Happy reading
°
°
°Nathan dan Anna sudah berada di kamar mereka setelah makan malam bersama dengan ibu dan Celin. Anna sempat beberapa kali terdiam, hal itu membuat Nathan bingung. Ia menggenggam tangan istrinya, kemudian menatap dalam mata Anna. "Kamu kenapa sayang? Sejak mereka sampai di sini, kamu jadi lebih banyak diam." Tanya Nathan.
Anna tersenyum dan menggeleng pelan. "Aku nggak papa, cuma rasanya sedikit gelisah, tapi aku juga nggak tau kenapa." Jelas Anna. Nathan mengelus rambut Anna. "Mungkin kamu kecapean hari ini, sekarang kamu tidur dulu ya. Aku masih mau ngerjain tugas kantor sebentar." Ucap Nathan.
Anna mengangguk kemudian membaringkan tubuhnya menghadap Nathan. "Aku tidur duluan ya, maaf nggak bisa nemenin kamu begadang." Nathan tersenyum kemudian mengecup kening Anna. "No problem sayang, aku bakal ngerjain tugas itu secepatnya dan nemenin kamu tidur." Ucap Nathan dan Anna hanya mengangguk kemudian mulai memejamkan mata. Nathan beranjak keluar menuju ruang kerjanya yang berada di bawah.
Nathan turun ke bawah, namun langkahnya terhenti ketika melihat seorang perempuan sedang berjalan pelan di depannya. "Celin?" Panggil Nathan.
Celin yang merasa terpanggil langsung menoleh ke belakang. Dengan cepat membalikkan badannya ketika melihat kakak iparnya lah yang memanggilnya. "Kamu ngapain malem malem? Kok belum tidur?" Tanya Nathan. Celin tersenyum kikuk. "Itu kak, aku nggak bisa tidur. Jadi tadinya aku mau nonton tv. Kakak sendiri, kok belum tidur?" Tanya Celin.
Nathan menuruni tangga dan menghampiri Celin. "Kakak masih ada kerjaan yang hari ini juga harus di selesaiin, jadi mau begadang buat ngerjain itu." Jelas Nathan yang kini sudah berada di samping Celin.
Celin dapat mencium jelas, bau wangi milik Nathan. Celin memejamkan mata sebentar, kemudian kembali membuka mata. "Oh gitu, yaudah kak aku mau nonton dulu ya." Ucap Celin kemudian menuju ke ruang tv. Nathan pun melanjutkan langkahnya menuju ke ruang kerja.
22.45
"AAAAAAA"
Nathan tersentak kaget saat mendengar teriakan perempuan. Ia pun langsung berlari keluar dari ruang kerja menuju ke kamar istrinya. Namun matanya teralih pada tv yang masih menyala. Ternyata teriakan itu berasal dari adik iparnya.
"Celin? Kamu kenapa teriak?" Tanya Nathan panik. Celin yang semula menutup mukanya dengan bantal, perlahan menurunkan bantal itu. Ia menatap kakak iparnya, tanpa sadar memeluk Nathan. "Aku takut! Tadi aku nonton film horor, terus tiba tiba ada suara tadi." Jelas Celin dengan nafas tak beraturan.
Nathan menghela nafas kemudian melepaskan pelukan Celin secara perlahan. "Maaf. Mungkin kamu salah denger. Sekarang kamu tidur aja." Ucap Nathan dan Celin menggeleng pelan. "Aku nggak berani ke atas sendirian kak." Lirih Celin.
Nathan kembali menghela nafas. Ia masih ada sedikit pekerjaan yang harus di selesaiin. Terasa malas sekali jika dia harus naik turun tangga untuk mengantar Celin. "Kamu ikut kakak dulu kalau gitu, nanti kita ke atas bareng." Ucap Celin kemudian melangkah kembali menuju ke ruang kerjanya dan di ikuti oleh Celin.
Nathan duduk di kursinya, dan mempersilahkan Celin untuk duduk di sofa panjang yang ada di ruangan itu. "Itu ada cemilan, siapa tau kamu pengen nyemil." Ucap Nathan tanpa melihat Celin yang duduk di depannya.
Celin terus menatap Nathan dari tempat ia duduk. Entah mengapa ada sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Beberapa menit kemudian, Celin merasa bosan dan memilih untuk makan cemilan. Namun sudah beberapa kali ia mencoba membuka bungkus cemilan itu, hasilnya nihil karena mendadak tangannya terasa licin. "Kak minta tolong sebentar bukain ini." Ucap Celin berjalan ke arah Nathan.
Entah dorongan darimana, tiba tiba Celin terpeleset. Nathan yang melihat itu langsung refleks bangun dan hendak menangkap Celin namun ia kalah cepat, sehingga Celin terjatuh di atas tubuhnya yang juga ikut terjatuh.
°°°°°°°
"Emhh enak kakhhh ahh.."
Nathan terus menggerakkan pinggulnya, menusuk perempuan yang mengangkang di bawahnya.
Matanya menatap Celin di bawah tubuhnya yang sedari terus mendesah karena dirinya. Ia tersenyum dan mencium rakus bibir adik iparnya itu. Tangannya beralih menangkap kedua buah dada milik Celin secara bergantian.
Nathan mempercepat gerakannya saat di rasa dirinya sudah hampir mencapai klimaks. Tangannya turun ke bawah memainkan kacang kecil milik Celin agar perempuan itu semakin terangsang.
Beberapa menit kemudian, Nathan mencabut miliknya dan mengocok miliknya di depan wajah Celin dan segera mengeluarkan cairan putih. Ia turun ke bawah, membuka lebar kedua paha Celin, dan melihat cairan putih milik Celin yang terus keluar.
Nathan tersenyum puas melihat cairan Celin yang begitu banyak. Nathan mengangkat tubuh Celin ke dalam pangkuannya. "Masukin lagi." Perintah Nathan. Celin yang masih lemas, meraih pelan milik Nathan yang sudah membuatnya keenakan itu, dan memasukkan kembali ke dalam miliknya.
Nathan mengecup bibir Celin, tangannya menangkup pantat Celin. "Gerak sayang." Bisik Nathan tepat di samping telinga Celin. Kemudian menjilat pelan telinga Celin. Tangannya masih menangkup pantat Celin, dan membantu perempuan itu bergerak.
Celin mendongak saat kembali mendapatkan kenikmatan. Ia meraih satu tangan Nathan, dan dituntun untuk meremas payudaranya. Nathan menyeringai, dan meremas kuat buah dada Celin. "Nakal ya."
Melihat Celin yang terlihat sudah lelah, Nathan menurunkan tubuh Celin. Dan membalikkan tubuh Celin agar menungging. Kemudian kembali memasukkan miliknya. Kembali bergerak dengan cepat, sehingga terdengar bunyi dari kulit mereka yang saling bertabrakan.
Sesekali Nathan menampar pantat Celin sampai muncul bekas kemerahan akibat tamparannya. Sedangkan Celin, ia hanya mampu mendesah antara keenakan dan kesakitan karna permainan Nathan yang begitu kasar.
Nathan menyadari jika Celin akan segera mencapai klimaks, namun dengan cepat Nathan segera mencabut miliknya yang membuat perempuan itu kesal. "Kak! Kok di cabut sih? Aku udah hampir sampai!" Kesal Celin.
Nathan tidak menjawab ucapan Celin. Celin yang semakin kesal karena di hiraukan hendak bangkit namun ia dikagetkan dengan tangan Nathan yang mencengkram kuat pantatnya. Ia kembali di kejutkan karena Nathan memasukinya di lubang analnya yang sama sekali belum pernah di masuki sebelumnya.
"Akhh kak sakit! Keluarin kak!" Ucap Celin sedikit berteriak karena kesakitan. Tangannya beberapa mencoba meraih tangan Nathan yang masih mencoba memasukkan miliknya sepenuhnya. Namun Nathan selalu menepis kasar tangannya.
Celin pun hanya bisa pasrah, dan menahan sakit yang nantinya akan berubah menjadi keenakan.
"Ahh fuckk ini baru enak! Sempit enghh." Desah Nathan sambil menggerakkan miliknya perlahan yang terasa terjepit.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan
Short Story"Kau membutuhkan pekerjaan bukan?" "Ya." "Aku punya pekerjaan yang mudah dilakukan tapi gaji nya besar." "Apa itu?" "Jadilah selingkuhan ku." Anna seorang gadis perawan usia 21 tahun. Di usia sekarang ini, Anna memang belum memikirkan untuk menikah...