BAB 18 : ISTANA

5 2 0
                                    

Selesai pernikahan antara Adira dan Adrian...

Di pagi hari yang cerah. Sinar matahari menyapaku. Kedua mataku yang sipit terbuka secara perlahan-lahan, tangan kananku refleks mengambil kacamata yang berada di meja belajar. Ku tenggerkan kacamata di atas hidung lantas ku lihat Merica yang tampak menggerutu kesal.

"Ada apa Merica?"tanyaku dengan penasaran.

"Apa kau serius mau meninggalkan rumah ini?"tanya balik Merica dengan raut muka yang terlihat sedih namun tertutup oleh wajah kesalnya. Mendengar perkataan Merica membuatku teringat bahwa ini adalah hari dimana ibuku dan aku akan pindah ke rumah Adrian setelah pernikahan mereka selesai.

"Yaa..tentu saja," jawabku dengan singkat. Mendengar jawabanku yang singkat dan kurang memuaskan, kini mata Merica terbelalak lebar, dan siap mengoceh.

"Kau tidak tahu,ada banyak kenangan dirumah ini, kau bahkan dilahirkan dirumah ini!"ujar Merica yang begitu emosional.

"Tidak, aku dilahirkan dirumah sakit,"jawabku sembari mengalungkan handuk dan bersiap untuk pergi mandi.

"Farzan!! Ini adalah tempat pertama kali kita bertemu,"gadis tersebut pantang menyerah untuk mempertahankan rumah ini. Langkahku seketika berhenti setelah perkataan Merica masuk dari telinga kanan dan keluar telinga kiri.

Dengan pandangan kosong, aku membalikkan badan ke arah Merica. Layaknya dihipnotis oleh sesuatu yang kuat.

"Bagus, akhirnya kau mengerti juga." Kedua tangan gadis tersebut terlipat dibawah buah dada. Ia mengangguk bangga sekaligus mata yang terpejam.

"Yaa, ini adalah tempat pertama kali kita bertemu, terimakasih sudah mengingatkan." Lantas aku berpaling dan langsung pergi meninggalkan Merica. Merica yang melihat punggungku yang semakin menjauh, hanya bisa terpaku.
...
...
...
Sore hari telah tiba. Warna langit yang sangat indah di sore hari, membuat hati damai, tentram. Secara mendadak Adrian membuka pintu, ia tampak kelelahan sehabis bekerja. Akupun tengah di sofa depan tv sembari menunggu pindahan rumah.

"Ayok sayang, kita pindah sekarang juga,"teriak Adrian dari pintu masuk rumah.

"Kamu tidak mau minum makan dulu sayang?"Adira pun keluar dari kamar dengan pakaian yang serba siap, mengangkut tas yang berisi pakaian-pakaiannya.

"Nanti saja, saya minumnya di rumah baru kita, bersama dengan putriku, ia sendirian dirumah,"ujar Adrian yang masih menunggu di depan pintu keluar.

"Ayoo Farzan, kita pindahan sekarang," ajak Adira dengan tangan yang menyeret paksa lenganku.
...
...
...
Perjalanan dari rumahku ke rumah Adrian tidak begitu lama. Hanya memerlukan waktu 45 menit. Tibalah kami dihadapan rumah terbesar diantara rumah yang lainnya. Layaknya istana yang ditinggali oleh seorang raja dan ratu.

Saat kami tiba didepan pintu gerbang yang sangat tinggi, Adrian harus repot turun dari mobil untuk membuka gerbang tersebut. Rumah yang terlihat seperti istana tersebut hanya ditinggali oleh dua orang saja, yakni Adrian dan satu putrinya yang besar dugaan adalah Ferica.

Pintu gerbang yang tinggi dengan aneka ragam ukiran telah terbuka lebar. Kini Adrian masuk kembali ke mobil untuk melaju masuk kedalam rumah.

"Ehmm bu, kenapa kita tidak turun saja dan berjalan kaki masuk kedalam rumah?"tanyaku yang sedang melihat sekitaran lewat kaca mobil.

"Kau akan mengetahuinya Farzan,"jawab singkat Adira sembari memejamkan mata menikmati laju mobilnya.

Kini mobil kembali melaju dan yang kulihat sangat mengejutkan, yakni betapa luasnya lingkungan rumah layaknya lapangan sepak bola, tetapi dengan tanah yang sudah diaspal. Pepohonan besar yang membuat suasana sejuknya bukan main. Bunga-bunga warna-warni yang menghiasi lingkungan rumah.

Ghost GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang