chapter 14

5.8K 592 45
                                    

Jay tampak berjalan dengan gontai memasuki rumahnya. Sebelum masuk, ia sempat melirik arloji ditangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

"Papa!". Pekik seorang bocah laki-laki menginterupsi.

"Astaga... kau mengejutkanku, anak nakal". Ujarnya lantas berjongkok, mengelitiki perut sang buah hati.

"Kau sudah pulang?". Ucap seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Jihyun, berjalan menghampirinya.

Tepat sebelum ia dapat menjawab pertanyaan sang Ibu, Jinwoo menyelanya lebih dulu.

"Papa hanya pulang sendiri? Dimana Mama? Bukankah kau pergi mencarinya?". Ucapan putranya barusan sontak membuat Jay sangat terkejut. Lantas iapun melirik pada Jihyun yang tampak mengulas senyum tipisnya.

"Aku sudah memberitahunya dan kurasa itu bukanlah perkara yang sulit. Lagipula putramu sangat berantusias sekali, iya kan Sayang?".

Dengan cepat bocah laki-laki itupun mengangguk.

"Jadi.. Dimana Mama?". Ucap Jinwoo dengan raut wajah polosnya.

"Maaf Sayang, tapi Papa belum bisa membawa Mama-mu pulang".

Seketika antusiasme bocah itupun menguap begitu ia mendengar penuturan sang Ayah. Padahal sebelumnya, Jinwoo sudah sangat berharap seseorang akan muncul dibelakang tubuh Jay.

Jay lantas menangkup wajah putranya yang benar-benar begitu mirip dengan si manis. Jinwoo sudah seperti duplikatnya saja.

"Kurasa Papa perlu bantuanmu, Sayang. Kau bersedia untuk membantuku 'kan?".

















Keesokkan harinya....

Jay dan putranya telah terduduk di sebuah kafe sembari menunggu seseorang yang hendak mereka temui.

"Kenapa lama sekali?".

Jay lantas melirik putranya sembari mengulas senyum tampannya.

"Kau udah tak sabar ya, hm?".

Tak lama kemudian, seutas senyumanpun terukir di wajahnya begitu mendapati si manis yang berjalan menghampirinya.

"Maaf aku tertinggal bus sebelumnya..".

Sementara itu, Jay hanya dapat menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Mama..".

'Deg'.

Sebuah panggilan kecil itu sontak berhasil mencuri seluruh atensinya. Seutas senyuman pun perlahan terbit di paras cantiknya.

Sudah sejak lama Jungwon menantikan panggilan ini. Jinwoo-nya memanggil sebutan itu untuknya.

Si manis yang tak dapat lagi menahan rasa harunya pun lantas berjongkok tepat dihadapan bocah kecil itu. Menggenggam jemari-jemari mungilnya.

"Jangan menangis, Mama". Ucap bocah itu sembari menyeka air mata yang turun membasahi paras cantik pemuda itu.

"Jinwoo-ya.." Lirihnya sembari memeluk tubuh sang buah hati dengan erat. Seolah menumpahkan segala kerinduannya yang terpendam selama ini.

Sementara itu, Jay hanya dapat mengulas senyum tipisnya. Ia ikut merasakan bahagia begitu melihat interaksi Anak dan Ibu dihadapannya. Seolah ia lupa akan penolakan yang diterimanya dari pemuda manis itu kemarin.

"Aku berjanji. Aku akan lebih berusaha lagi untuk mendapatkan hatimu kembali, Jungwon".

















bittersweet love | jaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang