Semesta, kehadirannya memang tak diharapkan, namun ia ada, mengapa tak dianggap?
Adalah suatu kalimat yang sering terlintas di otaknya.
Dunia, ia juga tak mengharapkan hadir, namun tuhan berkehendak, lalu untuk apa ia menyerah?
Adalah suatu kalima...
Kafe ini tak ramai pengunjung, tempatnya sangat nyaman, makanan serta minuman yang disajikan tak kalah enak, sayangnya terletak kurang strategis.
Asap rokok yang keluar dari mulut Jinan terarah tepat di wajah Haevan, membuatnya merasa sesak dan langsung mengibaskan tangan. Mata bulatnya melirik ke arah Jinan yang memasang wajah songong.
"Gimana? Udah selesai?"
Hugo yang baru saja dari kamar mandi duduk di depan kursi Haevan yang sedang mengotak-atik laptopnya. Mereka bertiga (Haevan, Jinan, dan Hugo) memutuskan mengerjakan tugas kelompok yang beberapa hari lalu diperdebatkan, untung saja Hugo yang masih sedikit waras memberikan solusi.
Kira kira seperti ini solusinya : "Yaudah, ini kan tugas kelompok jadi dikerjain bareng bareng aja. Tapi karena gue ini bodoh takut takut nilainya jadi jelek, gimana kalau sepuluh persen gue kerjain, tiga puluh persen Jinan yang kerjain, terus enam puluh persennya Haevan yang kerjain?" Dan diangguki dan disetujui oleh Jinan. Haevan juga mengangguk pelan, setidaknya yang mengerjakan tidak hanya Haevan sendiri.
"Belum, bentar lagi juga selesai."
Lagi, Jinan sengaja menghembuskan asap rokok ke arah Haevan, yang kali ini membuatnya terbatuk.
Haev menatap Jinan tak terima. "Sengaja banget?"
Sedangkan Jinan tampak tak peduli. Hugo sendiri menghela nafas jengah dengan tom and jerry di depannya.
"Sekarang gimana? Udah selesai?" Hugo kembali bertanya, namun fokusnya menatap layar ponsel.
"Udah nih tinggal di simpen--"
Ucapan Haev yang tertahan berhasil menarik atensi kedua temannya. Karena tak lama setelahnya Haevan menyenderkan kepalanya pada kursi di belakangnya, kedua tangannya memegang kepalanya frustasi dan merengek hampir menangis.
"Hah? Astaga."
"Kenapa Haev?"
"Sumpah ini ngga lucu. Laptop gue error. Ngga kesimpen kayaknya.. gimana dong?!" Paniknya menjawab pertanyaan Hugo dan Jinan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yang bener lo njir?"
"Awas aja kalau ngga ke simpen."
"Lo ganti tiga jam yang terisa sia kan gara gara nunggu lo!"
Jinan sudah ngomel panjang lebar sembari berkecak pinggang, dan memasang wajah yang ingin sekali Haev pukul. Sedangkan Hugo mengambil alih laptop yang ada di pangkuan Haevan, mencoba memperbaiki agar file berisi tugas tersebut kembali.
Tolong dimengerti, sejak hujan hujan bersama Chandra kala itu membuat kepalanya pusing, namun sekarang ini pusingnya berkali lipat akibat tugas kelompok yang enam puluh persennya dia tanggung.
Haev masih terdiam sembari memejamkan mata.
"Tanggung jawab anjing malah tiduran." Jinan semakin murka melihat Haev yang tampangnya santai sembari memejam mata. Padahal tidak, Haev sedang menahan pusing.