Bunda
Tapi nanti di makan bekalnyaRafa
Iyaaa bundakuuuBunda
Obatnya juga jangan lupa!Rafa
Iyaaa bundakuuuBunda
Hahahhaa oke ganteng
Dah sana lanjut belajarRafa
Sayang bundaBunda
Bunda lebih sayang"Nggak sekalian dikecup tuh hape?" Kata-kata penuh sindiran dengan suara ngebass yang Rafa dengar dari seseorang yang duduk di samping kursinya, sesaat membuat Rafa jengkel. Perlahan, kepala cowok itu menoleh ke samping kanannya dan mendapati Vanno yang tengah menyender di tembok sambil memutar-mutar pulpen, balik menatap Rafa.
"Apa sih?"
"Seyeng Bunde, Bunde lebih ceyeng." Vanno mengejek dengan ekspresi wajah yang Rafa nilai sangat jelek abis dan sangat-sangat di bawah kkm. Anjlok abis.
"Ngejek ceritanya?"
"Menurut lu?"
"Ngejek."
"Nah, itu tau." Vanno terbahak-bahak, "becanda, Raf."
"Jelek becanda lo. Mana muka lo jelek banget pas cibir gue barusan. Tau gak kayak siapa?"
"Siapa?"
"Patrick pas episode 30." Jawab Rafa yang setelah itu dapat tendangan spesial di kakinya dari Vanno.
Ngomong-ngomong, kini keduanya tengah duduk bersama. Sedang Naufal dan Regas ada di belakang mereka. Sibuk dengan kartu uno milik Naufal yang sengaja cowok itu bawa ke sekolah.
"Gua daptar di ugm," kata Vanno sebagai informasi tambahan untuk Rafa meski Rafa juga tidak menanyakannya. Soalnya sedari tadi, Rafa tak sekalipun bertanya duluan dan kerjaannya hanya menulis, mencatat, dan bermain hape sendiri. Pokoknya sibuk dengan dunianya walaupun ada Vanno yang mengisi bangku samping yang biasanya kosong. Vanno menyadari satu hal, duduk dengan Rafa adalah sesuatu yang monoton dan membosankan. Pantas saja tidak ada satu orang pun yang duduk di sini atau bahkan menjadi teman Rafa.
"Oh ya? Keren." Balas Rafa, "misah dong nanti sama dua bocah di belakang." Katanya sambil mengedikkan kepala menunjuk Naufal dan Regas.
"Lu? Lu di mana?"
"UI."
"Wih, keren juga." Balasan Rafa hanya anggukan singkat. Karena setelahnya hening kembali menyelimuti mereka. Tak lama kemudian, seorang guru piket wanita mengetuk pintu kelas dan membuat seisi kelas menaruh perhatian padanya.
"Yang bernama Rafael Hannadi, ada?" Tanyanya. Rafa sontak mengangkat tangan dan berdiri tanpa mengatakan apa-apa, "oh, kamu dipanggil Mamanya. Ditunggu di rooftop sekolah."
Mama? Tumben Bunda ke sekolah padahal barusan abis chatan. Pikirnya dalam hati.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Rafa keluar kelas setelah izin pada guru yang mengajar hari itu. Ia buru-buru ke rooftop untuk menemui sosok siapa yang datang ke sekolah. Apakah Bunda atau Mama, ia tidak tahu. Namun setelah sampai di sana, Rafa sudah menduga itu siapa. Di hadapannya, ada Mama yang tengah duduk di semen yang sengaja di bangun untuk menutupi penampung air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda untuk Rafa ✔️
FanficKetika Rafa yang tak lahir dari rahimnya, begitu memusatkan semestanya untuknya. Bunda yang berhati luas seluas samudra. "Jika dunia saya hancur, itu tandanya adalah Bunda sedang tak baik-baik saja."