Bab 10;

303 13 5
                                    

Mention// kiss
TW// kekerasan

🥀

"Robi! Berhenti lu!"

"Apa sih?!" Larisa membelalakan matanya menatap seorang laki-laki berbadan tegap di hadapannya ini. Wanita itu tak segan-segan melayangkan tamparan kerasnya untuk Robi, laki-laki dari antah berantah yang menjadi pelanggan satu malamnya. Hal tersebut mengundang tatapan bengis orang-orang yang ada di rumah bordil, tempat Larisa tinggal. "Kurang ajar!" Timpal Robi kesal.

"Gak mau bayar lu, hah? Lu pikir gue cewek apaan!"

"Cewek murah! Puas lu!" Robi menyahuti. Larisa yang tidak terima lagi-lagi melayangkan tinju tanpa takut sedikitpun.

"Sesuai kesepakatan dong! Kalo mau make gue ya lu harus bayar. Cih, miskin ternyata lu ya?! Gak level lu jajan perempuan di sini."

"Heh murahan, jangan kampungan, deh. Gue bayar, tapi nanti gue transfer."

Larisa maju selangkah dan sekonyong-konyong menunjuk wajah Robi dengan telunjuknya, "udah gue duga. Tampang kayak lu tuh, tampang orang miskin. Nyesel gue bermalam sama lu."

Robi terdiam di tempat. Tak berkutik sedikitpun ketika tetua di tempat ini melakukan penghinaan terhadap dirinya. Larisa yang dikenal sebagai wanita pemilik tempat yang dipenuhi oleh para kupu-kupu malam ini, tak satupun ada yang berani menatap bahkan melawannya. 'Ibu' dari para pelacur yang kejamnya minta ampun. Wanita yang mulutnya manis mengalahkan gula bertabur semut dengan seribu kata-kata penuh meyakinkan dan penuh provokasi untuk menjerumuskan banyak orang ke dalam lumbung penuh dosa tersebut.

Larisa Kawulan. Seorang wanita berusia 38 tahun yang memiliki pekerjaan yang ditentang banyak orang. Berkelana ke banyak tempat untuk mencari para mangsa penuh keluguan untuk ia bawa ke tempatnya. Tempat dengan banyak manusia yang haus akan hasrat. Berawal dari masa remaja yang tak mengenakkan, Larisa perlahan tumbuh menjadi wanita yang tak memiliki sepeserpun harga diri. Terbiasa melakukan penyimpangan selama bertahun-tahun lamanya. Menjadi kupu-kupu malam, dan bahkan melakukan jual beli remaja perempuan yang tersesat kepada laki-laki berhidung belang dan mata keranjang.

"Nanti gua bayar Larisa!"

"Gue maunya sekarang!" Pinta Larisa penuh penekanan. "Gue udah bilang, kan? Kalo lu masuk ke goa ini, itu artinya lu mau terima konsekuensinya. Lu harus bayar wanita-wanita yang ada di sini. Ngerti gak sih lu?!" Amarahnya kian memuncak dan dengan entengnya menempeleng pipi Robi yang terdiam di tempatnya.

"Gue gak ada cash, Sa." Kata Robi memelas. Seakan tidak percaya dengan perkataan Robi, Larisa mengobrak-abrik kantung celana laki-laki itu. Meraba seluruh pakaian yang dikenakan Robi guna mencari sepeser rupiah yang sekiranya laki-laki itu simpan.

"Ini apa bodoh?!" Larisa mendapati segepok uang, atm dan kunci mobil yang laki-laki itu punya.

"Sa, please, itu duit buat lahiran istri gue. Jangan diambil, lah."

Larisa memutar bola matanya, lalu sibuk menghitung uang yang digulung dan dikaret tersebut, "udah tau istrinya mau lahiran ngapain lu lari ke sini. Biaya cewek-cewek di sini tuh mahal. Apalagi bayaran gue. Gak makan setahun yang ada. Udah sana pergi, ini udah cukup." Usirnya.

Robi menghela napas pasrah. Dengan gontai laki-laki itu berjalan menuju gerbang tinggi yang menutup seluruh bangunan ini dan meninggalkan tempat maksiat tersebut. Sementara Larisa, ia hanya menggeser bola matanya dan melihat punggung Robi yang kian lama makin menghilang. Wanita dengan pakaian seksi tersebut menyelipkan uang 'rampok' yang barusan ia hitung ke dalam bra yang dia pakai. Kemudian melihat ke sekelilingnya yang sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang sibuk menjemur pakaian, menggosip dengan sesama PSK lain, berbincang dengan lelaki yang sedang datang atau bahkan sibuk bercumbu mesra di hadapan banyak orang.

Bunda untuk Rafa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang