BAB 7 : RENCANA

55 47 20
                                    


Jangan lupa untuk follow, vote, dan coment yaa..

Merica tampak terkejut, membuka matanya lebar-lebar, menggeleng-gelengkan kepalanya serasa tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ketika ada satu nama murid yang tidak asing tertera disana. Hal itu menarik perhatianku dan Dila. Segera ku hampiri dan ku baca. Dan ternyata memang benar, tulisan nama tersebut juga tidak asing lagi bagiku, bahkan sering kali ku sebutkan. Disana tertera nama MERICA SAFETY di nomor urut 62.

"Bukankah ini kau Merica?" Tanyaku seperti orang kebingungan.

"I-ini tidak mungkin, seharusnya aku sudah mati sebelum kelulusan sekolah! Aku mati saat masih kelas 1 SMA, jadi sudah pasti namaku sudah dihapus dari sekolah ini!"
Jawab Merica dengan yakin.

"Sudah kuduga keberadaanmu mencurigakan Merica, aku akan segera panggil khodamku dan melenyapkanmu!" Ancam Dila sembari mata tertuju ke arah Merica.

"Tidak Dila, Merica juga tidak tahu apa-apa tentang ini!" Ucapku untuk melindungi Merica.

"Oke Dila, lenyapkan saja aku sekarang juga." Merica terlihat pasrah melihat aku dan Dila saling berdebat singkat.

"Apa yang kau katakan Merica!!" ucapku dengan keras, memenuhi satu ruangan.

"Tidak apa-apa Farzan, aku merasa telah manambah beban kalian saja, lagipula menurutku kasus ini sangat susah, kuharap diriku di dimensi lain tidak bernasib sama sepertiku." Ucap Merica dengan mata berkaca-kaca. Perkataan Merica membuat pikiranku flash back di bab 3, mengingat kejadian saat bertemu Merica dijalan.

"Tunggu dulu, dimensi lain? Apa maksudmu versi dirimu yang lain?" Tanyaku sembari mengingat sesuatu.

"Yaa...ngomong-ngomong itu hanya teori, tolong jangan dibawa serius." Balas Merica dengan tatapan sayu.

"Itu dia, kenapa aku tidak kepikiran dari tadi!" Kataku sembari menjentikkan jari mendapatkan ide.

"Apa?kenapa kau berkata begitu?" Tanya Dila yang penasaran.

"Aku baru ingat, sebenarnya aku pernah bertemu dengan seseorang yang wajahnya bisa dibilang sangat mirip Merica,hanya lebih dewasa sedikit. Aku tidak tahu ada hubungan apa diantara hantu Merica dengan seseorang yang mirip Merica ini." Jelasku sembari meletakkan tangan didagu sembari berfikir keras memecahkan masalah ini.

"Hah? Apa kau sedang mengantuk Farzan?" Dila menggelengkan kepala layaknya tidak percaya dengan omonganku.

"Kemungkinan itu adalah Merica yang ada di album foto!" Saut hantu Merica dengan percaya diri.

"Iya, menurutku juga begitu." Tanggapku dengan sangat setuju.

"Dimana kau melihatnya?" Tanya Dila dengan rasa penasarannya.

"Didepan rumah pak Ahmad, dia sedang menunggu angkotan umum." Jelasku ke Dila.

"Ohh...pak Ahmad yang didepannya ada pohon mangga besar?" Tanya Dila untuk memastikan apakah lokasi yang dipikirannya benar atau tidak.

"Yaapp binggo."

"Jadi kapan kita akan mengintrogasi Merica palsu itu?" Tanya hantu Merica terlihat tidak sabar.

"Bahasamu seperti seorang detektif sungguhan yaa.." jawabku sembari bercanda.

"Di album kenangan, sudah tertuliskan alamat rumahnya, lebih baik kita kesana sekarang juga, lebih cepat lebih baik bukan?" Saran Dila.

Ghost GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang