TDS. 16

3.6K 332 2
                                        

Bell pertanda pelajaran hari ini telah selesai akhirnya berbunyi, menyebabkan ribuan siswa berhamburan keluar untuk segera pulang, mungkin pula sebagian dari mereka memilih untuk mampir ke tempat tongkrongan atau pula mampir ke rumah teman, ada juga yang sedang mampir ke cafe seberang untuk sekedar melepas dahaga.

Pun dengan Haevan yang niatnya ingin menyebrang untuk membeli minuman sekalian untuk menunggu bus di halte terdekat. Sayang sekali, niatnya itu Haevan urungkan kala sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di sampingnya. Dibarengi dengan seseorang di dalam mobil yang membuka kaca lalu melambaikan tangan.

Haevan di buat bingung. Pasalnya ia sama sekali tak mengenal orang ini. Lalu ia bawa telunjuk tangannya untuk menunjuk dirinya sendiri.

"Saya?" Tanya-nya.

Orang itu tersenyum lebar lalu mengangguk antusias. Sedangkan Haevan menggaruk pelipisnya yang bahkan tak terasa gatal, itu adalah kebiasaannya jika ia merasa kebingungan.

Seolah mengerti orang itu kembali membuka suara. "Haevan saya Dion, Kakaknya Ileana-Mama kamu."

"Haevan! Ayo masuk!" Ternyata orang yang bernama Dion itu tak sendiri, di belakang Haevan seseorang yang lagi-lagi Haevan tak mengenalnya menggeret tangan Haevan memaksa pemuda yang lebih muda darinya untuk masuk ke mobil, di sebelah tangannya sendiri terdapat beberapa makanan dan minuman.

"Kenalin, gue Lugas-- dan gue anak pertamanya Bapak Dion yang paling cakep." Ucapnya setelah mereka berdua memasuki mobil Dion.

Sedangkan Haevan hanya tersenyum canggung.

"Dan ini, bocil yang duduk di belakang namanya Dean, adek gue dan anaknya Bapak Dion yang paling jelek."

Haevan segera membalikkan badan ke belakang untuk melihat wajah rupawan putra ke dua dari Dion. Ia juga baru tau kalau di belakang ternyata masih ada satu manusia yang terlihat sibuk dengan ponselnya.

Dean nampak tak terima dan menggeplak kepala Lugas kasar.

"Ngga sopan sama kakaknya!" Dan di balas Lugas dengan sentilan maut di area dahi.

Dion di depan sana menggelengkan kepalanya, terasa tak terganggu sebab--ya memang sudah terbiasa. "Haevan, jangan heran mereka berdua memang sering baku hantam." Haevan tertawa sebagai tanggapan.

"Udah heh kalian berdua berhenti, kasian Haevan tuh sumpek keknya."

"Oh engga papa kok, Haev malah terhibur hehe. Lanjutin aja berantemnya." Sambil menyeruput minuman pemberian Lugas, Haevan malah asyik menonton pertengkaran kakak beradik yang hingga kini belum usai.

Jika di lihat, Dean sangat mirip dengan Dion, berbeda sekali dengan wajah Lugas.

"Emm kalo boleh tau-- Haev mau di ajak kemana ya Om?"

"Kita makan dulu ya? Nanti main ke rumah Om ya Van? Haevan mau kan?"

Haevan hanya mengangguk.

"Haev kamu lupa ya sama Om? Maklum, Om pergi dari negara ini bahkan ketika usia kamu belum genap satu tahun, dan bertemu lagi satu kali setelah kejadian itu.. "

"Tentang itu, maaf ini mungkin agak sensitif untuk kamu tapi Om bener-bener minta maaf karena nggabisa jaga kamu, Haev.. "

Suasana mendadak hening. Haevan tersenyum, "Nggapapa Om, kejadian itu udah lama, Haevan juga perlahan lahan udah lupa hehe, lagipula itu bukan kesalahan Om Dion. Ini.. takdir Haev dari Tuhan.. "

Dion hanya tersenyum masam. Dengan Haevan yang bersikap seperti ini malah membuat Dion merasa bersalah, sekaligus merasa kasihan dengan sang keponakannya itu.

The Dark Sun (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang