Kumpul Teman Lama

2.2K 352 15
                                    

Halo! Hihihii!

Ini masih fresh banget! Baru selesai ngetik. Pada awalnya bab ini nggak ada, tapi kemudian tadi sore ada ide, jadi aku langsung ketik dan baru kelar.

Bab ini dibagi menjadi 2, yang satunya ada di Karyakarsa. Jadi, kalau kamu mau baca juga, silakan buka Karyakarsa, tapi baca yang ini dulu, ya. Biar nyambung.

Oh, ya. Jangan lupa like & komennya, karena itu bentuk dukungan untuk aku agar lebih semangat nulisnya 🤗
Terima kasih yang masih setia menunggu Hani dan Tian update setiap harinya.




























“Terus nanti pulangnya gimana?”

Hani mengikuti Tian yang hendak pergi bekerja. Suaminya akan pulang larut lagi hari ini, membuat ia sedikit tidak rela. Karena akhir-akhir ini mereka jarang menghabiskan waktu bersama. Tian memiliki jadwal kerja yang lebih padat dari sebelumnya, kerja lapangan pula, alias tidak berada di studio seperti pada awalnya.

Memang, sih, itu peraturan yang Tian dan kawan-kawannya buat sendiri. Mereka akan bergantian mengambil pekerjaan di luar, dan sekarang giliran Tian yang merasakannya. Tetapi hal itu justru membuat Hani sedikit banyak tidak rela.

Ia menghela napas, memperhatikan Tian yang sedang mengenakan jaket. “Ya kalau nggak dianterin, ya paling taksi online. Biasanya juga gitu, kan?”

“Ya udah, hati-hati. Kalau mau berangkat kabarin, oke?”

Hani mengangguk, ia memeluk Tian lebih dulu, menerima beberapa kecupan di wajah setelah lebih dulu mencium tangan sang suami. Tian pun akhirnya berangkat setelah Hani melepaskan pelukannya dengan enggan.

Rencananya, hari ini ia akan bertemu dengan beberapa temannya yang sedang memiliki waktu luang. Tokonya beberapa hari ini tidak buka, membuatnya memiliki banyak waktu untuk dihabiskan dengan cuma-cuma.

Jadi, setelah selesai membereskan rumah, memastikan jendela dan pintu terkunci dengan benar, Hani menunggu taksi online yang sudah lebih dulu ia pesan. Ia akan menuju ke rumah salah satu temannya, yang memang memberi ide untuk acara hari ini. Hani yang merasa pergaulannya dengan teman-teman perempuannya begitu minim, apalagi setelah menikah, akhirnya pun mau setelah dibujuk dan mendapatkan izin dari sang suami. Ia tidak akan mau pergi kalau Tian memang tidak mengizinkan, tetapi lelaki itu justru mendukung kegiatannya agar Hani lebih bisa bersosialisasi dengan teman-temannya yang lain. Toh ini hanya acara kumpul para mantan gadis yang kebanyakan sudah memiliki anak.

Saat mobil berhenti di depan rumah Denisa, temannya itu, Hani pun bergegas masuk karena teman-temannya yang lain sudah tampak ada di dalam. Mereka sedang berkumpul di teras yang luas, yang memang dijadikan tempat menjamu tamu dalam jumlah yang lumayan banyak.

“Akhirnya Nyonya Septian bisa ikutan ngumpul jugaaaa!” seru salah seorang dari mereka.

Hani menutupi wajahnya dengan malu. Selain karena sebutan yang disematkan untuknya, tetapi juga karena sindiran terselubung tersebut.

“Sini, Han, kita-kita juga baru pada nyampe, kok,” ujar Putri yang menepuk tempat di sisinya.

Teras rumah Denisa tampak begitu nyaman. Tidak seperti teras kebanyakan, teras rumah itu dibagi menjadi dua. Ada yang ditempati oleh seperangkat meja dan kursi teras yang terbuat dari rotan, dan sebagian dilapisi karpet yang nyaman, dan tempat itu yang sedang mereka duduki sekarang ini. Anak-anak bermain dengan riang di sisi kosong yang lain, yang mungkin sebenarnya tempat mobil diletakkan saat sedang di rumah. Beberapa pot berisi tanaman menjuntai terpasang di dinding, menambah kesan asri dan menyenangkan.

“Denis mana, nih?” tanya Hani saat tidak mendapati pemilik rumah di antara yang lain.

“Lagi ke dalam sama Meli. Ngerujak kita di sini,” sahut Putri lagi.

Garis BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang