Saling Menggoda

3K 437 8
                                    

Fresh banget! Karena aku baru kelar nulis.

Kalau aku ada salah tulis, dll, tolong masukannya ya, teman-teman 🙏🏻

Oh, iya. Selamat hari raya idulfitri bagi kalian yang merayakan 🙏🏻🌼🤗

Enjoy!





















Tian lebih dulu memisahkan diri. Ia haus, dan air minum di kamarnya belum ada, sehingga ia harus turun lagi ke dapur setelah memperbaiki penampilannya.

“Masih ada sisa lipstik di bibir kamu, Yan,” ujar Hani di atas tempat tidur.

Perempuan itu juga sudah bersih-bersih lagi, mengenakan daster pendek di balik selimut yang membungkus separuh tubuhnya. Tian meraba sekitar bibirnya, membuat Hani terkekeh singkat, lalu merangkak mendekati sang suami yang berdiri di samping ranjang.

“Aku mau beli lipstik yang waterproof, deh. Biar tetap eksis walau kamu bar-bar banget pas nyium aku,” guraunya dengan lirikan jahil kepada Tian.

“Yang ini aja,” kata Tian sambil merapikan rambut Hani yang sedikit acak-acakan. Ia bergerak mengecup kening Hani yang ada di hadapannya. “Seksi banget kamu belepotan lipstik kayak tadi. Apalagi kalau mulai godain duluan, rela tiap hari aku hapus bekas lipstik di bibirku sendiri.”

Hani mencubit perut Tian, membuat lelaki itu tergelak karena berhasil menggoda istrinya.

“Nggak usah dibahas terus!”

“Baru juga dibahas,” sahut Tian enteng, lalu melanjutkan, “lagian, aku suka, kok. Dalam rumah tangga emang harus keduanya yang inisiatif nggak, sih? Kayak misal kamu kepingin makan sesuatu, kamu bilang ke aku, termasuk untuk hal-hal kayak gini juga perlu banget, tahu.”

Hani menggembungkan kedua pipinya yang sudah terasa panas, ia masih belum terbiasa dengan pembahasan semacam itu.

“Udah, gih, sana turun. Aku juga haus,” usir Hani sambil mendorong Tian menjauh. Lelaki itu terkekeh, mengacak rambut istrinya sebelum berlalu ke luar kamar.

Hari bahkan belum berganti, tetapi Hani seperti menjadi beberapa sosok yang berbeda tingkah lakunya. Dia masih belum sepenuhnya percaya, kalau apa yang mereka lakukan sebelumnya adalah hasil inisiatifnya sendiri. Gelembung kebahagiaan dari sisa percintaan itu masih melayang-layang di sekelilingnya, membuat ia ingin menyentuhnya agar meletus, membiarkan ronanya memercik menyelubungi tubuhnya.

Apa yang dikatakan Tian ada benarnya juga. Seperti saat ia menginginkan memakan sesuatu, ia akan mengatakannya dengan mudah agar lelaki itu mau menurutinya. Hal-hal tentang kepuasan di ranjang pun rasanya tidak tabu kalau dibahas dengan pasangannya sendiri. Mungkin karena tergolong masih baru, dan Hani begitu awam dengan masalah-masalah semacam itu, membuat ia tetap belum terbiasa untuk melakukannya.

Namun, biar bagaimanapun juga, ia sudah sangat berani mengambil langkah terlebih dulu. Seperti Tian yang merasa puas, ia juga puas dan bangga kepada dirinya sendiri. Berhasil mengalahkan rasa malu dan canggung yang sebelumnya selalu menggelayut tiap kali mereka berdua bermesraan untuk sampai ke tahap inti percintaan.

“Lo harus tahan-tahan kalau nanti laki lo hampir tiap hari minta jatah. Kadang malah nggak cuma sekali dua kali, gue yang udah ngalamin sendiri. Mau subuh mandi karena belum junub malamnya, habis subuh mandi lagi, belum ntar pas dia pulang kerja minta nambah lagi. Duh, mana waktu itu gue masih tinggal di rumah mertua, kamar mandi barengan sama yang lain. Kebayang nggak, sih, gimana awkward-nya gue tiap kali ketemu yang lain?” kata salah seorang teman Hani yang ia temui di pernikahan temannya yang lain.

Perkataan itu memang bukan ditunjukkan kepadanya, tetapi sekarang dia mengerti, bahwa suatu kalimat tidak mesti merujuk kepada satu orang, tetapi bisa dirasakan oleh yang lainnya kalau memang hal itu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Garis BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang