Aku menceritakan kepada suga semua yang terjadi di akhir usia 20 an ku. Usia dimana seharusnya aku mulai bisa berpikir lebih bijak dan lebih dewasa tetapi semua itu hanya tinggal teori kehidupan Ketika aku melihatnya untuk pertama kalinya, Jayden.
Seumur hidupku aku selalu di didik oleh orang tuaku untuk menjadi wanita yang Tangguh, kuat dan tidak tergantung pada orang tuaku sendiri, terutama ibuku, beliau tidak pernah memanjakanku sedikitpun, aku hanya bisa bermanja Ketika aku Bersama ayahku. Ayahku nyaris mengabulkan semua permintaanku, tapi sayangnya, dia terlalu mencintai ibuku sehingga apapun keputusan ibuku, selalu di turuti ayah karena rasa cintanya yang begitu besar pada ibuku. Ibuku mendidikku untuk menjadi seseorang yang selalu berhasil dalam melakukan apapun, termasuk dalam nilai-nilai akademikku di sekolah, ibuku selalu menuntutku untuk menjadi nomor satu. Aku di didik untuk menjadi pintar, dan Tangguh, bahkan sampai usiaku menginjak 16 tahun, orang tuaku sepakat untuk memasukkanku ke dalam akademi kefarmasian yang notabenenya 80% penghuninya adalah wanita. Disana, hanya ada satu atau dua orang laki-laki dengan tampang pas-pasan, sementara aku, menyadari ketertarikanku pada pria-pria tampan sangat besar. Tumbuh di lingkungan dengan jumlah pria tampan yang lebih sedikit sepertinya membutakan mataku, saat pertama kali aku melihat Jayden. Kesan pertama yang dia tunjukkan padaku saat itu, sepertinya benar-benar berhasil menghipnotis aku.
Jayden begitu tampan. Dia tinggi, putih, dengan bentuk wajah sempurna seperti yang aku bayangkan ada pada sosok pria impianku selama ini, dia bak pangeran yang keluar dari komik romance yang selalu kubaca dan menjelma menjadi sosok tampan yang berada di depanku dan tersenyum padaku.
"Hai" sapanya saat itu, bukan padaku tapi pada Alexa temanku. Waktu itu, kami bertemu di festival penggalangan dana, Jayden adalah salah satu dancer amatir yang terkenal di distrik itu, dan Ketika temanku Alexa menghamprinya, dia sangat ramah, dengan gigi yang beraturan, rapi dan putih, senyumnya menawan, dan jujur aku terpesona saat itu juga.
Sejak saat itu, aku nyaris tak pernah melewatkan satu festival pun yang menampilkan performa Jayden dan timnya, hal itu dikarenakan tidak lain karena aku ingin melihat Jayden secara langsung. Aku bahkan men-stalking semua akun sosmednya. Memang, hal ini agak gila dan childish untuk seseorang yang berumur 28 tahun, tapi aku sama sekali tidak bisa menahan hasratku, Jayden adalah sosok yang aku cari dan aku impikan untuk hadir di hidupku selama ini.
Kurang lebih selama 3 bulan, aku terus mengikuti setiap kali Jayden tampil di mana saja, sampai seseorang menyadari keberadaanku yang selalu ada dimana Jayden tampil. Dia menghampiriku, dan dengan ramah menyapaku.
"Hai" aku terpana. Seorang gadis cantik dengan rambut Panjang berombak dan bulu mata tebal yang lentik menghampiriku. "apa kau penggemar Jayden juga?" tanyanya tanpa basa-basi. Aku merasa terhipnotis dengan senyumnya saat itu Ketika aku merasakan kepalaku spontan mengangguk.
"Bagus, kalau begitu, kau bisa bergabung dengan fanbase kami, Jayden stan" dia terlihat antusias kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya dan memberikannya padaku, beri aku nomormu, aku akan memasukkanmu kedalam grup chat" masih antusias, aku menerima ponsel yang dia ulurkan padaku. Setelah memasukkan aku kedalam grup chat, gadis yang kuketahui bernama Hae itu membawaku untuk ikut bergabung ke dalam grup penggemar Jayden yang ternyata saat itu juga ada di sana, tapi di salah satu sisi panggung, seperti memisahkan diri dari kerumunan orang lainnya. Namun, karena jumlah mereka yang tidak bisa di katakan sedikit jadi hal itu tidak terlalu kentara.
Aku menjadi dekat dengan penggemar Jayden lainnya. Aku bahkan bisa menjadi petinggi di klub penggemar Jayden hanya dalam waktu satu bulan setelah aku bergabung, meskipun yang aku lalui tidak mudah, mulai dari mentraktir semua petinggi lainnya makan, sampai membelikan Jayden apapun untuk menunjukkan bahwa aku sangat menyukainya.
Aku menjadi akrab dengan Hae, Ryu, Rin dan Bianca. Ke empat orang ini bisa dibilang mengurus fanbase penggemar hingga kebutuhan sehari-hari Jayden, atau bisa dibilang mereka adalah manajer, juga stylist dan bodyguardnya Jayden, mereka selalu Bersama, dimana ada Jayden disitu pasti ada mereka, keberadaan mereka sampai di hafal oleh semua orang yang mengenal Jayden, dan aku tidak percaya aku menjadi bagian dari mereka, belum lagi umurku yang terpaut lumayan jauh dari mereka membuat mereka agak segan padaku, dan itu semakin menguatkan posisiku untuk berada di sisi Jayden.
Semuanya berjalan lancar, Jayden dan aku pun menjadi lebih dan lebih dekat setiap harinya, hingga suatu hari Jayden mengajakku untuk tinggal Bersama di rumahnya, bukan hal yang luar biasa, karena Hae, Rin, Ryu dan Bianca juga kadang menginap disana, dan karena kupikir kami sudah cukup dekat, dan aku mulai menaruh harapan yang lebih pada Jayden, aku menyetujui ajakannya untuk tinggal Bersama, meninggalkan ibuku dan adikku di rumah.
Berbulan-bulan hidup Bersama Jayden dan yang lainnya adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupku. Untuk pertama kalinya ada yang memberikan kejutan pesta ulang tahun padaku, setiap kali aku ingin menonton film aku tidak pernah pergi menonton sendirian lagi, aku bisa pergi ke mana pun tanpa sendirian lagi, karaoke, makan, bahkan tidur pun, aku tak sendirian. Sendirian dulu seolah menjadi teman akrabku sejak aku masuk ke akademi farmasi karena semua orang tahu, orang-orang yang bergelut di dunia farmasi hanya akan fokus dengan jurnal dan laporan, jadi tidak ada waktu untuk bergaul, sebenarnya sangat bukan diriku, tapi karena itu adalah suatu keharusan, jadi aku hanya menjalani hari-hari yang sepi, tapi setelah bertemu dengan Jayden dkk, aku tidak sendirian lagi.
Sampai disitu aku meraih tissue di atas meja, dan Suga membantuku membersihkan sisa air mata yang ada di pipiku.
"Awalnya semuanya terasa sebahagia itu, sampai kemudian aku mulai punya perasaan yang lebih terhadap Jayden. Perasaan mengagumi itu berubah menjadi perasaan suka, lebih tepatnya aku jatuh cinta pada Jayden" Suga menatapku, sepertinya dia mulai menunjukkan ketertarikannya, bukan ketertarikan sebenarnya tetapi lebih kepada ingin tahu, kurasa Suga berpikir, bagaimana bisa aku jatuh cinta pada seorang bocah seperti Jayden?
"Atau setidaknya kupikir aku jatuh cinta" aku merivisi, karena tatapan Suga mulai membuatku gelisah "ya, tentu saja kau akan merasa jatuh cinta pada seseorang yang 24 jam Bersama dirimu, belum lagi bentuk perhatiannya, dia bahkan menyuapi aku makan malam Ketika aku sudah terlalu mengantuk untuk makan, tapi terlalu Lelah hanya untuk sekedar menggenggam sendok ditanganku" kalimat itu adalah bentuk pembelaan diriku karena untuk alasan yang tidak aku ketahui, aku merasa gugup.
"Lain kali aku akan menjejalkan makanan ke mulutmu sampai kau tidak akan merasa kelaparan lagi sepanjang hidupmu" Suga terdengar ketus, tapi aku malah tersenyum kecil karena menyadari kalau kucing ini sedang cemburu. Adugh, gemas sekali!
Sebenarnya aku adalah seseorang yang sangat introvert, tapi dalam hal menyukai seseorang, aku benar-benar tidak pandai menyembunyikannya. Jadi, saat aku menyadari kalau aku jatuh cinta pada Jayden, 100% aku menunjukkannya, bahkan tanpa ragu dan tanpa malu melakukannya di depan semua orang. Aku membelikan Jayden baju, tas, membayarkan semua keperluannya, apapun, saking Sukanya aku padanya, dan Jayden pun melakukan hal yang sama, dia selalu mengantarku ke tempat kerja, menjemputku, mengantarku kemanapun aku pergi, dan kami juga mengobrol tentang hal-hal lain yang lebih intim, meskipun tanpa pernyataan, saat itu aku cukup yakin kalau Jayden juga memiliki perasaan yang sama denganku.
Itu terus berlanjut sampai akhirnya kami berdua memutuskan untuk tinggal satu rumah, benar-benar hanya berdua, tanpa yang lainnya. Sejak dekat dengaku, Jayden juga membatasi pergaulan dengan Ryu, Hae, Bianca, dan yang lainnya. Sebenarnya aku tidak mengkhawatirkan apapun karena kupikir semuanya baik-baik saja, tapi ternyata aku tidak tahu kalau Hae, Ryu, Rin, Bianca, dan yang biasanya Bersama Jayden mulai menjaga jarak karena keberadaanku. Mungkin itu hal biasa jika mengetahui kalau Jayden sudah punya seseorang yang dia sukai, hanya saja, ternyata hal itu membuat yang lainnya tersingkirkan, secara tidak sengaja aku membuat orang lain iri dan sakit hati.
Sampai di sana Suga mendengarkan ceritaku, aku masih akan melanjutkan Ketika Suga berdiri, wajahnya tak tampak senang maupun tenang seperti biasanya, ada kegelisahan disana, dia tidak berusaha menyembunyikannya juga, kupikir dia akan ke dalam kamar lalu tidur, mungkin ceritaku terlalu membosankan baginya, tapi ternyata dia pergi mengambil jaket kulitnya.
"Tidurlah setelah menghabiskan tehmu" kemudian dia pergi begitu saja. Aku terdiam. Apa aku salah telah menceritakan kisahku pada Suga? Itu bahkan belum selesai. Pikiran dan hatiku menjadi tak sinkron. Pikiranku masih terus berjalan melanjutkan cerita yang seharusnya di dengarkan Suga sampai akhir tapi hatiku cemas, apa Suga akan merasa jijik padaku sekarang? Kurasa akan ada badai.
To be continue_
KAMU SEDANG MEMBACA
More than Anything
FanfictionWARNING 21+!!! BACAAN DEWASA! BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN SESUAI USIA KALIAN!! Apa kalian pernah bercinta? Apa kalian tahu rasanya? Anna memulai kehidupan barunya dengan menjalani kontrak kerja dengan Suga, meskipun isi kontrak itu juga menyatakan...