BAB 16 : ADRIAN

5 2 0
                                    

Siang telah berganti sore. Matahari kini mulai terbenam di sebelah barat. Langit-langit yang berwarna ke oranye nan, membuat langit bertambah indah nan cerah. Gerombolan burung yang tadinya ke arah timur, kini berbalik ke arah barat. Tanda ini menunjukkan pukul 17.00 sore.

Adira, atau bisa disebut ibuku, gadis tersebut tengah di landa kegugupan di kamarnya tepat tengah duduk di temani alat-alat kosmetik dan cermin. Gimana tidak gugup, sang calon suaminya akan mengajaknya pergi ke suatu tempat. Ia memang telah bersiap mulai dari merapikan pakaian, menata rambut, dan tentu saja berdandan dari jam 16.00 sore.

Secara tiba-tiba, terdengar suara ketukan berirama. "Tok tok tok..."

"Buu.. ada seseorang di luar." Teriakku yang tepat didepan kamar Adira.

"I-iya sebentar." Saut ibuku dengan segera. Ia bangkit dari meja kosmetiknya, dan mulai berjalan keluar.

"Ceklek." Suara terbukanya pintu kamar, membuatku dapat melihat sosok ibuku yang sangat cantik dan anggun.

"Ibu sore ini sangat cantik, aku yakin ibu akan di lamar oleh lelaki itu." Responku yang melihat layaknya sosok bidadari.

"Ahh.... ibu mau membuka pintu dulu yaa." Adira mengalihkan topik dan segera lari kecil untuk membukakan pintu.

Dan setelah dibuka, yang benar saja. Terlihat sosok pria tinggi, berjas, dengan gaya rambut agak panjang disisir ke belakang. Pria tersebut memakai sepatu layaknya pegawai kantoran. Celana panjang yang tentu saja rapi seperti baru disetrika. Ditambah tangan kanan yang disembunyikan di belakang tubuhnya.

Kedua mata Adira terbelalak lebar setelah melihat pujaan hatinya tepat di depan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua mata Adira terbelalak lebar setelah melihat pujaan hatinya tepat di depan matanya. Aku yang penasaran pun langsung ikut menghampirinya dan berada di belakang ibuku si Adira.

"Halo sayang, ku bawakan bunga yang wangi untukmu, sewangi dirimu, ehh bahkan lebih wangi kamu ketimbang bunga ini" Sapa sang pria, ia memberikan buket bunga yang lebat.

"Ihh sayang." Adira menerima bunga yang diberikan pria tersebut. Karena Adira agak malu, setelah menerima bunga tersebut ia menempel lekat memeluk pria tersebut. Aku yang melihat kejadian ini hanya bisa menganga tidak percaya.

"Ouuh, apakah dia putramu yang kau ceritakan sebelumnya? Ehhmm kalau tidak salah namanya....Fauzan?" Tanya pria tersebut layaknya tertarik.

"Hah? Ibu menceritakan tentangku?" Batinku dengan penasaran. Adira segera melepaskan pelukannya dan berbalik ke arahku.

"Ah, iya di putraku satu-satunya, dan nama Farzan! Bukan Fauzan!" Saut ibuku membenarkan perkataannya.

"Salam kenal saya Adrian, calon papah kamu." Adrian menjulurkan tangan kanannya hendak berjabat tangan. Aku pun berjabat tangan dengannya. Ku rasakan genggaman yang kuatnya bukan main. Karena merasa terlalu lama berjabat tangan Adrian pun melepaskannya.

"Kalau boleh tahu, apakah pak Adrian juga pernah mempunyai istri?" Tanyaku karena rasa penasaran yang terus menghantui.

"Yaa, aku pernah punya istri tapi sudah ku ceraikan, kami bahkan sudah punya dua putri kembar, tapi sayang yang satunya sudah meninggal kurang lebih lima tahun yang lalu." Adrian menjelaskan rumah tangganya.

Ghost GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang