bagian 20

1.5K 163 10
                                        

Aku kesepian, tapi setidaknya aku setia padamu.

Ceritain tentang hari ini, disini..

.......

Kakinya berpijak pada tanah yang basah, karena semalam hujan deras. 

"Ameera!"

Seseorang memanggil namanya dengan cukup keras, membuat perhatian terpusat pada gadis dengan wajah pucat nya.

Lelaki yang memanggil namanya datang menghampiri nya. Dia tersenyum manis, senyum yang dulunya selalu akan membuat hatinya berbunga-bunga.

"Ya?" Ameera menatap Rafka dengan wajah bingung.

"Ini," Pemuda itu menyerahkan sebuah surat undangan dengan warna hitam dan gold.

"Undangan pertunangan Rafka dan Luvita," gumam Ameera membaca surat undangan tersebut. Alurnya sudah berjalan sangat jauh, ya?

Ameera tersenyum kecil, jika Rafka dan Vita sudah akan bertunangan, itu artinya alur novel berjalan dengan lancar. Dia tidak merusak plot-plot yang ada, dan semuanya akan berakhir happy ending.

"Iya, gue harap, lo bisa datang ke acara pertunangan gue. Sama suami lo," ucapnya memelankan kalimat suami.

"Aku usahain." Rafka menganggukkan kepalanya. "kalo gitu, aku pamit ke kelas. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Rafka pelan, dia menundukkan kepalanya. "Gue pikir, lo bakalan nanya kenapa gue bisa secepat itu lupain lo dan tunangan sama orang lain. Nyatanya lo emang udah lupain gue, ya?"

"Semoga kamu bahagia, saat ini dan seterusnya," ucap Ameera pelan sebelum benar-benar pergi. Setelah itu dia langsung berlalu dari hadapan Rafka.

.........

Ameera dengan setia duduk tenang di kursi halte. Dia sedang menunggu jemputan, sang suami terbaiknya. Dia begitu fokus membaca kata demi kata yang tertulis pada sebuah buku novel.

Terlihat, matanya sudah berkaca-kaca siap menumpahkan air mata. Sesedih itu kisahnya. "kenapa harus mati?" tanyanya pada diri sendiri.

"Kenapa gak antagonis nya aja yang mati? kenapa harus pacarnya yang gak tau apa-apa, yang malahan menderita sampai akhir cerita? Sakiit.. hati Meera sakit!" Ameera terus saja berbicara sendiri. Dia bahkan sudah menangis sekarang.

"Assalamualaikum?" seseorang memegang pundaknya, membuat Ameera langsung menoleh cepat ke samping.

"Aa.."Ameera mencebikan bibirnya. Dia langsung memeluk tubuh tegap Aska dan menangis dalam pelukannya, tentu saja dengan Aska yang dengan setia mengusap-usap lembut punggung Ameera.

"Kenapa, hm?" tanya Aska lembut. Dia memegang kedua pundak Ameera, dia menatap mata coklat terang milik Ameera dengan teduh.

Ameera balas menatap mata Aska, matanya indah. Dia memiliki mata coklat dan hitam, dengan bulu mata yang lentik berwarna sedikit coklat. Dari semua bagian wajah milik Aska, Ameera paling suka melihat matanya, teduh dan memberikan kenyamanan, membuatnya seperti terlindungi.

"Sayang? kenapa?" Tanya Aska sekali lagi.

Ameera menggelengkan kepalanya pelan, "gak papa. Ameera cuma sedih, masa pemeran utama yang ada di novel di bikin meninggal," ucapnya seperti mengadu.


"Masyaallah, kirain kenapa." Aska menggelengkan kepalanya. "Ayo bangun. Kita pulang abis itu kamu langsung istirahat, liat muka kamu pucet lagi, badan kamu juga anget."

Aska menuntun Ameera masuk ke dalam mobil. Dia menutup pintu mobilnya lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Gak mau periksa ke dokter?" tanya Aska khawatir. Sebenarnya Aska tidak mengijinkan Ameera pergi ke sekolah, karena semalam Ameera sempat demam. Hari ini juga wajah istrinya terlihat pucat.

"Gak usah. Meera istirahat di rumah aja. Meera kangen sama bunda, A. Kita pulang ke rumah bunda, ya." Ameera tiba-tiba saja merindukan bundanya itu.

"Yaudah, iya. Tapi kita mampir dulu ya ke apotek, beli obat buat kamu." Kata Aska yang di angguki oleh Ameera.

"Oh iya, ini." Ameera ingat undangan yang di berikan oleh Rafka tadi pagi, di menyerahkan undangan itu pada Aska.

"Undangan?" tanya Aska heran.

"Iya, emm itu loh. anu mantan pacar Ameera dulu, yang waktu itu meluk Ameera di restoran," jawab Ameera pelan, dia takut Aska akan marah mengingat kejadian waktu itu.

"Ouh. Kamu tunggu disini, aku beli obat dulu." Aska melepaskan seat belt nya. Ameera memegang tangan Aska ketika suaminya itu hendak keluar.

"Kenapa?" tanya Aska lembut.

Ameera menggelengkan kepalanya, "Aa, gak marah 'kan?" tanya Ameera hati-hati.

Aska tersenyum tipis, dia menggelengkan kepalanya. "Aa, gak akan pernah bisa marah sama kamu. Itu kan udah masa lalu," katanya mengelus kepala Ameera yang tertutup kerudung.

Ameera tersenyum manis, "makasih udah mau nerima Ameera dengan segala kekurangannya."

"Kembali kasih, udah mau melengkapi hidup, Aa." Aska mencium kening Ameera lama. "aku, keluar dulu." Ameera menganggukkan kepalanya.

.........

Sampai sini dulu...

Mungkin beberapa chapter lagi akan tamat.

Terimakasih sudah mendukung aku hingga sejau ini...

Love gede buat kalian..

Wassalamu'alaikum..

Suamiku fiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang