Confession

23 2 0
                                    

"Kau dari mana saja?!" aku terkejut mendapati Suga berada di sofa begitu aku menyalakan lampu.

"Ooh? Kau pulang kesini? Apa tidak ke dorm bersama yang lainnya?" aku mencoba mengalihkan rasa gugupku karena ketahuan pulang dini hari, sumpah, aku berusaha se maksimal mungkin agar bisa bertingkah se natural biasanya, padahal sebenarnya aku sangat takut, hingga aku meletakkan sepatuku pada rak sepatu pun aku bisa merasakan jantungku berdetak tak keruan.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, aku sedang bertanya padamu dari mana saja kau seharian ini? Aku juga tidak melihatmu di kantor" Suga menghampiriku, dia melingkarkan tangannya ke perut dan ke dadaku dengan posesif juga sangat erat, membuatku menahan nafas, takut Suga menyadari kegugupanku karena merasakan jantungku yang berdetak tidak karuan. Suga yang posesif datang lagi.

"Ak-aku ada. Aku di kantor. Aku menghabiskan waktu di perpustakaan bersama Taehyung, kami mencari inspirasi disana" ucapku masih berusaha tenang dan mempertahankan degup jantungku agar tak ketahuan oleh Suga. Yah, Suga memang tidak tahu kalau aku ada main dengan Taehyung dan Jimin, dia hanya tahu aku hanya selalu bercinta dengannya.

"Jadi kau hanya mencari inspirasi disana, hah?" dia makin mengeratkan pelukannya, sementara tangannya yang tadi melingkar di perutku perlahan mulai turun ke sela pahaku, merambat masuk di balik celana dalamku. Deg! Apa maksud pertanyaan Suga? Apa dia tahu sesuatu terjadi antara aku dan Taehyung?

"Su-Suga, aku baru saja pulang kerja, aku lelah sekali..." kataku, ketika dia mulai memasukkan satu jarinya ke dalamku. Aku sedikit panik, apa Suga sungguh tahu apa yang aku dan Taehyung lakukan?

"Kau lelah, hah? Kau lelah?! Katamu kau lelah?" bukannya mengindahkan kata-kataku, Suga malah memasukkan dua jarinya lagi ke dalam sana dan seperti mengoyakku. Rasanya sangat sakit. Belum lagi, rasa perih bercinta dengan Taehyung tadi masih belum sepenuhnya reda, Suga sudah melakukan hal seperti ini, dan ini sangat sakit.

"Suga itu sangat sakit!!!" spontan aku memutar tubuhku dan mendorong Suga, membuatnya terpental hingga tubuhnya jatuh dan punggungnya menabrak pinggiran meja.

"Su...Suga...a-aku..."aku mencoba membantu Suga berdiri, karena sekilas tadi aku melihat raut wajahnya meringis. Tapi dia menghempaskan tanganku, dan segera pergi dari rumah.

Aku terdiam untuk sepersekian detik. Tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Tapi, dering ponsel menyadarkanku. Siapa yang menelpon jam segini?

Aku menarik ponselku dari saku jaket yang kukenakan dan nama ibu Suga tertera di sana.

"Nee eomonim?" jawabku sopan, meskipun detak jantungku belum bisa kembali tenang. Suga memang beberapa kali sempat membawaku untuk bertemu orang tuanya. Aku dan ibu Suga lumayan cocok juga. Cara berpikir kami mirip, membuat kami nyambung mengobrol, hingga sesekali saat ia ke Seoul, yang dia temui terkadang aku, bukan malah Suga. Anehnya, aku bisa merasakan ketulusan darinya, dan semampuku membalasnya.

"Anna yyah, gwaenchana?" sapa suara merdu dari wanita paruh baya di seberang.

"Nee....aku baik-baik saja oemonnim."

"Aahh....Arye akan pulang ke Seoul bulan depan, kami akan mengadakan acara penyambutan, ibu harap kau dan Suga bisa datang ke Daegu" ucap ibu menjelaskan.

"Arye? Siapa dia oemonnim?"

"Ah, Suga belum mengatakannya padamu? Dia wanita yang ingin kujodohkan dengan anak nakal itu. Sudah sejak lama, sebelum dia mengenal dirimu. Tadi pagi aku sudah menelponnya dan memberitahunya, tapi seperti biasa dia tanpa respon." jelas sang ibu. Jantungku semakin berdebar kencang. Suga dijodohkan?

"Padahal selama ini dia sudah banyak merepotkanmu, kalian sangat dekat seperti kakak-adik, jadi kupikir Suga sudah memberitahumu mengenai hal ini" ucap ibu Suga lagi.

More than AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang