Hai!
______
"Assalamualaikum," ucap Ameera setelah mengetuk pintu rumah selama tiga kali.
"Waalaikumsalam." sahut Amara, wanita paruh baya tersebut yang sedang memasak di dapur, segera mematikan kompor ketika mendengar suara seseorang yang mengucapkan salam. Dia membuka pintu utama, lalu senyumnya mengembang dengan manis saat melihat putrinya lah yang bertamu.
"Bunda," Ameera tersenyum lebar menyapa sang bunda, kemudian memeluknya dan di balas langsung oleh Amara.
Amara melepaskan pelukannya dengan sang putri, lalu mengecup keningnya. "Kenapa gak ngabarin bunda kalo mau ke sini?" tanya Amara. "Ini sekarang, masyaallah tambah cantik pakai hijab anak Bunda."
Setelah mengecup kedua pipi Amara, Ameera menjawab. "Gak papa, biar jadi kejutan. Di ajarin sama, A Aska Bunda" ucap Ameera cengengesan, membuat Amara tertawa kecil.
"Ayo, masuk. Bunda, lagi masak loh." Ameera dan Amara masuk kedalam rumah, tepatnya menuju dapur.
"Waah, Meera mau bantuin! sekaligus mau belajar masak sama, bunda ya, ya?" Ameera berucap dengan antusias.
Amara mengernyitkan dahinya, "ada apa, nih? dulu bunda suruh goreng telor aja gak mau, ini mau belajar masak. Pasti ada apa-apanya!" ujar Amara.
Akh! Ameera jadi malu, ternyata tidak jauh berbeda dengan kehidupannya yang dulu, Ameera asli juga sangat pemalas seperti dirinya.
"Meera malu kalo A Aska yang masak, kan Meera istrinya." Ameera berbisik pelan seperti takut ada yang mendengarnya, padahal hanya mereka berdua yang berada di dapur.
Amara tertawa kecil, anaknya bisa berubah karena mendapatkan suami seperti Aska.
"Bagus! Bunda setuju!" seru Amara mendukung.
Amara menuntun Ameera menuju meja pantry, "kamu goreng ikan mau? Bunda mau potong sayurnya." Amara memberikan spatula pada Ameera dengan senyum tipisnya.
"Tinggal di goreng doang?" tanya Ameera.
Amara mengangguk lalu berjalan ke arah meja makan, dia duduk di kursi lalu memotong sayurnya. Niatnya dia akan membuat sup ayam bakso.
Dia menoleh saat Ameera mulai menyalakan kompor. "Jangan gede-gede apinya, sayang." peringatnya
Ameera mengecilkan api kompor, dia mendekatkan wajahnya pada wajan yang sedang menggoreng ikan itu.
"Aaaaaa, bundaa!" Ameera berteriak ketika minyak menyiprat ke wajahnya. Karena kandungan air pada ikan, membuat minyak nya meletup-letup.
"Astaghfirullah, Ameera!" Amara segera bangkit dari duduknya, lalu menghampiri Ameera, dia mematikan kompor lalu membawa Ameera kedalam kamar mandi.
Amara dengan segera membawanya ke wastafel, lalu menyirami perlahan wajah Ameera dengan air. Itu adalah pertolongan pertama ketika kita mendapatkan luka bakar, takutnya nanti akan melepuh.
"Bundaa, perih." rengek Ameera. Dia merasakan keningnya perih dan sedikit panas.
"Sabar, ini lagi bunda siramin biar gak melepuh, kenapa coba bisa sampe sini minyaknya?" tanya Amara heran.
"Tadi, Meera deketin wajah Meera ke wajan. Terus, tiba-tiba minyaknya muncrat-muncrat." sungut Ameera kesal.
"Anak pinteer! lagian kamu ini, ada-ada saja, kenapa dideketin wajannya?" tanya Amara tak habis pikir. Anaknya ini random sekali!
"Meera mau liat, ikannya udah Mateng apa belum, bundaaa." ucap Ameera menjelaskan.
"Nanti, kalo udah mateng, ikannya bakal jadi kekuningan. Padahal bisa dilihat dari jauh." omel Amara. Dia berhenti menyirami wajah Ameera, mengelap wajah Ameera dengan handuk, lalu mengajaknya keluar dari kamar mandi. Dia berjalan menuju kamar Ameera.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku fiksi
Teen FictionBercerita tentang seorang gadis yang bertransmigrasi ke dalam sebuah novel, dan menjadikannya istri dari seorang santri.