Bagian 4

4.5K 444 37
                                    

Hai!

_____

Aska, dengan satu tangan mengemudi mobil, dan satu tangannya lagi mengelus lembut rambut istrinya, Ameera. Mungkin, karena terlalu lelah akibat pernikahan mereka, Ameera langsung tertidur setelah Aska mengelus-elus rambutnya.

Setelah sampai di tempat tinggalnya yang baru, Aska langsung mengeluarkan kopernya dan juga koper Ameera. Rumahnya tidak terlalu luas dan juga besar, hanya bertingkat dua, cukup untuk dirinya dan juga Ameera.

Setelah memasukkan koper, Aska kembali keluar untuk memindahkan Ameera ke dalam kamar. Tapi, saat hendak mengangkat tubuh Ameera, dia sudah lebih dulu terusik dan bangun dari tidurnya.

Ameera melenguh pelan, lalu mengucek matanya di lanjutkan dengan mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya yang sedikit mengabur.

Semua yang di lakukan Ameera tidak luput dari penglihatan Aska. Dia terus memperhatikan Ameera dari awal terusik hingga akhirnya sadar sepenuhnya, dengan senyuman yang terpatri di wajah tampannya.

"Ayok," Aska mengajak Ameera Keluar dari mobil dengan mengulurkan tangannya untuk di genggam oleh Ameera.

Ameera dengan ragu menerima uluran tangan Aska, "Aa kenapa gak bangunin, Meera?" tanya Ameera pada Aska.

Aa, panggilan Ameera untuk Aska. Aska sendiri yang menyuruh Ameera memakai panggilan Aa pada nya.

"Aa, gak tega bangunin kamu, pasti kamu capek." Aska menggenggam tangan Ameera dengan lembut, lalu keduanya masuk ke dalam rumah yang akan mereka tempati bersama keluarga kecil mereka, nanti.

"Kamu ambil wudhu, ya. Kita shalat isya bareng-bareng." Ameera mengangguk lalu masuk kedalam kamar mandi.

"Setelah menjadi suami, kenapa sikapnya makin lembut? kan jadi makin sayang.." batin Ameera girang.

Setelah membersihkan diri dan juga berwudhu, Ameera Keluar dari kamar mandi dengan wajah segar. Ameera membuka kopernya lalu mengambil mukena yang telah Dia lipat.

"Anak rambut kamu keliatan, Meera." Aska memberitahu Ameera yang tengah menggelar sajadah. Ameera berjalan ke arah cermin lalu membenarkan anak rambutnya yang keluar-keluar.

"Udah?" Aska bertanya dengan nada lembut.

"Udah A," jawab Ameera.

"Bismillahirrahmanirrahim. Ayshadu An-la ilaha illallah Ayshadu Anna Muhammada Rasulullah, Allahu Akbar. " Aska memulai gerakan shalat nya dengan mengangkat kedua tangannya hingga ibu jarinya berada di belakang telinga, di ikuti oleh Ameera yang mengangkat kedua tangannya hingga sebatas dada saja. Kemudian keduanya shalat dengan khusyuk, dengan Aska yang menjadi imam.

"Assalamualaikum warahmatullah." setelah tasyahud akhir, Aska mengucapkan salam, dengan awalan menoleh ke kanan terlebih dahulu, kemudian menoleh ke sebelah kiri untuk terakhirnya.

Aska berdoa terlebih dahulu di ikuti oleh Ameera. Selesai berdoa, Aska membalikkan badannya menghadap penuh ke arah Ameera.

Ameera langsung mencium punggung tangan suaminya, setelah Aska membalikkan badan. Aska tersenyum hangat dengan tangan mengelus kepala Ameera yang terbalut mukena, kemudian mencium kening Ameera dengan sayang, tak lupa juga mencium kedua mata Ameera dan kedua pipinya.

"Ya Allah, suami saya kenapa sangat sweet sekali!" batin Ameera menjerit salting.

"Setelah beresin mukena, langsung tidur. Baju-baju di koper, beresinnya besok aja." kata Aska.

"Eeum." Ameera hanya bergumam. Dia tengah sibuk mengontrol jantung nya yang berdetak sangat cepat.

...

"Sini," Aska menyuruh Ameera mendekat untuk ikut berbaring di sebelahnya.

Ameera berbalik setelah selesai melipat sajadahnya, "Kita tidur seranjang, A?" tanya Ameera ragu.

"Iya," jawab Aska

Ameera segera menaruh sajadah dan mukenanya yang sudah di lipat di atas nakas. Ameera mendekat dengan pelan.

"Kenapa 'A?" tanya Ameera setelah berbaring di atas kasur.

"Kenapa jauhan?" Aska berbalik tanya dengan lembut.

"Emang, boleh deketan?" tanya balik Ameera. Dia hanya takut Aska tidak nyaman ataupun risih ketika dia  berada di dekatnya.

"Kenapa harus gak boleh? Kita ini suami istri, Meera." ucap Aska dengan tangan yang mengelus kepala Ameera. Matanya tidak pernah lepas dari wajah cantik milik istrinya.

"Tapi, kenapa waktu kemarin-kemarin Aa selalu jaga jarak sama Meera, bahkan gak pernah mau liat mata Meera?" tanya Ameera lagi.

Aska tersenyum tipis mendengar pertanyaan itu, lalu dia lebih mendekat ke sisi Ameera. "Waktu itu, kita masih dua orang asing. Kita bukan muhrim, dosa kalo terlalu berdekatan. Sekarang Ameera sama Aa udah jadi suami istri, udah halal mau ngapa-ngapain aja." jawab Aska dengan suara yang amat lembut, bahkan tutur katanya tidak pernah kasar.

"Mmm, Aa sayang gak sama, Meera?" Tanya Ameera penasaran.

"Sayang Aa sama kamu itu karena Allah.  Bagaimanapun kita udah di takdirkan untuk bersama. Aa harus sayang sama Meera, karena Meera istri Aa. Meera itu orang yang akan Aa bimbing menuju surganya Allah, Meera itu orang yang harus Aa bahagiain, dan selalu Aa jaga." tutur Aska lembut. Dia menarik Ameera ke dalam dekapan hangatnya.

Ameera sangat senang mendengar kata demi kata yang di ucapkan Aska, bolehkah dirinya egois? Dia tidak ingin kembali ke dunia aslinya, Dia ingin di sini selamnya, bersama sang bunda juga suaminya.

Ameera membalas pelukan Aska, hanya sebentar setelah itu Ameera berbalik membelakangi Aska. Dia ingin tidur kembali.

"Kenapa tidurnya gitu? Meera, istri tidak boleh memunggungi suami. Hukumnya tidak akan di nafkahi oleh suaminya." Aska membalikkan tubuh ramping Ameera agar menghadap ke arahnya.

"Iih, Meera malu tau.." Ameera masuk kedalam pelukan Aska dan membenamkan wajahnya di dada bidang Aska.

"Kenapa malu, hm?" tanya Aska menggoda Ameera.

"Gak tau." jawab Ameera semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang yang nyaman itu.

Aska terkekeh kecil, dengan telaten dirinya mengusap kepala Ameera, kadang memberikan kecupan-kecupan kecil di rambut Ameera.

"Good night, sayang." Aska mengecup seluruh wajah Ameera, dari kening, mata, pipi, hidung, dagu, dan terakhir di bibir Ameera.

Hanya kecupan tipis tidak lebih.

Ameera membuka matanya lebar-lebar, setelah Aska mengecup kilat Bibirnya. Dia mencebikan bibirnya malu. Aska lalu tertawa kecil dan mengeratkan pelukannya.

___

Suamiku fiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang