Happy reading
°
°
°Anna memarkirkan mobilnya di garasi, dan segera turun dari mobil. Ia menunggu Mawar keluar dari mobil, kemudian berjalan berdampingan dengan Mawar masuk ke dalam rumah. Entah mengapa, timbul rasa kasihan di dalam hati Anna.
Dengan tiba tiba, Anna memeluk tubuh Mawar yang hampir saja terjatuh karena kehilangan keseimbangan. "Duduk dulu sini," ucap Anna menuntun Mawar untuk duduk di sofa. Anna berdiri menuju ke belakang, kemudian datang dengan membawa segelas air. "Nih minum." Ucapnya sambil menyodorkan gelas berisi minuman.
"Kenapa bisa?" Tanya Anna buka suara. "Kenapa bisa lo punya dua suami? Sebenernya apa tujuan lo?" Tanya Anna terkesan mendesak. Mawar hanya diam, sambil meremas pelan gelas yang ia pegang. Ia menatap lurus ke depan, dan tanpa sadar meneteskan air mata. "Aku di suruh sama dia." Ucapnya dengan pandangan lurus ke depan.
Anna menatap Mawar dengan wajah serius. Ia masih belum bisa mencerna semua ini.
"Sebelum gue nikah sama Nathan, gue pacaran sama Reno, udah beberapa tahun. Tapi tiba tiba, orangtua gue ngejodohin gue sama Nathan. Awalnya gue sempet nolak keras perjodohan ini, karna gue udah punya pacar. Tapi papa tetep desak gue, buat nerima perjodohan ini. Dan ternyata pas gue cerita ke Reno, dia bukannya marah, malah nyuruh gue buat nerima perjodohan itu, dengan alasan biar dia punya waktu buat ngumpulin uang supaya kita bisa nikah nanti—"
"Nggak lama setelah itu, gue sama Nathan nikah. Tapi selama dua tahun pernikahan, Nathan sama sekali nggak pernah nyentuh gue. Padahal, mama udah pengen banget punya cucu, tapi sayang Nathan nggak pernah mau sejauh itu sama gue. Sebelum nikah sama Nathan, gue seringkali main sama Reno, dan setelah nikah pun masih tetep sama. Apalagi Nathan nggak pernah mau ngasih nafkah batin buat gue—"
"Gue nggak pernah berhasil ngelakuin itu sama Nathan, malah tiba tiba gue harus ngeliat kalian nyatu di depan gue. Sebenernya bukan sakit karena cemburu, bukan. Tapi mendadak nyesek, karena setiap ngeliat itu, gue keinget Reno yang juga selalu main sama cewe lain, bahkan di depan mata gue sendiri. So, tadi bukan yang pertama kalinya. Padahal udah biasa, tapi nggak tau kenapa, kali ini kerasa nyesek banget. Mungkin karena ngeliat Reno ngelakuin hal itu ke cewe yang sama kaya sebelumnya, padahal biasanya Reno main sama jalang. Itu kenapa gue sampe histeris kaya tadi, gue takut Reno ada hubungan lebih dari sekedar temen ranjang sama cewe tadi." Jelas Mawar dengan air mata yang terus mengalir daritadi.
Sementara itu, tanpa mereka sadari, Nathan sudah berada di ambang pintu semenjak Mawar mulai membuka suara. Ekspresi Nathan kini datar, menatap perempuan licik itu. Nathan berjalan mendekat, dan memberi tepuk tangan untuk Mawar.
"Keren, seru banget ceritanya!" Ucap Nathan dengan tawa renyah. Sedangkan Mawar terkejut dengan kehadiran Nathan yang secara tiba tiba.
"N—nathan.. Sejak kapan kamu di sini?" Tanya Mawar kaku. Anna yang melihat itu hanya bisa terdiam menyaksikan.
"Licik banget ya lo jadi cewe! Punya dua suami? Wow hahahhaa konyol! Lo nggak lebih baik dari jalang!" Maki Nathan yang membuat Mawar menunduk. Nathan menangkup dagu Mawar hingga mendongak. "Kenapa setelah dua tahun baru terungkap? Gue udah dari lama pengen cerai dari lo! Kenapa baru ngaku sekarang?? Bener kan? Itu bukan anak gue?" Nathan menatap Anna, tersenyum tipis. "Sayang kamu lihat kan? Aku beneran nggak ngelakuin itu sama dia, dan nggak akan mungkin."
Anna tidak menanggapi apapun. Dadanya terasa nyeri saat Nathan memaki Mawar. Rasanya tidak pantas Nathan berbicara seperti itu. Itu berlebihan.
"Ngapain masih di sini? Keluar dari rumah ini, gue bakal urus lagi surat perceraian kita karna emang anak itu terbukti bukan anak gue, jadi lo ga ada alesan lagi buat tinggal di sini!" Ucap Nathan tiba tiba yang membuat kedua perempuan itu kaget.
"Nathan aku mohon, biarin aku tinggal di sini untuk sementara." Ucap Mawar memohon dengan tangan terpaut.
Nathan menatap tajam Mawar. "Nggak! Ngapain mau tinggal di sini? Bentar lagi lo bukan siapa siapa, jadi lo ga ada hak buat tinggal di sini. Gue nggak mau serumah sama perempuan licik kaya lo!" Ucap Nathan tak santai. Anna berdiri kemudian menatap Nathan. "Kamu nggak kasihan sama Mawar?"
Nathan mengerutkan keningnya. "Apa yang harus aku kasihanin dari perempuan licik ini, sayang?" Tanya Nathan heran. "Dia ngelakuin ini semua karna terpaksa Nat, bukan kemauan dia. Bahkan dia juga berkali kali di sakitin secara nggak langsung sama suaminya, kamu masih tega ngusir dia? Dia lagi hamil Nat," ucap Anna menatap Nathan.
Pria yang di tatap masih kekeh dengan keputusannya. Nathan menggeleng, dan kembali bersuara. "Aku tetep nggak mau dia tinggal di sini. Ibu sama adek kamu otw sini kan? Gimana tanggapan mereka kalau lihat ada perempuan asing di sini? Aku nggak mau mereka mikir macem macem. Mawar, kamu harus pindah dari sini sebelum malem tiba." Setelah mengucapkan itu, Nathan langsung berjalan meninggalkan mereka berdua dan menuju ke kamarnya.
Anna menatap kasihan ke arah Mawar yang sekarang menunduk lemas. Terdengar isak tangis, perempuan itu menangis lagi. Anna memeluk Mawar, dan bersuara.
———
"Lepasin! Gue mau pulang Reno!" Teriak Shasa berusaha melepaskan diri dari genggaman Reno.
Reno terus saja mencengkeram erat tangan Shasa, dan tidak membiarkan perempuan itu meninggalkan rumah ini. Reno tidak memikirkan lagi kedatangan Mawar dan Anna tadi, yang ada di pikiran Reno sekarang adalah Shasa harus terus bersama dia sampai suatu saat dia yang melepaskan Shasa, bukan Shasa yang pergi atas kemauannya sendiri.
Reno menghimpit Shasa di tembok, mengunci pergerakan perempuan itu. Beberapa detik, Shasa merasakan benda kenyal di atas bibirnya. Reno mencium Shasa dengan penuh gairah, sedangkan Shasa terus mencoba memberontak.
Reno kembali berusaha untuk membuka semua pakaian Shasa, dan itu adalah hal yang mudah. Sedangkan kini Shasa menangis. Ia menyesal begitu mudah percaya dengan lelaki ini. Shasa menahan teriakannya, saat merasa benda panjang menerobos miliknya tanpa permisi.
Shasa sudah tidak bisa melakukan apapun lagi selain pasrah dengan apa yang di lakukan oleh Reno. Karena sekuat apapun dia memberontak, dia akan tetap kalah. Shasa menatap Reno yang terus bergerak di atasnya dengan penuh nafsu. Shasa yang biasanya ikut menikmati permainan, kini dia hanya diam merasakan benda itu keluar masuk. Ia memikirkan kejadian tadi, melihat tatapan kaget Anna, membuat Shasa cukup bingung. Kenapa seolah olah Anna tersakiti dengan apa yang sudah ia lakukan, padahal Mawar lah yang harusnya tersakiti.
Reno ambruk di atas tubuh Shasa, memainkan gunung kembar milik Shasa, dan memberikan tanda merah di sana. Shasa tidak habis pikir dengan Reno, bukannya mengejar istrinya, dia malah melakukan itu lagi. Ingin menangis rasanya, sampai kapan Shasa harus terjebak dengan pria gila seperti Reno.
"Jangan coba coba kabur dari gue, atau video itu bakal kesebar!" Ancam Reno yang seolah tau isi pikiran Shasa.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan
Historia Corta"Kau membutuhkan pekerjaan bukan?" "Ya." "Aku punya pekerjaan yang mudah dilakukan tapi gaji nya besar." "Apa itu?" "Jadilah selingkuhan ku." Anna seorang gadis perawan usia 21 tahun. Di usia sekarang ini, Anna memang belum memikirkan untuk menikah...