Part 24 : Ikhlas Menerima

3.5K 106 4
                                    

Tubuh Anna benar-benar terasa melemas, melihat testpack bergaris dua itu. Ia menatap Nathan dengan tatapan tak percaya. Air mata kembali turun membasahi pipinya.

Tiba-tiba Nathan tertawa renyah membuat kedua perempuan itu menatapnya bingung dan aneh.

"Kamu jangan gila Mawar! Kita nggak pernah ngelakuin itu, gimana bisa kamu hamil anak aku hah?" Ucap Nathan emosi.

Mawar mengangguk kecil. "Mungkin kamu nggak inget, tapi aku masih inget jelas kejadian itu. Mau aku ceritain?" Tanyanya menatap Anna dan Nathan bergantian.

"Ceritain semuanya," ucap Anna datar.

Flashback on

Nathan benar-benar tak percaya apa yang di katakan oleh Mawar. Ia memandang Anna yang tengah merintih kesakitan, namun kakinya seperti susah untuk menghampiri Anna. Hingga akhirnya Anna kehilangan kesadarannya.

"Anna!" Teriak Nathan panik. Ia segera menggendong Anna menuju ke mobilnya.

"Aku mau ikut." Ucap Mawar duduk di kursi depan bersama Nathan. Sedangkan Anna, perempuan itu di tidurkan di belakang. Nathan tidak menghiraukan Mawar, ia terlalu panik melihat Anna yang tiba-tiba tidak sadarkan diri.

Setengah jam berlalu, akhirnya mereka tiba di rumah sakit. Nathan langsung memanggil seorang suster untuk dengan segera menangani istrinya.

Kini ia tengah menunggu Anna, di depan ruangan Anna. Mawar pun turut duduk menunggu di sebelah Nathan.

"Nathan, kamu harus percaya sama ucapan aku tadi. Aku sama sekali nggak bohong."

Nathan tidak menghiraukan ucapan Mawar. Ia benar-benar pusing, kalau misalkan memang benar ucapan Mawar bahwa Anna tengah hamil, mengapa Anna sama sekali tidak memberitahunya?

Apalagi Mawar bilang kalau Anna juga beberapa kali Anna sempat ingin menggugurkan kandungannya. Yang itu artinya, Anna tidak bisa menerima kehadiran calon anak mereka? Apa selama ini pula Anna belum bisa mencintainya?

Ruangan terbuka membuat Nathan langsung berdiri. "Gimana keadaan istri saya dok?"

Dokter itu menghela nafas. "Syukurlah istri bapak segera di bawa ke sini. Karena jika telat saja sedikit, kemungkinan janin yang ada di perut istri anda tidak dapat di selamatkan karena kondisi kandungan sebelumnya memang sudah lemah."

"J–janin?" Gumam Nathan.

"Iya pak. Istri bapak sedang mengandung, dan usianya sudah 7 minggu. Jadi karena usia kandungannya yang masih di bilang muda, mohon untuk lebih di jaga istrinya ya pak. Saat ini istri anda masih belum siuman. Istri anda harus di rawat inap di sini selama satu hari, besok baru di perbolehkan pulang, karena kondisi istri bapak masih lemah dan perlu istirahat. Jadi tolong biarkan istri anda istirahat dan jangan membuat kekacauan. Kalau begitu saya permisi dulu."

Setelah dokter itu menghilang, Nathan masih saja diam mencerna ucapan dokter itu. Janin? Itu artinya yang di bilang Mawar memang benar, bahwa Anna tengah hamil.

"Kamu pasti nggak nyangka ya? Aku kan udah bilang. Kamu biarin Anna istirahat dulu, mending kamu tenangin diri kamu selama Anna masih belum siuman." Ucap Mawar saat melihat Nathan hendak beranjak masuk ke dalam ruangan.

Nathan terdiam di tempat, sampai akhirnya ia mengangguk dan menatap sendu pintu ruangan Anna.

"Biar aku aja yang nyetir." Ucap Mawar, dan Nathan hanya diam namun tetap menuruti ucapan Mawar.

Sepanjang perjalanan Nathan hanya diam menatap datar jalan. Tanpa sadar, Mawar membawanya ke sebuah club.

"Aku tau kamu pasti stres mikirin ini, jadi menurut aku kita bisa minum-minum sebentar di sini buat nenangin pikiran. Tapi kamu tenang aja, aku bener-bener tulus dan nggak ada niatan macem-macem."

Akhirnya Nathan dan Mawar berjalan beriringan menuju ke dalam club tersebut.

"Dua ya." Ucap Mawar memesan minuman.

Mawar segera menyerahkan minuman pada Nathan saat pesanannya sudah tiba.

"Ini, minum." Mereka berdua terus minum, Nathan entah sudah menghabiskan berapa botol, sedangkan Mawar ia hanya minum beberapa gelas saja.

Hingga tak berapa lama, Nathan sudah benar-benar mabuk. Ia mulai meracau tidak jelas. Mawar yang melihat itu langsung mengajak Nathan untuk segera beranjak dari tempat duduknya.

Namun Nathan malah memeluknya erat. Mengenduskan kepalanya di leher Mawar, yang membuat perempuan itu kegelian.

"Kamu udah mabuk ya?" Tanyanya berusaha membantu Nathan untuk berdiri.

Bukannya menuju ke arah parkiran, Mawar justru membawa Nathan ke sebuah kamar yang tersedia di club itu.

Mawar meletakkan kasar tubuh Nathan ke kasur. Hal itu sama sekali tidak membuat Nathan sadar. Dengan perlahan Mawar mulai membuka sepatu yang di gunakan oleh Nathan.

Ia merangkak ke atas tubuh Nathan, memandang cukup lama wajah tampan milik Nathan. Hingga akhirnya ia bangkit, dan hendak pergi untuk membersihkan diri.

Namun sebelum itu, tangannya sudah terlebih dahulu di tarik oleh Nathan untuk berada di pelukan lelaki itu. Nathan membelai pipi Mawar yang masih mematung.

Tanpa sadar Nathan beralih berada di atas Mawar mengukung perempuan itu di dalam kuasanya. Nathan menyeringai, melihat itu Mawar pun ikut tersenyum karena tau apa yang akan terjadi.

Mawar memejamkan matanya saat benda kenyal menempel di bibirnya. Nathan menciumnya, bukan ciuman kasih sayang melainkan ciuman yang penuh nafsu. Namun Mawar sama sekali tidak menghiraukan itu.

Tak terasa mereka berdua kini sama-sama dalam keadaan telanjang bulat. Mawar memekik pelan saat benda panjang itu menerobos ke dalam miliknya.

Payudaranya di remas kuat oleh lelaki di hadapannya ini. Namun ia sangat suka dengan permainan ini yang membuatnya bahkan tak mampu berbuat apapun selain mendesah.

Berkali-kali cairan putih itu keluar memberi kehangatan di rahim milik Mawar. Sprei yang semula tertata rapi kini semuanya berantakan dan lengket akibat cairan mereka berdua yang terus saja keluar.

Di hentakan terakhir, dia kembali menyemprotkan spermanya di rahim milik Mawar. Kemudian mencabut miliknya, dan merebahkan diri di samping Mawar. Meraih selimut hingga sebatas dada untuk menutupi asetnya. Ia sama sekali tidak memperdulikan Mawar yang terkapar lemas akibat perbuatannya.

Flashback off

"Kemarin aku udah nerima surat perceraian dari kamu. Sebenernya aku udah mau nyerah dan hampir aja tanda tanganin surat itu, tapi ternyata takdir masih membiarkan kita hidup bersama sebagai suami istri dengan anak kita nanti." Ucap Mawar tersenyum lebar.

"Mulai sekarang aku juga bakal ikhlas dan terima Anna sebagai istri kamu. Asalkan kamu bisa bersikap adil sama kita karena saat ini kita sama-sama hamil anak kamu. Dan aku minta sama kamu, mulai sekarang untuk mencoba mencintai aku lagi. Aku nggak mau anak kita nanti tau, kalau misalkan ayahnya ternyata sama sekali nggak ada rasa sama ibunya. Kamu pasti tau gimana sakitnya anak kita nanti kan?" Lanjut Mawar.

Anna menatap Nathan yang kini juga menatapnya sendu. "Selamat."

"Kamu bakal jadi ayah. Bukan untuk satu anak, tapi untuk dua anak sekaligus."

"Anna ..."

"Nggak papa. Aku juga akan melakukan hal yang sama seperti Mawar. Aku akan mencoba menerima dan sadar bahwa selamanya aku akan akan jadi istri kedua kamu."

Anna menghela nafas berat. "Ini bukan suatu kesalahan. Karena kalian masih sah sebagai suami istri. Jadi kamu nggak perlu panik kayak gini. Harusnya kamu seneng sekarang kedua istri kamu, secara bersamaan sedang hamil anak kamu."

"Aku mau ambil minum dulu," pamit Anna. Sesampainya di dapur ia menangis.

Benar saja, akhir-akhir ini perasaannya tidak tenang. Mimpi di rumah sakit dulu bukanlah kali pertama dan terakhir. Ternyata tanpa Nathan tau, akhir-akhir ini Anna juga sering bermimpi seperti itu.

Ia masih belum percaya ini. Mimpi menjadi kenyataan. Namun ia bisa apa? Anna tidak boleh egois, ia akan menerima ikhlas status istri kedua untuk selamanya.

Tbc

Istri Simpanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang