(Thalita Martha Javiar)
Dari Bunda untuk Rafa pada tahun ke-18-nya,Sejak pertama kali kamu datang bersama ayahmu, saat itu pula saya senang bukan main. Ketika tubuh ringkihmu itu saya dekap, saya merasakan kehangatan luar biasa indah. Meski saya melihat banyak kerutan penuh resah di wajah manismu. Kamu yang ketakutan karena datang sebagai sosok yang 'salah' atas kehadiranmu. Tidak, nak. Kamu bukan sebuah kesalahan. Kamu anugerah. Anugerah yang terindah dalam hidup saya yang mana saya tidak bisa berikan untuk ayahmu. Rafa yang kusayangi, beribu kali saya mengatakan hal yang mungkin terdengar bosan, bahwa saya sangat amat menyayangi kamu. Lebih dari apapun itu.
🥀
(Rafael Hannadi Khaisar)
Dari Rafa untuk Bunda, si peri yang kuatnya melebihi tokoh superhero kesukaan saya,
Ketika datang ke rumah ayah dan Bunda, saya yang berusia 8 tahun saat itu jujur merasa sangat ketakutan dan resah. Merasa saya adalah sebuah kesalahan yang hadir dalam hubungan kalian. Saya mengetahui hal itu di umur saya yang masih kecil dalam artian belum saatnya saya harus tahu. Tapi diluar dugaan saya, Bunda menyambut dengan hangat masih dengan menggunakan apronnya---karena kiranya beliau sedang memasak di dapur. Tersenyum manis tanpa ada celah bahwa itu adalah senyuman palsu yang mungkin menutup rasa benci beliau kepada saya.
Saya salah ternyata. Bunda lebih dari apa yang saya pikirkan. Rentang tangannya benar-benar terpusat untuk saya. Mengorbankan rasa sakit hatinya dan mencoba ikhlas terhadap apa yang terjadi.
Di tahun ke- 18 ini, beribu kata maaf dan terima kasih juga tak henti saya lontarkan untuk Bunda. Sejatinya, anak yang berasal dari kesalahan ini, mencintai Bunda setara dengan kebaikannya yang seluas samudra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda untuk Rafa ✔️
FanfictionKetika Rafa yang tak lahir dari rahimnya, begitu memusatkan semestanya untuknya. Bunda yang berhati luas seluas samudra. "Jika dunia saya hancur, itu tandanya adalah Bunda sedang tak baik-baik saja."