Jungwon baru saja melangkahkan kakinya keluar dari sebuah rumah yang cukup besar namun terkesan sederhana. Rumah yang akan segera ia huni dan hanya tinggal menunggu waktu saja.
Jungwon lantas menghembuskan nafas leganya perlahan. Ia merasa senang karena sudah menyelesaikan sisa pelunasan untuk bangunan diatas tanah tersebut sejak sebulan yang lalu.
Sebenarnya ia terlahir dari keluarga yang berada. Namun semenjak menikah Jungwon ingin melakukan semuanya sendiri. Hidup mandiri tanpa merepotkan kedua orang tuanya.
"Yang Jungwon..".
Terdengar sebuah suara menginterupsi. Sontak si pemilik namapun menoleh dan mendapati sesosok pemuda tampan yang tampak menyunggingkan senyuman di wajahnya.
"Apa yang sedang kau lakukan disini? Dimana Jay? Kau hanya pergi sendirian?".
Namun si manis tak menyahut meskipun ia cukup mengenali pemuda yang menegurnya itu. Ia adalah salah satu teman terdekat Jay sekaligus orang yang bekerja di perusahaan sang suami--Park Sunghoon namanya.
"Omong-omong, apa yang kau lakukan didepan rumah baru tadi?". Ujar Sunghoon yang tak peduli jika si manis akan menjawab pertanyaannya atau tidak.
"Kurasa itu bukan urusanmu, Park Sunghoon-ssi. Jadi tolong, berhenti untuk berlaku seperti kita sangat akrab". Sahut si manis sembari menekankan setiap kalimatnya.
Pemuda tampan itu hanya dapat mengulum senyumnya. Ya.. Paling tidak kali ini ia mendapatkan balasan tak seperti sebelumnya.
.
.
Sudah hampir tiga puluh menit berlalu Jungwon menunggu di sebuah halte bus.
Ia lantas melirik arloji ditangannya yang sudah menunjukkan pukul enam sore. Cukup lama juga ia pergi meninggalkan rumah.
Perlahan Jungwon merogoh saku mantelnya, mengambil ponsel miliknya yang menampilkan beberapa notifikasi panggilan tak terjawab dari Minju dan satu panggilan tak terjawab dari suaminya.
Seutas senyuman tipis pun terukir di wajahnya. Setidaknya ia cukup senang karena pria itu juga mencoba menghubungi walaupun hanya sekali. Setelahnya Jungwon kembali mematikan ponselnya.
Langit Hongdae perlahan mulai menggelap. Dan tak lama kemudian, tampak sebuah mobil berhenti tepat dihadapannya. Namun Jungwon sama sekali tak menghiraukannya. Maniknya terus berpendar mencari tanda-tanda sebuah bus yang akan tiba.
Si pengemudi mobil itupun lantas turun dan menghampiri si manis. "Kau belum pulang? Sepertinya bus terakhir sudah lewat. Omong-omong, aku tak merasa keberatan sama sekali untuk memberikanmu tumpangan".
Jungwon tak segera menyahut. Ia tampak terdiam sembari menatap pemuda tadi dengan wajah datar. "Terimakasih untuk tawaranmu, Sunghoon-ssi. Tapi maaf, aku akan tetap menunggu busnya hingga datang".
"Tapi sepertinya kau hanya akan mendapatkan busmu besok pagi. Kau yakin masih mau menunggu disini? Memangnya kau tak memikirkan soal putramu? Bagaimana jika dia sedang menangis tak berhenti karena tau Ibunya belum pulang?".
Sontak saja ucapan itu membuat si manis terhenyak. Hampir saja ia melupakan sosok bayinya, Jinwoo.
Melihat bagaimana reaksi yang diberikan oleh pemuda manis itu membuat Sunghoon mengulas senyumannya.
"Apa kau sudah berubah pikiran?".
**
KAMU SEDANG MEMBACA
bittersweet love | jaywon
Romance"Aku ingin kau menikah lagi..". "Kau gila ya? Aku tidak mau!".