TDS. 17

3.7K 350 6
                                        

Wajah mungil, mata bulat, hidung kecil, bibir yang berbentuk hati, rambut halus berwarna coklat madu, kulit tan yang mulus, tubuh pendek dan sedikit berisi, Haevan terlihat sempurna. Namun kenyataannya hidupnya tak sesempurna itu. Ah lagi-lagi apakah ia kurang bersyukur? Ya, itu bisa jadi kelemahannya. Kedepannya ia akan belajar bersyukur.

Satu minggu berlalu, Haevan mengerjakan hukumannya dengan baik, hingga kini hukuman itu terus berlanjut.

Haevan sering merasa kelelahan, ah ingatlah jika tubuh ini tak sekuat tubuh seusianya, akibat terlahir prematur ia harus memilik tubuh lemah ini. Ah--benar, ia kurang bersyukur. Harusnya ia bersyukur telah diizinkan hidup dengan tubuh lemah ini, setidaknya kan ia masih bertahan.

Jam tiga ia sudah harus bangun, untuk beribadah, mencuci baju, menjemur pakaian di atap, menyiapkan peralatan sekolah. Lalu beralih ke dapur, untuk memasak, menyiapkan semuanya di meja makan, setelah selesai pun ia harus mencuci piring-piring kotor dan membersihkan meja makan. Lalu mandi, berganti pakaian, dan berangkat. Akibat dari itu Haevan sering tertinggal bus dan di hukum karena telat.

Seperti saat ini, guru bernama Yudha itu menghukumnya lagi dan lagi, mulutnya mengomel dengan kecepatan cepat.

Haevan sampai menggaruk telinganya yang sudah memerah.

"Dengarkan Haevan! Saya juga sudah lelah, harus dengan cara seperti apa agar kamu kapok dan tidak mengulangi kesalahan ini."

"Alasan apa lagi kali ini? Tertinggal bus? Lagi?! Kamu pikir saya percaya?"

"Ya harus, kan memang itu kenyataan-nya Pak." Balasnya.

"Keterlambatan kamu berpengaruh dengan rapot. Jika terus terulang silahkan terima konsekuensinya."

"Dan perilaku kamu yang sudah saya cap buruk karena terus melawan saya juga akan berpengaruh. Jadi, tolong dirubah."

Haevan menghela nafas lelah.

"Sudah, lari lima belas putaran, setelah itu silahkan bersihkan gedung olahraga."

Haevan hendak protes, namun segera di tahan oleh Yudha. "Laksanakan perintah saya."

Haevan segera berlari mengelilingi lapangan yang sangat luas itu, untuk kesekian kalinya ia mengulangi hal ini.

"Gimana sih, hukuman ngga berguna dengan cara kaya gini kan bikin muridnya tambah tertinggal pelajaran, buang-buang waktu." Omelnya.

"Ya tapi bikin perut sixpack sih kaya punya Bang Jean sama Nathan, hehe. Tambah ganteng."

Tiga putaran telah Haevab selesaikan, rasanya Haevan ingin melarikan diri, ya kalau bisa, namun sayangnya..

"Kurang dua belas putaran." Yudha selalu mengawasi sembari menghitung putaran Haevan.

Akhirnya Haevan menyelesaikan hukuman tersebut, syukurnya Yudha mengurang hukuman tersebut jadi Haevan hanya melaksanakan sepuluh putaran saja. Yaa walau tetap terasa lelah.

Haevan duduk sembari meneguk air putih. Hingga seseorang menepuk pundaknya, dasarnya Haevan ditepuk begitu saja langsung terkejut.

"Gue Yoga, orang yang kemaren gelut sama Abang lo."

Haevan mengangguk mengerti. "Udah tau! Dan gue Haevan."

Yoga tersenyum, Haevan merinding orang yang kemarin terlihat menyeramkan kini tengah tersenyum!

"Kita ketemu lagi, ya?" Ucapnya membuat Haev bingung.

"Hah?"

"Setelah kejadian itu kita ketemu lagi."

"Hah? Kejadian apa?"

Yoga menoyor kepala Haevan dan tertawa. Haevan semakin dibuat bingung oleh sikap Yoga.

The Dark Sun (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang