bagian 21

1.2K 145 10
                                    

Assalamualaikum!

Apa kabar?

Sedih banget lagi belajar buat uncrush...

..........

"Gimana?" Aska merapikan rambut yang telah di tata dengan rapi.

"Udah." Aska menganggukkan kepalanya, beralih menggenggam tangan Ameera dengan erat. 

Hari ini, adalah hari dimana Rafka sang protagonis pria bertunangan dengan Luvita sang protagonis wanita.

Sebentar, seperti nya ada yang terlupakan? apa ya? yup, sang antagonis! kemana hilangnya dia?

Ameera mencoba mengingat-ingat nama sang antagonis, siapa ya? Ameera benar-benar lupa. Bahkan dia tidak ingat plot-plot novel hingga akhir. Yang Ameera ingat hanya berakhir happy ending, lalu masalah apa yang di lakukan antagonis? dan di mana dia sekarang?

"Sayang!" Aska menepuk pipi Ameera pelan, membuat istrinya tersadar dari lamunannya.

"Eh?" Ameera tersadar.

"Jangan ngelamun," tegur Aska dengan suara berat.

Ameera menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf," ucapnya.

"Ngelamunin apa emang?" tanya Aska.

"Cuma tentang tugas," bohong Ameera dengan lancar.

Aska menganggukkan kepalanya percaya. Mereka mulai melangkahkan kakinya menuju pintu utama kediaman Rafka. Jantung Ameera berdegup dengan kencang ketika melihat banyaknya tamu.

Aska menolehkan kepalanya dengan cepat ketika ada yang tidak sengaja menyenggol lengan nya.

"Maaf, saya tidak sengaja," ucap seorang perempuan dengan menundukkan kepalanya. Aska menganggukkan kepalanya lalu kembali memperhatikan istri kecilnya.

"Ayo, A. Rafka nya ada di sana sama Vita," ajak Ameera.

Keduanya melangkah pelan menuju sang tuan rumah. Ameera bersalaman dengan Vita, memeluknya singkat dan memberikan ucapan selamat.

"Selamat, ya. Semoga langgeng."

Vita menganggukkan kepalanya dengan senyum manisnya. "Makasih Meer."

"Selamat atas pertunangannya. Saya harap kamu bisa melupakan istri saya secepatnya," ucap Aska berakhir bisikan yang tidak akan terdengar oleh siapapun.

Rafka yang mendengar itu mengangguk kepalanya mantap. Mungkin memang Ameera bukan jodohnya,"thanks. Jaga istri lo baik-baik, karena gue akan selalu sayang sama dia walaupun sebatas teman." Aska menganggukkan kepalanya, dia tersenyum tipis lalu menepuk pundak Rafka dua kali.

"Udah A?" tanya Ameera.

"Udah," balasnya.

Keduanya berpamitan pada sang tuan rumah. Ameera dan Aska memang hanya sebentar disini karena mereka akan ada kegiatan lain.

Aska kembali menggenggam erat tangan Ameera, menyalurkan kehangatan dari dinginnya malam. Keduanya pergi dari sana.

..........

"Bundaaa." Ameera memeluk bundanya dengan manja.

Aska geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya. Dia menaruh barang bawaannya di atas meja. "ayo duduk dulu sayang." Aska menuntun Ameera agar duduk di sofa.

Ameera duduk di sofa, tapi sangat dekat dengan bundanya. Dia malah berjauhan dengan sang suami. Aska menghela nafasnya panjang.

"Jadi?" tanya Amara penasaran. Katanya Ameera datang kesini ingin memberi tahukan sesuatu.

Ameera mengambil tangan sang bunda, menggenggamnya dengan hangat. "Ameera hamil bunda," ucap Ameera dengan wajah cerah.

"Jangan bohong Ameera," kata Amara memastikan.

Ameera menggelengkan kepalanya, "Meera gak bohong Bundaa, Meera beneran hamil. Hamil cucu Bunda, anaknya A Aska." Ameera mengerucutkan bibirnya sebal.

"MasyaalAllah," Amara menutup mulutnya terkejut. "Ini beneran, nak?" Amara mengalihkan pandangannya ke arah Aska.

Aska menganggukkan kepalanya dengan senyum bahagia nya, sedangkan Ameera mendongakkan kepalanya menahan tangis.

"Alhamdulillah ya Allah. Sini peluk bunda sayang." Amara merentangkan tangannya meminta membuat Ameera memeluknya erat disusul tangisnya yang pecah.

"Loh, kok nangis," kaget Amara mendengar tangisan anak perempuannya.

"Bunda gak percaya sama Ameera. Emangnya Ameera sering bohong? sampe Bunda aja gak percaya sama Ameera,"  tangis Ameera mengeras setelah mengatakan itu.

Aska meringis mendengar penuturan istrinya, ibu hamil memang sangat sensitif. Lain dengan Amara, dia malah terkekeh kecil dengan tangan mengusap-usap punggung Ameera.

"Bukan gitu sayang. Takutnya, kamu ngeprank bunda."

Ameera menggelengkan kepalanya dalam pelukan, "Meera bukan YouTubers," jawabnya sebal. Membuat kedua orang yang ada di sana tertawa mendengar jawaban Ameera.

"Iya deh. lepas dulu pelukannya," titah Amara yang dituruti.

Ameera melepaskan pelukannya, beralih duduk di pangkuan Aska. "Astaghfirullah bumil!" Bunda menepuk keningnya frustasi.

Bisa-bisanya, anaknya bermesraan didepannya yang sudah menjadi janda ini.

"Sayang turun, malu di liatin bunda." Aska menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

"Biarin aja. Biar bunda iri," jawab Ameera santai.

"Astaghfirullah, gak boleh gitu sayang." Ameera tak mendengarkan, dia malah bersandar pada dada bidang Aska dengan nyaman.

"Gak papa Aska. Kayaknya istrimu lagi badmood, biasa ibu hamil emang sensitif," ucap Amara lalu meninggalkan keduanya menuju dapur.

"Lain kali gak boleh gitu sama bunda, oke?" Ameera menganggukkan kepalanya patuh.

Aska tersenyum manis, mengecup pucuk kepala Ameera dengan sayang. Tangannya yang besar mengusap perut Ameera dengan lembut.

"Anak ayah lagi ngapain disini?" tanya Aska mengusap-usap perut Ameera yang masih rata.

Ameera tersenyum lebar, rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang dalam perutnya. Geli tapi nyaman.

Aska menundukkan kepalanya, mengecup perut rata Ameera lama lalu kembali menegakkan kepalanya, mengecup bibir Ameera sekilas.

..........

Wassalamu'alaikum warahmatullahi...

Suamiku fiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang