Let me down

16 1 0
                                    

Aku berjalan di antara koridor-koridor panjang Hype dengan pelan. Merenung. Memikirkan ketidak tenanganku. Aku berjalan di antara deretan pintu yang seperti mengelilingi koridor ini. Memikirkan masa lalu yang seharusnya sudah berhasil aku lupakan namun bayangannya Kembali menghantuiku.

"Jika kau berjalan sambil melamun, maka kau bisa terjatuh" aku terus berjalan hingga suara itu menyapa indra pendengaran, meskipun aku tidak menghiraukannya, lagipula aku tidak tahu siapa yang berteriak itu, aku terlalu malas untuk tahu juga.

"Kau tidak menghiraukanku sekarang?" aku masih tidak peduli sampai sebuah tangan memegang lenganku, berhasil membuatku memandangnya dengan malas.

"Berhentilah menggangguku Jim" aku menatap Jimin, berusaha menampakkan kesungguhanku dalam merasa tidak nyaman atas dirinya.

"Aku tidak mengganggumu, kau saja yang terus menerus merasa terganggu" dengan santainya Jimin berkata seperti itu. Membuatku meremas mini skirtku, bisa-bisanya dia berkata tidak mengganggu Ketika aku merasa sangat terganggu plus tertekan.

"Terserah kau saja" sejujurnya aku sudah Lelah mneghadapi tingkah Jimin yang terus-terusan mencari perhatian padaku, jadi aku meninggalkannya disana dan menuju ke studioku.

"Sepertinya kau mulai mengabaikanku jika aku tidak mencari masalah denganmu" lirih Jimin, aku mendengarnya samar, tapi berpura-pura tidak mendengar, rupanya sejak tadi dia masih belum menyerah dan terus mengikutiku.

"Hentikan jimin! Apa kau tidak tahu kalua aku mulai tidak nyaman dengan semua perlakuanmu padaku? Menjauhlah dariku! Tolong hargai aku sedikit saja" kataku penuh penekanan, meskipun volume suaraku kukecilkan, takut jika ada yang mendengarkan, cukup Jimin saja yang memerasku selama ini. Aku tidak ingin ada orang lain lagi yang melakukannya karena mendengar apa yang aku dan Jimin bicarakan ini.

"Apa kau bilang? Kau tidak nyaman? Lalu bagaimana dengan aku? Bagaimana dengan perasaan tidak nyaman di hatiku setiap kali melihatmu dengan Suga hyung? Apa kau tidak sadar kalau aku menyukaimu?!" balasnya, aku lumayan terkejut dengan apa yang baru saja aku dengar, karena meskipun selama ini Jimin selalu mengganguku, bahkan selalu berusaha untuk meniduriku lagi, tapi ini adalah kali pertama dia mengatakan kalau dia menyukaiku.

"Apa yang kau katakan?!" aku panik, menatap sekeliling sekali lagi, dan menarik Jimin agar masuk ke studioku.

"Dan dari semua hal yang bisa kau lakukan saat aku mengatakan aku menyukaimu, kau memilih untuk menarikku masuk ke dalam sini agar orang lain tidak mendengarnya, bukan? Kau takut, tersebar rumor antara kita bukan? Apa aku se menyedihkan itu di matamu Anna ssi? Apa aku sebegitu tidak pantasnya untuk bersamamu?!" Jimin mulai menggila, mungkin tidak benar-benar gila, dia hanya sedang marah, aku menyimpulkan itu setelah melihat urat tangan dan lehernya keluar seperti salah seorang tokoh dalam anime Naruto.

"Tentu saja aku takut! Semua orang disini tahu aku adalah kekasih Suga, mana mungkin aku membiarkan ada rumor yang beredar antara kita? Itu akan membuat hubunganmu dan Suga menjadi canggung, aku melakukan ini demi kebaikanmu!" aku ikut terpancing emosi. Memangnya dalam keadaan seperti ini siapa yang bisa menahan emosi?

"Lagipula Jim, kau tidak sungguh-sungguh menyukaiku, itu hanya sugesti karena orang-orang yang selama ini sangat kau sayangi sekarang lebih mencurahkan perhatiannya padaku, percayalah, ini hanya perasaan sesaatmu saja" setelah berhasil menguasai diri, aku berjalan, mencoba menenangkan Jimin dengan mengelus pipinya, tetapi sebelum aku menyentuh pipinya, dia menepis tanganku dan memandangku nanar.

"Kau salah, kau tidak mengkhawatirkan hubunganku dan Suga hyung, kau mengkhawatirkan dirimu sendiri" lirihnya. Aku terdiam menelan ludah, karena jujur saja, dia benar. Jimin benar. Aku terlalu peduli dengan imageku disini.

More than AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang