bagian 18

1.6K 187 7
                                        

Assalamualaikum!

Hai hai hai?

Bagaimana kabarnya? Semoga selalu baik dan sehat!

........

Ameera mengernyitkan keningnya bingung, dimana dia sekarang?

Tempatnya seperti familiar, tapi dia lupa sekarang ada di mana! Ameera mulai menyusuri lorong tempatnya berada, dilihatnya banyak orang di sekitar sini.

Orang, suster, pasien, dokter? rumah sakit! benar dia sekarang sedang berada di rumah sakit. Tapi, kenapa? bukannya saat terakhir kali itu dia tidur bersama Aska?

Langkah kakinya tiba-tiba saja berhenti di depan sebuah ruangan. Pintu ruangan itu sedikit terbuka, Ameera bisa mendengar suara tangis pilu seseorang di dalam ruangan tersebut. Tunggu, dia seperti mengenal suara tangis ini, suara tangisan yang sangat ia kenal.

Ameera dengan segera masuk ke dalam ruangan tersebut, dan benar saja. Di dalam ruangan itu terdapat sesosok pria paruh baya yang tengah menangis.

"Ayah.." Ameera segera menghampiri sang ayah dengan tangisnya.

"Kenapa? kenapa aku tidak bisa menyentuh ayah?" Ameera berkali-kali mencoba menggapai tangan ayahnya, tapi tidak bisa. Tangannya malah menembus tangan sang ayah.

"Kenapa kamu tinggalin, ayah hm? kamu kangen ya sama bunda? seenggaknya kalo kamu mau pergi ajak ayah, sayang. Ayah gak bisa hidup sendirian, cuma kamu yang ayah punya. A-ayah.." pria paruh baya tersebut tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Dia terus saja menangis dengan tangan menggenggam erat tangan gadis cantik yang sudah terbujur kaku di atas ranjang rumah sakit itu.

"Ayah, ayah! ini Ameera, ayah." Ameera langsung berteriak histeris memanggil ayahnya saat dia melihat tubuhnya terbaring di atas brangkar. Tubuh Ameera yang dulu, Emilia Ameera Ziannisa.

Ameera beralih mencoba menyentuh tubuhnya, dia bahkan baru menyadari jika kakinya tidak berpijak di tanah. "Bangun, bangun! Ameera banguuun! lo harus bangun!"

"Arrghhh!"

"Ayah! ini Ameera Ayah, putri Ayah. Ayah denger Ameera kan? Ayah, liat Ameera, ayah!" Ameera terus saja berteriak, tapi sayang tidak akan ada yang mendengarnya.

Ayah menangis histeris ketika tubuh Ameera ditutup dengan kain putih.

"Jangaaaan!" Ameera berteriak kencang, ketika wajah itu tertutup kain. "Ameera disini! kenapa gak ada yang dengerin Ameera? Ayaah!" Ameera marah, marah kepada dirinya sendiri. Kenapa dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika melihat ayahnya menangis.

"Ayah, jangan keluar! Ayah! mereka mau bawa Ameera pergi, ayah! Ameera belum mati!" jeritnya ketika brangkar Ameera di dorong keluar, dan ayahnya yang menangis tersedu-sedu di kursi rumah sakit.

Ameera berlutut di hadapan, Prama, ayahnya. "Ayah, Meera belum meninggal, Meera masih disini sama ayah. Tubuh Ameera jangan di bawa pergi.." Ameera menangis menatap ayahnya

"Bawa ayah pergi juga, Ameera. Kenapa kalian tinggalin Ayah sendirian disini? Ayah juga kangeeen sama Bunda kamu. Bawa ayah pergi Ameera," racau Prama. Dia menyembunyikan wajahnya pada kedua telapak tangannya.

"Ayah, Ameera disini ayah. Jangan nangis ayah." Ameera mencoba menghapus air mata Prama, tapi tidak berhasil. Tangannya selalu menembus ketika hendak menyentuh sesuatu.

"Ayah sayang sama kamu, Ameera."

"Meera juga sayang sama, ayah."

Sepasang anak dan ayah menangis bersama, dengan dunia yang berbeda.

....

"Ayah, Ayah, Ayah ."

Aska berdiri dari duduknya, dia dengan cepat menaruh Al-Qur'an dan membereskan sajadahnya ketempat semula, ketika mendengar isak tangis, istrinya.

"Sayang?" Aska kembali mengompres Ameera. Dari semalam Ameera memang sudah demam. Dan sekarang Ameera menangis dalam tidurnya. Suhu badannya juga naik lagi.

Aska melihat jam dinding, di sana menunjukkan pukul 01:00 pagi. Aska bangun untuk menunaikan salat sunnah tahajjud, di lanjutkan dengan membaca Al-Qur'an. Aska kembali menatap Ameera ketika gadis itu berbicara dalam tidurnya.

"Ayah, Meera sayang ayah." Ameera meracau dalam tidurnya. Itu membuat hati Aska sakit, apakah serindu itu Ameera kepada ayahnya sampai membuatnya menangis dalam tidurnya dengan keadaan demam.

"Sayang." Aska menggenggam erat tangan dingin Ameera, "kamu mimpi buruk, sayang," kata Aska ketika melihat kerutan di kening Ameera.

Aska merapikan selimut Ameera hingga sebatas dada. Dengan lembut dan telaten tangan Aska mengusap kepala Ameera yang tidak tertutup kerudung.

Ameera Kembali menangis dalam tidurnya. Aska meletakkan telapak tangannya di kepala Ameera, "Amsihil ba’sa rabbannaasi biyadikas syifaa’u laa kaasyifa lahu illa anta."

"Jangan sedih, ada aku. Cepet sembuh sayang." Aska mengecup lama kening Ameera. Dia ikut membaringkan tubuhnya disisi Ameera. Aska membawa Ameera ke dalam pelukannya, mengusap-usap rambutnya dengan lembut.

Aska mulai menutup matanya sesudah membaca doa.

.......

Wesh mimpi apatuuuh....
Terimakasih sudah membaca, dan votenya.

Aku mau kasih cast Aska, tapi pake orang luar 😭, menurut kalian cocok Ndak.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Terimakasih untuk waktunya.

Sampai jumpa!

Wassalamu'alaikum!

Suamiku fiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang