Assalamualaikum warahmatullaahi..
Kita sampai pada akhir cerita.
.......
"Sayang jangan lari-lari, nak." Aska berucap keras ketika putrinya berlari dengan langkah mungilnya.
"Caca jangan lari-lari, sayang ya?" Aska menggendong putrinya dengan lembut.
"Caca mau ke bunda, ayah," katanya dengan mengerucutkan bibirnya.
"Iya, tapi jangan lari-lari. Nanti bunda marah kalo kamu lari-lari kenceng terus jatoh. Nanti bunda sedih kalo Caca luka." Aska dengan pelan menjelaskan agar putrinya itu paham, dan berhati-hati.
"Caca gak mau bunda sedih," ucapnya dengan wajah murung.
"Makanya jangan lari-lari, takut jatoh. Ya?" Caca menganggukkan kepalanya mengerti.
"Mau digendong aja atau jalan?" tanya Aska memberikan pilihan.
"Jalan aja," jawab Caca mengayunkan kakinya pelan, minta di turunkan.
"Tapi jangan lari, oke?" Caca menganggukkan kepalanya, membuat pipinya bergetar. Aska mengusap kepala putrinya yang tertutup kerudung dengan sayang, mencium pipinya sebentar lalu menurunkan nya dari gendongan.
Aska mengambil nafasnya pelan, menuntun jalannya menuju sang istri. "Assalamualaikum, Bunda," salam keduanya berbarengan.
Aska mencium batu nisan itu dengan lama, disana bertuliskan nama istrinya dengan indah. Aska menghembuskan nafasnya berat, selalu seperti ini. Dadanya selalu sesak ketika dia datang ke rumah terakhir istrinya.
"Ayo baca doa buat Bunda, sayang," ajak Aska dengan suara seraknya. "Angkat tangannya, ya. Dengerin ayah baca doa terus nanti kamu ikutan bilang aamiin."
Aska mengangkat putrinya, mendudukkan di pangkuannya.
"Bismillahirrahmanirrahim..."
Aska memulai doanya dengan basmalah, dilanjut dengan membaca Yassin, dan doa tahlil lainnya.
"Bunda tau gak? Caca udah masuk sekolah. Caca udah belajar baca, belajar itung, belajar ngaji juga sama ayah."
Khansa Alzam Shaquilla. Nama putrinya dengan Ameera, namanya perpaduan dari namanya sendiri dan juga almarhumah istrinya.
Dia mengusap-usap lembut kepala Caca, membiarkan nya bercerita pada sang bunda. Lahir tanpa sosok ibu bukanlah hal yang mudah, dan menjadi sosok ayah sekaligus ibu bagi anak juga bukan perkara yang gampang untuk di jalani.
"Untukmu yang sudah berada pada tempat yang indah, aku menitipkan rasa rinduku padamu. Menjalani hari-hari yang biasa tanpa kehadiran mu adalah hal terberat yang pernah aku alami. Terbiasa akan hadirmu membuat ku terasa begitu hampa. Mencintaimu adalah hal yang paling indah, paling bahagia, dan paling menyenangkan. Terimakasih, istriku."
Aska menatap lembut anaknya. "Udah ceritanya?"
Caca menganggukkan kepalanya, "Ayah gak cerita sama bunda?" Tanya Caca.
"Ayah cerita sama bunda." jawab Aska mengangkat Caca ke pangkuannya.
Caca memiringkan kepalanya, "kapan?"
"Tadi," jawabnya tersenyum
"Caca kok gak denger?"
"Dalam hati, sayang." Caca menganggukkan kepalanya mengerti.
"Kita pulang, ya? Langitnya udah gelap," ajak Aska yang di angguki Caca. "Pamit dulu sama bundanya."
"Bunda, Caca pulang dulu ya. Nanti Caca kesini lagi bareng ayah." Anak kecil itu mengecup batu nisan sang bunda dengan lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku fiksi
Teen FictionBercerita tentang seorang gadis yang bertransmigrasi ke dalam sebuah novel, dan menjadikannya istri dari seorang santri.