TDS. 21

1.9K 188 24
                                        

"Haev, berhenti makan makanan laut ya? Kemarin kamu sempat henti jantung karena mengalami syok anafilaksis dari makanan laut yang masuk ke perut bayi ini." Ucap Jo selaku Dokter yang menangani Haevan, tangan besarnya memencet perut berisi Haevan yang membuatnya terkekeh lemah.

Haevan memang sudah sadar sejak satu jam lalu. Mata sayu-nya terus-terusan mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan oleh Jo.

Dan Jo, bisa merasakan kekosongan dari tatapan Haevan. Jo tau, kejadian beberapa waktu lalu, pastilah masih berputar di kepala Haevan.

Beberapa saat kemudian, Haevan memegang lehernya yang berbekas merah kebiruan. Membuat Jo ikut menatap leher Haevan. Ia meneguk salivianya susah payah.

"Jadiin saya dan Chandra alasan kamu bertahan. Haev bisa anggep saya sebagai Ayah kamu. Dan bisa anggap Chandra sebagai saudara kamu."

Haevan tersenyum lembut, matanya berkaca kaca, benar nyatanya selama ini ia buta untuk melihat ke belakang. Haevan terus berlari kedepan mengejar belas kasih dari Papa dan saudaranya tanpa sadar, dibelakangnya banyak yang ingin merengkuh dan melindunginya.

"Haevan malu sama Tuhan..--" Tangisnya pecah kala Jo mendekapnya erat.

"Haev salah, Om. Haev ngga bersyukur--"

"Kemarin Haev ngga seharusnya bicara kaya gitu ke Abang."

"Abang mana Om? Haev-- Haev mau minta maaf sama Abang."

Ingatannya kembali jatuh pada tempo lalu, yang terakhir ia lihat Mark didorong oleh Jeffrey, bahkan Papa nya itu membentak Mark. Sebelumnya, Papa tidak pernah berbuat kasar kepada Mark, Jean, dan Nathan.

"Abang, pasti makin benci sama Haev." Ucapnya lagi dengan tangis yang semakin menjadi, "Maaf ya, Om. Haevan lemah gini."

Jo menggeleng, melihat Haevan yang sepertinya sudah tidak terkontrol membuatnya sangat khawatir takut-takut sesaknya kembali datang.

"Tenang, nanti dadanya sakit lagi."

"Kamu itu tidak lemah Haev, hanya saja dunia yang terlalu keras sama kamu. Kamu hebat, untuk bertahan sejauh ini, bukanlah hal yang mudah. Lihat, buktinya kamu masih di sini. Kamu hebat karena kamu tidak menyerah." Jo menangkup pipi bulat Haevan. Ucapan Jo, berangsur membuat Haevan lebih tenang.

"Boleh ngga aku bilang ini? Kenapa bukan Om Jo aja yang jadi Papanya Haevan."

"Papa Jeff baik, tapi kebaikannya bukan untuk Haev. Dan Papa nggak pernah memandang Haevan ramah."

Jean menunduk dalam ketika tidak sengaja mendengar pembicaraan Jo dan Haevan.

Ia menghela nafas sejenak.

Niatnya yang ingin menjenguk Haevan urung seketika, rasanya ini bukan waktu yang tepat.

Biarkan saja Haevan berkeluh kesah pada Om Jo. Kapan lagi Haevan bisa menjadi orang terbuka seperti itu pada oranglain.

'Haev, lo sangat tersiksa ya selama ini?'

'Gue juga berharap lo bukan anaknya Jeffrey, dengan begitu, lo, gue, ataupun Papa nggak akan menderita.'

"Gimana-pun, nggak seharusnya lo hadir, Haev. "

Demi apapun, Jean sangat membenci situasi ini. Situasi dimana sedikit demi sedikit rasa bersalah menggerogoti sebagian hatinya. Ini sangat menyusahkan Jean.

The Dark Sun (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang