bagian 14

2K 225 6
                                    

Hai!

______

Ameera dengan segera memasukkan semua alat tulisnya ke dalam tas. Jam pulang sekolah sudah berlalu 15 menit yang lalu, dan ia takut membuat Aska menunggunya lama. Setelah selesai dia dengan segera melangkahkan kakinya keluar, tepat saat pintu kelas di buka, wajah sang suami terlihat olehnya.

"Assalamualaikum warahmatullah, istri, Aa," ucapan salam dengan wajah yang tersenyum lega menyambut nya.

"Wassalamu'alaikum warahmatullah, A," Ameera mencium punggung tangan suaminya, dengan Aska yang mencium keningnya. Itu adalah kegiatan rutin mereka saat berpisah juga bertemu.

Aska menempelkan punggung tangannya di kening Ameera, "anget, pusing gak? ini, bibir kamu juga agak pucet." Aska mengelus pipi Ameera dengan ibu jarinya.

Ameera menggelengkan kepalanya, "Meera, cuma pusing. Ayo pulang, Meera capek," Aska menganggukkan kepalanya. Dia menggenggam tangan Ameera dengan erat.

"Tadi kemana dulu pas bel bunyi? Aa, nungguin kamu di depan gerbang, tapi kamu gak keluar-keluar." Aska bertanya.

Ameera menolehkan kepalanya ke samping, tepat di wajah Aska. "Aa, marah?" tanya Ameera hati-hati.

Aska terkekeh kecil, dia menggelengkan kepalanya, "enggak, Aa khawatir," jelasnya.

Benar, Aska sangat khawatir saat sekolah mulai sepi, tapi Ameera belum juga keluar. Alhasil Aska berniat mencari Ameera ke-kelasnya, tetap saat Aska hendak membuka pintu kelas Ameera, wajah Ameera sudah lebih dulu terpampang jelas.

"Emang tadi kemana dulu, hm?" tanya Aska lagi. Dia membuka pintu mobil, dan melindungi kepala Ameera dengan tangganya, agar tidak tepentuk atap mobil.

Ameera diam beberapa saat, dia menunggu Aska masuk kedalam mobil.  Setelah Aska memasang sabuk pengaman, dia menjawab.

"Perut Meera, pas mau pulang tiba-tiba aja mules, terus ke toilet, tapi pas mau keluar dari toilet, perut Meera mules lagi. Dan itu terjadi berulang-ulang, Meera sampe lemes," jelasnya. Ameera mengelus pelan perutnya, "ini juga perut Meera rasanya, perih."

Aska menyingkirkan tangan Ameera dari perutnya, dan di ganti dengan tangannya, "mau ke dokter?" tanya Aska khawatir. Dia takut terjadi sesuatu pada tubuh Ameera.

Ameera tersenyum tipis, lalu menggelengkan kepalanya, "gak pa-pa, A. Meera cuma capek sama sedikit pusing aja, langsung pulang yuk! Meera pengen bobo."

"Yaudah, kamu bobo aja. Nanti, kalo udah sampe rumah Aa bangunin." Aska mengelus kepala Ameera dengan sayang.

Ameera tidak menjawab, dia memilih menutup matanya. Ameera benar-benar lemas saat ini.

.....

"Sayang..." Aska menepuk pelan pipi Ameera, "sayang, hey. Udah sampe, ayo bangun!" Aska kemudian mengguncang pelan tubuh Ameera. Dia berhenti ketika melihat tanda Ameera akan  bangun.

Ameera yang merasa tidurnya terganggu, mencoba bangun. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia menoleh kesamping lalu tersenyum, "maaf, Meera kalo tidur kayak orang mau mati, hehe.." Ameera menyengir.

"Karena kamu capek, tapi emang kebo si, kalo tidur susah banget di bangunin nya. Astaghfirullah, Aska berdosa," lanjut Aska dalam hati. Dia tersenyum lalu keluar dari mobil. Aska memutari mobil lalu membuka pintu samping kemudi, tempat Ameera berada.

"Abis ini, kalo mau tidur ganti baju dulu, shalat zhuhur." titahAska.

Aska mengulurkan tangannya, membantu Ameera turun, "mau makan dulu? biar Aa masakin," tanya Aska perhatian.

"Enggak usah, Meera mau langsung tidur aja," Aska menganggukkan kepalanya. Dia mengantar Ameera sampai ke kamar mereka berdua.

"Kalo nanti perut kamu sakit lagi, telpon Aa, ya?" Ameera mengangguk, lalu mencium punggung tangan Aska juga pipinya.

"Semangat cari uangnya, A!" ujar Ameera ceria.

Aska terkekeh lucu, Aska balas mencium pipi Ameera, "selamat istirahat istriku sayang," setelah mengucapkan itu keduanya tertawa kecil.

Aska menatap wajah Ameera dalam, "masyaallah, cantik banget." Aska mencuri kecupan di dagu Ameera. Membuat sang empu terdiam.

"Istirahat yang banyak, urusan rumah biar Aa yang urus. Aa, balik lagi ke restoran, assalamualaikum," untuk terakhir kalinya, Aska mengecup kening Ameera dengan lama. Dia tersenyum manis sebelum berbalik.

"Waalaikumsalam," jawab Ameera pelan. Dia menatap punggung suaminya yang perlahan menghilang ditelan jarak.

"Meera, aku bahagia berada di ragamu. Bolehkah aku selamanya disini?" tanya Ameera pada dirinya sendiri. Dia tersenyum miris, dia sampai lupa jika ini bukan kehidupannya.

.........

Punya anak lucu kali ya..

Suamiku fiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang