BAB 11 : IQ

20 12 7
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara Folllow, vote, dan komen..

"Psst. Merica, kita bicarakan diluar kafe." Bisikku ke hantu Merica.

Ku bangkit dari kursi kafe, membuat kursi terdorong ke belakang sehingga suara gesekan kursi kafe dengan lantai membuat Merica 2 mengganti pandangannya yang tadinya fokus pada ponsel kini matanya menyorot kepadaku.

"Yhoo, Merica aku mau menunggu diluar, apa kau mau ikut." Seruku mengajak Merica 2, dengan senyum canggung.

"Tidak usah, aku mau menunggu Amdik saja." Jawab gadis tersebut dengan isyarat mengarah ke Amdik yang sedang membayar ke kasir.

Segera aku melangkah keluar dari kafe. Ku pergi ke tempat sepi yang jaraknya tak jauh dari kafe.

"Jadi, bisa kau jelaskan apa yang terjadi?" Tanyaku dengan tatapan siap menyimak.

"Saat aku menatap wajah pacar Amdik, tanpa sengaja ingatanku pulih, rasanya aku telah pergi sangat lama, tapi saat tersadar ternyata baru beberapa menit saja." Jelas Merica dengan serius.

"Oohh serius? Jadi apa yang kau ingat saat masih hidup?" Tanyaku dengan melipat kedua tangan didepan dada.

"Ferica, pacar Amdik bernama Ferica bukan Merica, entah bagaimana dia bisa menyamar menjadi diriku selama ini." Jawab Merica dengan menggetarkan gigi-gigi seperti geram tercampur kesal,ia menurunkan ujung kedua alis sekaligus mengerutkan keningnya dengan tatapan tajam ke arah kafe.

"Sabar dulu Merica, kita akan memecahkan misteri ini bersama Dila saat Dila kembali ke sini." Sahutku untuk memadamkan kepala Merica yang sepanas gunung berapi. Ku tepuk pundak Merica, gadis yang tadinya menahan emosi kini sekarang mulai rileks dan mampu memadamkan emosinya.

"Yaaa.. kau benar, aku harus bersabar." Gadis tersebut memejamkan kedua mata, menghirup udara segar malam hari dari hidungnya dan mengeluarkannya melalui mulut bersamaan dengan membuka matanya yang bercahaya biru.

"Hoyy Farzan, ayo kita masuk ke expo!" Teriak Amdik dari kejauhan, dengan dibuntuti Merica 2.

"Oh yaa aku kesana." Balasku dengan santai, dengan sigap aku berlari kecil menghampiri Amdik.
..
..
..
Saat berjalan masuk ke dalam expo, bisa terlihat keramaian manusia layaknya lautan manusia. Terdapat sangat banyak wahana, permainan, penjual, bahkan ada tukang pengangkut sampah. Ku pandang Merica yang berada tepat di sampingku sedangkan Amdik dan pacarnya berada didepanku dengan jarak kurang lebih 1,5 meter.

Mata Merica yang tadinya melelehkan air mata, kini berbinar terang berwarna biru, matanya membulat sempurna ketika melihat ribuan lampu kerlap-kerlip yang menempel pada wahana layaknya galaksi di angkasa. Ujung bibir Merica tertarik membentuk senyuman seakan-akan momen paling bahagia dalam hidupnya.

"Heii sayang bagaimana kalau bermain itu." Ujar Merica 2 dengan menunjukan jari ke arah permainan berhadiah. Langkah kaki ku otomatis terhenti, saat Amdik dan kekasihnya menengok ke arah permainan.

Amdik menatap pacarnya ditambah senyuman. " Baiklah, ayo Farzan kita bernostalgia ke jaman saat kanak-kanak." Ajak Amdik menoleh kebelakang menghadapku.

Aku hanya bisa mengangguk paham. Lalu kami bertiga ditambah satu hantu, berjalan menuju permainan tersebut.

"Hei anak-anak muda mau coba?" Tawar si pemilik permainan yang berusia sekitar 25 tahun sembari mengeluarkan asap rokok dari mulutnya.

"Yaa, tentu saja." Jawab singkat Amdik.

"Kau hanya perlu melempar bola-bola bekel ini sampai masuk kedalam gelas ini, jaraknya dari belakang garis yang tersedia di belakangmu." Kami bertiga ditambah satu hantu, dengan kompak menengok kebelakang dan menghadap kebawah untuk mengecek garis tersebut.

Ghost GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang