BAB 3 : MERICA KEDUA?

91 57 21
                                    

Jangan lupa untuk follow...

Pukul 06.30, aku keluar untuk berangkat sekolah. Kulihat jalanan begitu sepi. Pelan-pelan aku melangkah ke jalanan. Sunyi sekaligus dingin membuat bulu kudukku berdiri. Lenggang sekali seperti kota mati. Hanya ada beberapa kawanan burung dengan kicauan yang merdu diatas.

Saat berjalan kaki, mataku berkeliling melihat sekitar untuk mencari seseorang yang sangat penting. Hingga pada akhirnya Mataku terfokus pada gadis yang sangat mirip dengan Merica, sedang berdiri di sebelah pohon mangga seberang jalan menunggu taksi umum. Hatiku begitu senang bagaikan bunga bermekaran karena telah menemukan Merica.

"Hooooyyy Mericaaa.. aku disiniiii". Kataku sambil berlari dengan tatapan fokus ke Merica sambil melambaikan tangan.

"Hmm maaf, anda siapa yaa?". Gadis itu kebingungan saat melihatku tepat didepannya.

"A a a a apa yang kau katakan? Ini aku Farzan Ghair.

Aku malah ikut kebingungan karena dia seperti baru melihatku untuk pertama kalinya. Merica yang satu ini lebih dewasa dibandingkan yang aku temui kemarin.

Mbep mbepp....
Suara klakson taksi yang berjalan menghampiri gadis itu.

"Ohh maaf, sudah ada taksi aku pergi berangkat kerja dulu". Gadis itu memandangiku dengan kening yang dikerutkan pertanda bahwa dia menganggapku bodoh.

Sebelum gadis itu naik, Aku memegang tangan gadis itu dan berkata
"Bukannya kau sudah mati? Merica?". Tanyaku sambil menghadap kebawah.

"Apa yang.... Tooolloooonggg ada orang mesum disiniii....". Gadis tersebut berteriak, Sontak warga sekitar langsung memperhatikanku. Secara otomatis Aku melepaskan tangan gadis itu.

"Tidak tidak tidak aku hanyaaa eeeee...".
Aku langsung bergegas lari secepat-cepatnya meninggalkan tempat tersebut.

"Ahah hah hah dasar perempuan, seenaknya saja menuduhku seperti itu". Kataku sambil berlari menuju sekolah.

........

Saat sampai kelas. Suasana kelas yang berisik seketika menjadi hening saat aku datang dengan nafas terengah-engah. Aku berjalan menuju tempat dudukku yang berada di paling belakang, berjalan melewati omongan-omongan negatif dari teman-temanku sendiri.

Aku diam saja, sampai akhirnya aku sampai dimeja paling belakang dan paling pojok. Aku melepas tas, membuka resleting tas, dan langsung mengambil buku. Aku hanya berpura-pura belajar tapi sebenarnya aku sedang berfikir kemana perginya hantu Merica. Tak lama setelah itu.

Duakkkkk..

Suara benturan keras pintu membuat satu kelas terkejut tertama aku sendiri. Tak lama setelah benturan keras, muncul gerombolan preman dikelasku yang bernama Fadli, Morcha, dan Revan. Pemimpin preman tersebut tentu saja bernama Revan. Tinggi Revan sekitar 182 cm. Revan berjalan menuju ke bangku paling belakang bersama rombongannya. Karena aku terlihat sedang serius belajar, mereka mengancamku untuk memperlihatkan jawabanku saat sudah selesai.

"Hei Farzan, bolehkah aku meminta jawabanmu saat kau sudah selesai nanti?" Tanya Revan dengan memberikan setengah senyuman.

"Kau pikir aku mau memberikannya begitu saja hah?" Balasku sambil berdiri bangkit dari tempat dudukku.

"Kau tahu Farzan, aku sudah memintamu dengan cara baik, tapi kau memancing emosiku". Revan terlihat menyeringai, dia membuka jendela kelas, dia menggigit bibir tanda sedang menahan emosi.

Dengan cepat Morcha, dan Fadli memegang kedua tanganku, mengunci kedua tanganku dengan cara melipatkan tanganku kebelakang. Keringatku menetes, menahan rasa sakit ini tidaklah mudah, tangan kanan dan kiriku serasa berteriak karena hampir patah. Morcha dan Fadli menendang tungkai bagian belakang, membuatku berlutut tepat dihadapan Revan. Hidungku berkerut, tanda aku tidak tahu mau melakukan apa. Siswa yang lain hanya bisa menyaksikan dari kejauhan.

Ghost GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang