BAB 2: KEHILANGAN

129 65 32
                                    

"Aku butuh bantuanmu". Ucap wanita misterius sambil memandang Farzan.

"Bu bu butuh bantuan ku?". Balasku grogi.

"Iya, hanya kau yang dapat membantuku." Jawab gadis dengan suara yang indah.

"Ternyata dia gadis seumuranku, wajahnya cantik, badannya juga bukan main." Gumamku dalam hati.
"Ba baiklah apa yang bisa ku bantu?" Jawabku sambil memasang wajah serius.

"TOLONG CARIKAN INGATANKU AGAR AKU BISA MATI DENGAN TENANG HEHE." Gadis itu melengkungkan mulutnya, tersenyum.

Tentu saja aku panik setelah mendengar permintaan aneh si gadis tersebut. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari secepat-cepatnya, layaknya kebelet berak.
"Hah hah hah tolong tolooongg..."Kataku sambil berlari dan nafas terengah engah. Pejalan kaki hanya memandangku dengan tatapan kebingungan. Saking paniknya, akupun langsung menyeberang jalan tanpa melihat kanan, kiri.

"Tot tot tooooootttt.."
Suara klason truk yang sangat dekat membuatku panik. Tapi untungnya aku masih diberi keselamatan sama yang buat cerita.

"WOYY KALAU NYEBERANG JALAN LIAT-LIAT!!!" Kata supir truk sambil memasang muka kesal. Tak kupedulikan teguran si supir, aku hanya fokus pada 1 tujuan.
.
.
Tak terasa larianku membawaku ke depan pintu rumah. Dangan segera aku membuka pintu rumah sekaligus melepas sepatu sekolah.

"Hah hah hah, fiuh finally aku berhasil kabur." Nafasku memburu layaknya orang dengan penyakit asma.

"Aku pulang." Aku dapat melihat ibuku yang sedang asik mencuci pakaian.

"Kenapa pulangnya terlambat?" Kata ibuku bangkit dari kursi tempatnya mencuci dan membersihkan tangannya.

"A a aku ada jam tambahan." Dengan terpaksa aku berbohong agar ibu tidak mengetahui kejadian aneh tadi.

"Langsung ganti baju dan mandi." Pinta ibuku seperti hari biasa.

"Oke bu"

Kulangkahkan kaki yang terasa pegal ini menuju kamar, tanganku bergerak menuju pegangan pintu, ku putar kekiri agar dapat terbuka, lanjut kudorong pintu kedalam. Akupun masuk dan segera menutup rapat-rapat kembali pintu kamar. Ku balikkan badanku dan terlihat sosok gadis yang tadi bertemu di jalanan.

"Apa maumu, kenapa kamu mengikutiku, dari mana asalmu, makhluk apa kamu ini, siapa namamu?". Kulontarkan pertanyaan beruntun sembari meletakkan ransel yang melekat di punggungku.

"Bisakah kau bertanya satu persatu? Pertanyaanmu membuatku pusing tau." Balas gadis tersebut dengan tatapan sayu.

"O-oke pertama siapa namamu?" Ku ulangi pertanyaan tadi.

"Merica, aku sudah mati 5 tahun lalu! Kenapa? Gak seneng?" Jawab gadis tersebut dengan melotot.

"Kau sudah mati tapi kenapa aku bisa melihatmu!! Apa jangan-jangan aku punya kekuatan super." Balasku dengan reaksi terkejut.

"Hmmm menurut ku, kacamata itu yang membuatmu bisa melihatku." Pikir Merica dengan tajam.

Untuk membuktikannya, dengan sigap aku melepas kacamata tersebut dengan tutup mata rapat-rapat, berharap Merica menghilang.

"Plis, semoga saja hilang." Doa ku dalam hati dengan mata yang masih tertutup rapat. Perlahan ku buka sedikit demi sedikit, dan ternyata benar, kacamata ajaib ini membuatku bisa melihat Merica.

"Yeayy rasakan itu hantu sialan, kau mau bantuanku? Maaf saja aku tidak akan memakai kacamata ini lagi." Ucapku dengan bahagia.

Kulakukan aktivitas menonton tv, menatap cahaya dari ponsel dan lain-lain tanpa memakai kacamata.
Jam menunjukkan pukul 21.00.

Ghost GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang