lisa menoleh pada Abel. "Kenapa Bel?".

"Gue gak tau salah lihat atau gimana tapi, gue lihat kak Alvan sama Yessika pakai cincin yang sama tadi" Lisa menghela nafas menatap sahabatnya itu lalu memegang bahunya. "Maaf ya gue gak ngasih tau lo, gue cuma gak mau lo terus terusan kepikiran tentang kak Alvan, tapi dari yang gue denger dari anak anak katanya kak Alvan kemarin malam tunangan sama Yessika" .

Deg

"tu-tunangan?" Lisa mengangguk.

Kini semuanya terlihat lebih jelas. Alvan memang bukan untuknya, laki laki itu terlalu jauh untuk Abel gapai. Sekarang saja dia sudah bertunangan dengan Yessika, gadis cantik, populer dan tentunya setara dengan Alvan. Sama sama terlahir dari keluarga yang terpandang. Jika di bandingkan dengan Abel? Jelas Abel jauh dari itu semua.

"Bel? Lo gak apa apa kan?" Abel tersenyum lalu mengangguk.

Pelajaran kini di mulai namun Abel sama sekali tidak bisa berkonsentrasi karena isi pikirannya yang sangat ramai. Banyak pikiran yang memenuhi kepala Abel sampai sampai dia tidak bisa fokus sama sekali kali ini.

***

Disinilah Abel sekarang. Rooftop, tempat favoritnya melepaskan semua keluh kesah dan rasa lelah. "Bel?" Panggil Bastian membuat Abel menoleh kaget.

"Bisa ngobrol sebentar?" Abel hanya mengangguk. "Lo pasti udah tau kalau Alvan sama Yessika ya?" Abel lagi lagi hanya mengangguk.

"Gue harap lo sabar ya Bel".

"Gue udah tahu bakal gini akhirnya, kak Alvan terlalu tinggi buat gue gapai. Ibaratnya dia langit dan gue cuma tanah, mana boleh langit di peluk sama tanah kaya gue. Langit harus tetap di pandang sebagai langit kita gak boleh serakah buat memeluknya" Bastian mengangguk setuju.

ALVANZO [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang