Hidupku telah berubah setelah bertemu dia...
Di sekolah sore hari...
Kriiiiiiinngggg....
Bunyi bel pembawa semangat tepat jam 16.00 sore. Guru mapel pun keluar dari ruangan kelas. Seketika kelas menjadi gaduh layaknya tempat karaoke. Tempat dudukku berada paling belakang. Ku masukkan buku-buku yang berserakan didepan mataku ke dalam ransel. Kututup resleting ranselku dan kupunggungi ransel tersebut. Segera aku bangkit dari tempat duduk untuk cepat-cepat pulang kerumah."Heii, kau mau pergi kemana bocah cosplayer Ijat!" Tanya Revan menghadangku dari depan. Semua murid hanya berlalu lalang tidak mempedulikanku.
"Hei bos, ayo kita ke markas sekarang." Ajak Fadli anak buah Revan.
"Kau pergi saja duluan, aku ada urusan dengan dia." Jawab Revan dengan tersenyum sinis. Segera Fadli pergi meninggalkan kelas, sehingga hanya tersisa kita berdua dikelas.
Aku hanya bisa menundukkan kepala seperti pecundang yang pasrah akan takdir. Walaupun begitu tetap saja, rasa ingin memukul Revan naik drastis. Revan berjalan mendekatkan wajahnya di samping telingaku.
"ANAK SEPERTIMU SANGAT TIDAK BERGUNA DIKELAS INI!, LEBIH BAIK KAU PINDAH KELAS SAJA!" Teriak Revan dengan sangat keras tepat disebelah telingaku. Kesabaranku telah habis. Kukepalkan tangan kananku dengan erat bersiap untuk menghantam pipi Revan dengan sangat keras. Ku luncurkan hantaman tepat mengenai pipi Revan. Revan memegang pipi bekas hantamanku terlihat sedang menahan sakit.
Revan terlihat merah mengeluarkan asap di ubun-ubun kepalanya, terlihat dia sangat menahan emosi dan akhirnya berhasil meluapkan emosinya. Segera aku menaiki meja-meja sambil berlari menuju pintu keluar kelas. Tapi tidak semudah itu, Revan menahan kaki dan menarik dengan kuat sehingga kepalaku terbentur ujung meja dengan keras dan terjatuh dari atas meja.
"Akhh." Secara otomatis aku langsung memegang keningku berusaha menahan rasa nyeri sakit ini. Tanpa kusadari bahwa kacamataku terjatuh entah kemana.
"Aku belum membalasmu!" Teriak Revan seraya meluncurkan kepalan tangan, terlihat tangan yang besar menuju kearahku dan mendarat di pipi kiriku.
Revan bangkit, hendak meninggalkanku yang terbaring tidak berdaya, ia berjalan dan tidak sengaja menendang kacamataku. Ia mengambil kacamata tersebut dan mematahkannya dengan mudah bagaikan mematahkan ranting pohon.
"Ini kukembalikan." Revan melempar kacamata ku dan mendarat ke arahku.
Hanya tersisa aku seorang diri mengambil kacamata yang hancur tersebut. Karena aku merasa kesal akupun menggenggam kacamata tersebut erat-erat untuk melampiaskan rasa kesalku ini."Apa Aku harus membeli kacamata baru lagi?" Tanyaku dalam hati yang sepi ini.
Akhirnya ku bulatkan tekad ku untuk membeli kacamata baru sepulang sekolah. Ku berlari berlawan arah dari rumahku. Hembusan angin kencang dicampur debu yang menusuk mataku, tidak membuatku berhenti berjalan.
Hingga pada akhirnya telah sampai didepan toko kacamata. Jam tangan ku menunjukkan pukul 16.15 sore. "Masih jam segini tapi kenapa tokonya mau ditutup"? Tanyaku sembari berfikir keras. Tanpa basa-basi aku langsung memasuki toko tersebut dengan percaya diri."Halo apa tokonya buka?". Aku bertanya sambil kebingungan.
"Ohh selamat datang silahkan dipilih kacamata lensanya". Pegawai perempuan cantik menjawab sambil mendekat ke arahku.
"Hmm anu, kalau boleh tahu apakah disini masih menyediakan model kacamata yang seperti ini?" Aku bertanya untuk kedua kalinya sambil menunjukkan kacamata yang pecah.
"Hahahaahahaha". Pegawai tersebut tertawa dengan suara yang sangat indah, ditambah wajahnya yang manis, dan cantik."Sial tertawanya terlalu sempurna, dan manis". Ucapku dalam hati.
"Hmm, sepertinya model seperti ini sudah tidak diproduksi sama pabrik kacamata". Pegawai tersebut menjawab dengan wajah serius."Haaaaaahhhh.... Yang benar saja, aku sangat menyukai model yang seperti ini". Aku menjawab dengan wajah agak kecewa.
"Tapi walaupun tidak ada, toko kami masih punya beberapa model yang lebih bagus dari ini." Kata pegawai sembari menunjukkan beberapa kacamatanya.
Kulihat, kupantau, kuteliti. Hingga pada akhirnya mataku tertuju pada satu kacamata yang sangat menarik perhatianku.
"Hah aku pilih yang itu!!" Ucapku sembari menunjuknya.
" Bagaimana kalau dicoba dulu?". Tanya pegawai sambil memberikan kacamata tersebut.
"Oke akan aku coba." Sambil memasang kacamata ke kepalaku,
Aku pun bergegas melihat ke cermin toko, dan ternyata sangat cocok untukku."Sangat cocok untukmu bukan?" Tanya pegawai sambil tersenyum manis.
"Yaa, tidak buruk juga, aku beli yang ini berapa harganya?" Akupun bertanya balik sambil bercermin."170.000". Jawab pegawai dengan santai.
Akupun segera mengambil uang dalam tas dan menghitungnya."Oke 170.000."Jawabku sambil bercermin di cermin lagi ditambah meratakan rambutku dengan tangan.
"Terimakasih karena sudah berbelanja disini, jangan lupa untuk datang lagi". Ucap pegawai sambil melambaikan tangan.
Akupun keluar dari toko kacamata tersebut sambil memakai kacamata baru. Saat dalam perjalanan pulang aku mendengar bisikan dari belakang, bisikan itu seperti memanggil-manggil namaku. Tapi aku berpura-pura tidak mendengar dan tidak melihat kebelakang. Suara bisikan tersebut semakin mendekat suaranya semakin indah.
"Gawat gawat gawat siapa yang ada dibelakangku!!".sontak bulu kudukku berdiri semua, Aku pun gemetaran setengah mati sampai-sampai aku tidak bisa berjalan. Kakiku terasa membeku seketika dan gemetaran malah bertambah kencang, detak jantungku terasa berdebar-debar.
"A a a aku yakin dia bukan manusia, auranya sangat berbeda". Ucapku dalam hati sambil tutup mata."Kaaaauuuu bisa melihatku?" Suara gadis disebelah telinga kananku.
Aku pun memberanikan diri menengok ke kananku dan ternyata wanita berambut hitam, panjang, wajah yang cantik, bermata biru indah, tersenyum manis dihadapanku."Aku butuh bantuanmu". Ucap wanita misterius sambil memandangku.
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Girlfriend
RomanceFarzan anak SMA yang dapat melihat gadis 16 tahun yang sangat cantik. Tapi sayangnya gadis itu telah meninggal 5 tahun lalu. Kacamata baru tersebutlah yang membuat Farzan dapat melihat gadis cantik ini. Gadis itu terus melekat pada Farzan, ia pun mu...