Bagian 2

6K 483 5
                                    

Assalamualaikum

___

Saat ini, Ameera tengah makan malam di kamarnya, setelah tadi di antar ke kamar oleh sang bunda. Amara sangat khawatir pada anak semata wayangnya, padahal Ameera sudah tidak apa-apa, dia bisa berjalan walaupun sedikit pincang.

ngomong-ngomong kenapa Ameera bisa sakit? itu karena kemarin dia hampir tertabrak motor, tapi untungnya ada Aska yang menolongnya jadi dia hanya sedikit terserempet dan pingsan karena shock.

Flashback

Aska dan sekeluarga datang ke rumahnya untuk membicarakan soal perjodohan dirinya dengan Aska. Awalnya Ameera menolak, tapi karena ini adalah wasiat dari sang ayah maka dia harus menerimanya dengan lapang dada.

Keluarga mereka sepakat untuk melakukan ta'aruf terlebih dahulu agar mereka bisa mengenal lebih dekat satu sama lain. Amara menyuruhnya pergi ke supermarket untuk membeli sesuatu, tapi di temani oleh Aska.

"Aska, temani Meera belanja," titah sang ayah. Bagus Winata, nama ayah Aska, sedang sang ibu bernama Fatma Winata.

"Baik, Yah." Aska berdiri dari duduknya, setelah berpamitan Aska dan Ameera pergi ke supermarket dengan mengendarai mobil.

Setelah sampai Aska turun di ikuti Ameera, "Aska mau ikut masuk?" Ameera bertanya pada Aska dengan pandangan ke depan.

"Iya," jawab Aska dengan menunduk.

"Aska di dalem aja biar Meera yang masuk." Ameera menolak saat Aska ingin ikut masuk.

"Bagaimana jika belanjaan nya banyak? Aska turun saja." Aska kembali menjawab pertanyaan Ameera.

"Gak papa, Meera cuma beli beberapa kok." Ameera segera melangkahkan kakinya masuk ke supermarket.

Aska menghela nafasnya, sebenarnya dia tidak nyaman berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahram nya. Dia kembali masuk ke dalam mobilnya dan menunggu.

Setelah beberapa saat akhirnya Ameera kembali dengan satu kantung kresek sedang. "Maaf, udah buat Aska nungu lama," ujar Meera tak enak.

"Tidak apa," jawab Aska memandang jalanan. Aska mulai menghidupkan mesin mobilnya dan melajukan nya dengan kecepatan sedang.

"Aska, boleh berhenti di depan sana? Meera ingin membeli buku." Meera bertanya dengan menunjuk sebuah toko perlengkapan sekolah di sebrang jalan.

"Aska antar," jawab Aska.

"Gak usah," tolak Meera.

"Tapi jalanan nya ramai, Aska takut terjadi sesuatu pada Meera." Aska memperhatikan banyak nya pengendara yang berlalu lalang, sampai ada motor yang ngebut.

"Gak papa, Meera bisa sendiri." Ameera Kembali menolak.

"Ayok Aska temani." Aska tidak mendengarkan penolakan Ameera, dia keluar dan memimpin jalan.

"Aska tunggu di sini," ucap Aska. Ameera mengangguk dan berjalan masuk ke dalam toko buku.

"Aska, ayok. Meera udah beli bukunya." Ameera berjalan melihat kanan dan kiri.

"Tungguin Aska, jangan pergi duluan. Aska benerin tali sepatu dulu." jawab Aska tapi tidak di dengarkan oleh Ameera.

Saat sudah membenarkan tali sepatunya, Aska tak melihat ada perempuan di sampingnya, begitu melihat ke depan Aska menajamkan penglihatan nya, Ameera yang hendak menyeberang dan ada sebuah motor yang sedang melaju kencang.

Aska segera berlari ke arah Ameera, belum sepenuhnya Ameera masuk ke pelukannya motor itu sudah lebih dulu sedikit menerjang tubuh Ameera. Alhasil keduanya terjatuh dengan dahi Ameera yang terbentur aspal.

Dahi Ameera mengeluarkan darah lumayan banyak. Aska segera melepaskan pelukannya dan berungkali mengucapkan astaghfirullah setelah menyentuh gadis yang bukan mahramnya dan melupakan Ameera. Setelah tersadar Aska melirik ke arah Ameera yang tengah memegang dahinya yang mengeluarkan darah.

"Innalilahi.." Aska segera menyebrangi jalan mengambil mobilnya setelah meminta bantuan ibu-ibu untuk menjaga Ameera. Aska segera menggendong Ameera yang sebentar lagi kehilangan kesadarannya, mungkin shock. Dia tidak memikirkan lagi dosa karena telah menyentuh yang bukan muhrimnya, ini darurat!

Setelah itu Ameera tidak ingat lagi, karena ingatan Ameera asli hanya sampai di situ.

Setelah membereskan semua alat makan nya, Ameera segera membawanya ke dapur dengan langkah pelan, karena kakinya masih sedikit sakit.

"Meera, kenapa keluar kamar?" Amara yang melihat Ameera yang tengah membawa nampan berisi piring kotor segera menghampiri anaknya itu.

"Meera mau taro ini, bunda." Ameera mengangkat nampan di tangannya lalu meletakkannya di meja.

"Kamu masih sakit, kenapa gak panggil bunda aja?" tanya Amara khawatir.

"Bunda, Meera udah gak papa, Meera cuma pusing dikit aja." Ameera menatap bundanya dengan hangat.

"Yaudah, kamu masuk kamar lagi. Mau bunda bantu ke kamarnya?" tanya bunda.

"Gak usah, Meera bisa sendiri bunda. Selamat malam bunda," ujar Ameera setelah selesai mengecup singkat pipi Amara.

"Jadi gini rasanya di perhatiin ibu," gumam Ameera pelan, sambil menutup kembali pintu kamarnya.

Suamiku fiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang