TDS. 19

5.1K 471 55
                                    

Jeffrey melihat dan mendengar percakapan dua orang itu secara diam-diam, walau kondisi yang ramai ditambah sedikit berjarak, akibatnya yang benar-benar memfokuskan pendengaran membuat Jeffrey mendengar itu semua.

Tangannya terkepal erat, Jeffrey menunduk dalam. Entah mengapa, dalam lubuk hatinya merasa sesak, darahnya seperti berdesir ngilu. Putranya, Haevan..

Selama ini Jeffrey mengabaikan, memilih diam dan membiarkan sang putra dihina dan dibenci, Jeffrey bahkan menambahkan luka untuk Haevan. Jeffrey, tak pantas disebut Papa. Ia tahu itu.

Dion, ah orang itu.. Mengenai datangnya Dion sudah Jeffrey ketahui, bahkan malam itu kala Jeffrey menghukum Haevan pun ia sudah tahu bahwa putranya itu bersama Dion. Oleh sebab itu ia sengaja memberi hukuman agar Haevan tidak boleh keluar rumah kecuali untuk sekolah. Tentunya supaya Haev tidak bertemu dengan Dion.

Akhir-akhir ini perasaan Jeffrey semakin tak menentu.

Entahlah Jeffrey sangat merasa rumit dengan hidupnya, dan ia sendiri penyebab rumit itu datang, andaikan ia tak bertemu Ileana.

Akan ia ceritakan sedikit, mengenai Ileana wanita yang berhasil memikat hatinya bahkan semenjak mereka di usia remaja. Sayang sekali, sebelum menyatakan perasaannya Jeffrey mendengar kabar bahwa orang tua adik kelasnya itu meninggal akibat kecelakaan tak lama kemudian Ileana memutuskan untuk pindah ke luar kota bersama sang Kakak, Dion yang saat itu sedang kuliah harus melanjutkan perusahaan orangtuanya sebab tak ada lagi anggota keluarga yang mengganti sang Ayah. Ileana pun terpaksa mengikuti kemanapun Kakaknya pergi.

Lalu, orangtua Jeffrey menjodohkannya dengan Carissa, hatinya saat itu masih untuk Ileana, cinta pertamanya namun kala itu Jeffrey tetap berusaha menjadi sosok suami dan ayah yang baik.

Namun..

Gagal.

Bahkan ketika tak sengaja bertemu Ileana hati Jeffrey masih berdegup kencang, semuanya Jeffrey lakukan karena khilaf. Ia telah melakukan dosa besar dengan menikahi Ileana tanpa Carissa tau dan hal itu menyebabkan Carissa terlantar. Ketika ia kehilangan Carissa, Jeffrey mulai sadar bahwa selama ini ia hanya terobsesi dengan Ileana.

Sekarang ia sungguh menyesal, bolehkah ia mengulang waktu? Boleh kah ia mengubah takdir? Andai saat itu Jeffrey dan Ileana tidak bertemu lagi..

"Wahh sunrise!" Rey menggeplak kepala Haevan sedikit kasar. "Sunset bego!" Ucapnya dengan bibir gemetar menahan dingin. Angin sore rupanya lumayan kencang, membuat Rey, Mark, Jean dan Nathan menggigil kedinginan setelah mengganti pakaian dari yang basah menjadi kering. Mereka bermain air terlalu lama..

Diam-diam Jeffrey tersenyum, menampilkan sedikit kecacatan pada pipinya. Di dinginnya sore ini Jeffrey justru merasa hangat. Bukan lagi sunset yang menarik dimatanya, namun Haevan..

Putranya..

Dengan bibir berwarna pink berbentuk hati yang tersenyum ceria, mata bulat nan jernihnya menatap antusias pada langit sore yang berwarna jingga. Nak, berapa luka yang kau sembunyikan..

"Mataharinya tenggelam! Yang bisa renang tolongin tuh!" Candanya sembari tertawa kencang. Dobby tertawa gemas sembari mencubit pipi bulat Haevan.

"Lo merusak suasana." Kata Mark lalu beranjak menyusuri pasir. Haevan mengikuti dari belakang dan dengan sengaja menyenggol lengan Mark pelan. Melihat Mark mengibarkan bendera perang membuat Haevan segera melarikan diri yang sialnya Mark tetap mengejarnya.

"Sini ngga lo!"

Mereka yang menyaksikan kejar-kejaran kakak beradik itu hanya menggelengkan kepalanya. Dobby merasa kehangatan menjalar di tubuhnya hingga hatinya. Perlahan, ia harap semua akan membaik.

"Ayo sini, makan dulu!" Faniza akhirnya menunjukkan batang hidungnya, ya setelah sampai wanita itu tak sengaja bertemu teman lamanya dan akhirnya sibuk berfoto sana sini. Untungnya acara reuni mendadak itu sudah selesai, sekarang Faniza menyuruh mereka untuk makan malam.

Hidangan makanan laut tampak menggugah selera mereka.

Setelah berdoa mereka makan dalam keadaan hening.

Ini pertama kali Haevan memakan seafood, sebelumnya sama sekali belum pernah, hari ini hal yang belum pernah ia lakukan akhirnya terjadi juga! Ini menyenangkan.

Bagi Jeffrey ini juga kali pertama ia pergi berlibur dengan keempat putranya, biasanya tanpa Haevan dan ini kali pertama Jeffrey menatap Haevan dari dekat dengan lama.

"Haev ke toilet dulu." Haevan bangkit berdiri, mencuci tangan di wastafel dan berjalan pelan ke arah kamar mandi. Haevan menggulung lengan kemejanya saat merasakan kejanggalan pada tubuhnya. Dan benar! Kini ruam merah yang terasa gatal itu memenuhi tubuhnya. Ia terduduk memegangi kepalanya yang berdenyut pusing. Sedangkan tangan kananya mencari minyak telon yang selalu ia bawa dan mengoleskannya ke tubuh.

Haevan ketakutan. Ruam merah itu bahkan selalu bertambah. Perutnya terasa mual dan beberapa kali juga Haevan memuntahkan isi perutnya. Kini ia terduduk lemas dengan nafas tersenggal.

"K-kenapa sih.. " Lirihnya.

Sedangkan di sana, hanya tersisa Jean dan Mark, yang lain sudah beranjak pergi katanya ingin membeli beberapa macam barang dan makanan.

"Udah ayo pergi aja." Ucap Mark menarik lengan Jean pelan.

Jean menggelengkan kepalanya pelan.

"Ngga usah ditunggu, biarin kaya anak kecil aja."

"Kita itu dikasih amanat sama Om Dobby buat nunggu si Haevan. Lo tuh gimana sih bang?"

"Tuh bocah lama banget lagi." Mark mendengus.

"Ck, ayo susul aja."

"Ngga mau lo aja sana!" Jean tak menggubris dan langsung menarik Abangnya.

Klikk... Klikk... Klikk

Tiga pintu sudah Jean buka, namun tidak menemukan siapapun di dalamnya.

"Haev?" Panggilnya pelan.

Mark yang tadinya hanya bersender di depan pintu dan bersedekap dada berdecak pelan. Ia membuka dengan paksa pintu yang terkunci dari dalam. Hanya satu pintu itu yang belum terbuka, ya sudah dipastikan Haevan berada di dalam.

"Gue tau ya lo di dalem, lama amat ngapain s--"

Klikk...

"Hah.. T-tolong.."

Jean lantas menyerobot masuk, mendorong Mark yang malah berdiam di depan pintu.

"Haev, bisa denger gue?" Ujarnya dengan panik melihat kondisi Haevan yang setengah sadar.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Halo?
Apa kabar?
Kayanya aku bakalan sering minta maaf untuk kedepannya ya hehe, jangan bosen, okeeey?
Maaf karena baru update ya..
Aku beneran ga waktu buat update, terus beberapa kali juga sempet ada problem kehidupan wkwk.
Dan..
Hari ini aku mutusin buagt update karena kebetulan emang ada waktu luang hahah, hari ini kelasku jamkos karena gurunya marah sama kelasku, jadi aku gunain deh buat nulis.. maaf sekali lagi karena mungkin di part ini agak berantakan ya hehe..

TERIMAKASIH BUAT KALIAN SEMUA
💗💗💗💗💗
Stay safe and stay healthy guys!

The Dark Sun (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang