Perempuan itu menghela nafas berkali-kali. Ia masih terdiam menunggu pria di hadapannya ini memulai percakapan, namun sayang pria itu hanya diam tak bergeming sama sekali.
"Aku capek kayak gini terus," ucapnya lirih.
Pria itu mengambil sebotol alkohol kemudian menuangkan ke dalam gelas kecil. Ia meneguk minuman itu sambil menatap perempuan lawan bicaranya.
"Terus?"
Untuk kesekian kalinya perempuan itu menghela nafas. "Aku mau berhenti."
Brak
Perempuan itu terlonjak kaget saat dengan tiba-tiba sang pria menggebrak meja dengan keras.
"Sayang, kalo kamu nyerah gitu aja, gimana nasib kita? Nasib anak kita gimana? Kamu gak mikir itu?" Ucap pria itu dengan suara lembut.
"Terus apa gunanya kamu jadi suami aku?"
Pria itu menatap tajam ke arah istrinya, tangannya mengepal hingga urat-uratnya pun terlihat.
"Sekarang aku tanya, siapa dulu yang ngebet buat cepet-cepet nikah? Kamu, kan? Terus kenapa sekarang setelah nikah kamu malah mojokin aku gini?" Ucapnya tak santai.
"Gak, bukan gitu aku-" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, sang pria yang berstatus suaminya itu kembali bersuara.
"Apalagi alesan kamu sekarang ini, HAH?"
Runtuh sudah pertahanan perempuan itu untuk tidak menangis. Air mata yang sedari tadi di tahan akhirnya jatuh juga.
"Oke, aku bakal terus lanjutin ini," ucapnya lantang. "Tapi aku mohon sama kamu, berhenti main sama perempuan lain, masih ada aku, istri kamu." Lanjutnya dengan lirih.
Pria itu sempat terkekeh mendengar perkataan istrinya. "Kamu aja bisa main sama laki-laki lain, kenapa aku gak?" Bisiknya pelan.
***
Nathan menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh telanjang Anna. Mereka baru saja selesai setelah bermain berjam-jam lamanya.
"Nathan awas, aku mau mandi!" Anna berusaha menyingkirkan tubuh Nathan yang berada di atasnya.
"Sebentar sayang." Nathan mengeratkan pelukannya.
Anna menghela nafas. "Tapi badanku udah lengket semua ini."
Nathan tidak menghiraukan Anna, ia malah semakin mengeratkan pelukannya pada Anna.
"Kalo kamu gak minggir, gak akan ada jatah selama seminggu!"
Nathan langsung terbangun mendengar ancaman Anna.
"Jangan gitu dong sayang, mana tahan adikku gak masuk ke lubangnya selama seminggu," ucapnya melas.
Anna langsung berdiri kemudian berjalan menuju ke kamar mandi.
"SAYANG TETEP ADA JATAH KAN?"
Anna tak menghiraukan teriakan Nathan. Ia mengisi bathub dengan air hangat, kemudian berendam di sana.
Ia harus segera menjalankan rencananya kemudian menjauh pergi dari kehidupan Nathan. Tangannya terangkat mengelus perutnya yang masih rata.
"Dosa gak ya kalo aku gugurin?"
Anna menggelengkan kepalanya. Mau bagaimanapun janin ini adalah anak kandungnya, ia tidak mungkin tega membunuh calon anaknya yang tidak bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan
Short Story"Kau membutuhkan pekerjaan bukan?" "Ya." "Aku punya pekerjaan yang mudah dilakukan tapi gaji nya besar." "Apa itu?" "Jadilah selingkuhan ku." Anna seorang gadis perawan usia 21 tahun. Di usia sekarang ini, Anna memang belum memikirkan untuk menikah...