Pagi-pagi sekali, Jinwoo sudah merengek. Ia ingin pergi jalan-jalan bersama kedua orang tuanya. Padahal Jay sudah punya rencana untuk bermalas-malasan dirumah namun sayangnya, rengekkan putranya itu tak bisa untuk ia abaikan.
Maka disinilah mereka sekarang. Di salah satu mall terbesar yang sekaligus menyediakan wahana taman bermain. Bocah enam tahun itu terlihat begitu asyik sekali bermain ice skating bersama anak-anak sebayanya.
Sementara itu, Jungwon dan Jay lebih memilih untuk duduk disalah satu bangku sembari memperhatikan sang buah hati mereka.
"Jinwoo terlihat sangat senang". Ujar pria Park itu mencairkan suasana dengan membuka percakapan.
"Aku juga ikut senang melihatnya. Rasanya hatiku ikut menghangat begitu mendengar tawa kecilnya". Sahut si manis tanpa melepaskan pandangannya dari sang buah hati yang sesekali akan melambaikan tangan ke arahnya.
"Semua karenamu, Jungwon. Selama ini aku seolah menelantarkannya dengan kesibukkanku yang membuatku tak punya banyak waktu untuk bisa kuhabiskan dengannya. Aku selalu berpikir jika aku bukanlah Ayah yang baik untuknya..".
Jungwon lantas menoleh begitu mendengar ucapannya barusan.
"Apa yang kau katakan? Kau Ayah yang hebat, Jay. Kau bahkan membesarkan Jinwoo sendirian. Aku yakin dia juga merasa sangat bangga sekali memiliki Ayah sepertimu".
Sekitar pukul sepuluh malam, ketiganyapun memutuskan untuk segera pulang setelah menghabiskan waktu seharian penuh.
"Kau sudah menidurkannya?". Ujarnya begitu melihat si manis baru saja keluar dari kamar Jinwoo.
Dengan cepat iapun mengangguk,"Kalau begitu, aku pamit pulang ya?".
"Tak bisakah kau menginap lagi malam ini?". Ucapnya tepat sebelum Jungwon hendak membawa langkahnya pergi dari sana.
"Maafkan aku, Jay. Tapi aku tak bisa untuk terus menginap disini. Lagipula aku juga punya rumah yang harus ku urus--Hey! Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!". Pekiknya sedikit terkesiap begitu pria Park itu tiba-tiba saja memeluknya.
"Sebentar, Jungwon. Hanya sebentar saja biarkan aku memelukmu seperti ini". Bisiknya di telinga si manis.
"Apa kau bisa mendengarnya?".
Jungwon tampak mengeryitkan keningnya tak mengerti.
"Jantungku. Apa kau bisa merasakan debarannya?".
Tentu saja Jungwon bisa mendengarnya. Dan entah mengapa degupan jantung milik pria itu terasa sangat kencang.
"Aku merasakan hal ini saat bersamamu. Dulu, aku juga pernah merasakan hal yang sama. Jantungku akan selalu berdebar saat bersama Minju dan kupikir aku tak akan mengalami hal semacam ini lagi pada siapapun. Tapi ternyata aku salah. Kau sudah membuat jantungku berdebar bahkan jauh lebih kencang hingga terasa begitu menyakitkan".
"Apa.. yang sedang kau bicarakan?". Sahutnya sembari mendongakkan kepalanya. Menatap rahang tegas milik sang mantan suami yang juga tengah merunduk menatapnya.
"Aku sedang mencoba menyatakan perasaanku padamu. Aku mencintaimu. Aku benar-benar menyimpan perasaan untukmu. Aku--".
"Hentikan!". Selanya dengan cepat sembari mendorong dada bidang itu hingga membuat pelukannya terlepas.
"Omong kosong apa yang sedang kau bicarakan ini? Sebaiknya kau segera beristirahat di kamarmu. Aku akan pulang!".
Namun lagi lagi, Jay menahan kepergiannya sembari mencekal pergelangan tangannya.
"Lepaskan aku---mmhh!".
Pria Park itu lebih dulu membungkam mulut si manis dengan bilah bibirnya. Merengkuh pinggang ramping milik si manis untuk memperdalam ciumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
bittersweet love | jaywon
Romance"Aku ingin kau menikah lagi..". "Kau gila ya? Aku tidak mau!".