Jungwon mematut dirinya didepan sebuah cermin. Ia tampak manis dengan balutan tuxedo pernikahannya. Ya.. Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya.
Setelah melewati banyak lika-liku dalam percintaannya, pada akhirnya iapun berhasil mencapai bahagianya. Seutas senyuman pun mengukir indah di wajah cantiknya.
"Mama!".
Jungwon menoleh begitu mendengar suara milik sang buah hatinya, Park Jinwoo.
"Mama.. Kau terlihat sangat cantik!". Pujian itu terucap begitu saja dari mulut si kecil.
"Benarkah?". Dengan cepat bocah itupun mengangguk.
"Papa pasti juga akan bilang begitu! Papa akan jatuh cinta lagi padamu hihii".
Jungwon tak bisa untuk menahan rasa gemasnya. Ia lantas mengecup hidung kecil itu. "Kau juga terlihat sangat manis, Sayang".
Tak lama kemudian, pintu kamar pun terbuka yang sontak menarik atensi sepasang anak dan Ibu tersebut. Tampak sesosok wanita paruh baya yang tengah berdiri tepat diambang pintu.
"Ibu..". Lirihnya begitu Jieun berjalan mendekat.
"Apa kau merasa sangat bahagia sekarang?". Ucap sang Ibu tanpa memutuskan pandangan dari putranya.
Perlahan, Jungwon meraih jemari milik wanita paruh baya itu untuk ia genggam. "Aku sangat bahagia". Sahutnya dengan tanpa keraguan sedikitpun.
Jieun hanya dapat menghela nafas leganya. Kali ini ia benar benar merasa begitu lega karena bisa melepas sang putra. Meski tetap saja, rasa takut itu terkadang kembali menghampiri. Ia selalu takut jika Jungwon-nya akan mengalami hal buruk seperti sebelumnya. Namun begitu ia melihat bagaimana putranya yang tersenyum tulus, sontak membuat semua kekhawatirannya pun lenyap.
Sementara itu, Jungwon hanya dapat memejamkan kedua matanya. Menikmati usapan halus dari tangan lembut milik sang Ibu di kepalanya.
"Nak, kau sudah melewati hari hari terberat dalam hidupmu. Kau pria yang kuat dan sangat hebat. Aku sangat bangga memiliki putra sepertimu..". Ujarnya dengan suara yang sedikit bergetar, mencoba menahan diri untuk tak menangis.
"Teruslah perlihatkan senyuman mu seperti ini Sayang, dan berbahagialah selalu".
Dengan segera Jungwon pun menghamburkan dirinya--memeluk erat tubuh wanita paruh baya itu. Seolah terbawa akan suasana haru hingga membuat tangisan keduanya pun pecah.
"Terimakasih, Ibu..".
Sementara itu, disisi lain....
Jay telah berdiri dengan gusar diatas altar ditemani oleh seorang pendeta. Beberapa jemaat yang hadir juga telah terduduk dengan manis mengisi tempat duduk yang tersedia.
Jay tampak meremat jemarinya pertanda jika ia tengah dilanda perasaan gugup. Dan tentu saja hal itu tak luput dari pandangan sang sahabat, Park Sunghoon.
"Hey, Sajangnim!". Pekiknya dengan sedikit memekik.
Sontak saja Jaypun menoleh padanya sembari memasang raut wajah bertanya.
"Jangan terlalu gugup lagipula ini bukan yang pertama bagimu. Jadi.. Santai saja, ok?".
"Kau hanya tak tau saja bagaimana rasanya berada diposisiku saat ini".
"Oh.. Apa kau ingin kita bertukar posisi sekarang? Baiklah kalau begitu".
"Tetap diam disana dan kembalilah duduk!". Tukas Jay dengan nada memerintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
bittersweet love | jaywon
Romance"Aku ingin kau menikah lagi..". "Kau gila ya? Aku tidak mau!".