Fallen Daisy

13 1 0
                                    

Waktu tidak cepat berlalu bagiku. Semuanya terasa sangat lama, terutama soal kehamilan ini. Meskipun baby bump-ku sudah mulai terlihat karena memasuki bulan ketiga. Jangan tanya bagaimana aku menjalani hari-hariku sekarang. Mungkin dulu aku akan merasa ini sempurna. Maksudku, aku dan Suga selalu Bersama dimanapun kami berada, nyaris tak terpisahkan. Aku bahkan merasa tidak mendapatkan privasiku lagi, Suga mengambil alih semua hal sampai kadang aku marasa agak kesal juga.

"Apa kau Lelah?" itu pertanyaan Suga, dia kini berhasil mengambil alih pekerjaanku untuk me-remake sebuah lagu lawas menjadi versi baru yang akan di bawakan oleh girl grup dari agensi kami di sebuah acara music.

"Tidak, aku tidak Lelah Suga, bagaimana bisa aku Lelah Ketika semua hal kau yang melakukannya? Justru aku ingin bertanya padamu, apa kau tidak Lelah? Kau melakukan banyak hal sebulan terakhir, bukan? Kau mengatur pernikahan kita, kau juga masih harus Latihan Bersama BTS, membuat lagu, kau juga memasak di rumah, dan sekarang kau juga mengambil alih pekerjaanku, seriously, kau tidak merasa capek?" itu sebenarnya bukan pertanyaan, tapi lebih ke melampiaskan keluh kesah. Untuk seseorang yang terbiasa melakukan banyak hal dan bekerja sepertiku, tidak melakukan apapun justru akan membuat Lelah.

"Tidak, aku tidak Lelah. Aku senang. Aku sangat senang menjadi seorang ayah, dan menjadi suamimu" Suga mendekat padaku yang sedang duduk di sofa, lalu ikut duduk, tapi posisinya sengaja di miringkan, lalu dia memelukku sambil mengelus perutku dengan lembut, iya, sejak hamil, dia memang sering melakukan ini.

"Baby, jangan buat oemma suka marah-marah yah..." itu katanya, pelan. Aku menutup mata, mencoba tenang tentu saja, aku berharap ini memang karena hormon kehamilan, aku jadi lebih sering merasa sebal dengan Suga, padahal menurut orang lain perlakuan Suga itu manis.

"Kau ingin makan sesuatu?" tawarnya melihat aku menutup mata.

"Kau mau membelikannya?" lirihku masih dengan mata tertutup.

"Tentu saja, apa saja" Suga melepaskan pelukannya, sekarang dia malah menyandarkan kepalanya di bahuku.

"Aku ingin es krim! Sundae strawberry terdengar menggiurkan" kataku lagi. Suga lalu berdiri tegak dari duduknya.

"Kalau begitu tunggu disini" suga pergi begitu saja.

Jika ditanya bagaimana perasaanku, tentu saja aku Bahagia. Tapi entah kenapa rasanya tidak sebahagia itu. Aku lebih merasa seperti aku harus lebih menguatkan diri ketimbang merasakan perasaan Bahagia yang aku maksud. Entah apa semua orang hamil mengalami perasaan labil seperti ini, tapi aku tidak merasa betul-betul Bahagia.

"Apa kau ketinggalan sesuatu?" aku bertanya karena mendengar suara pintu yang terbuka.

"Anna...." Aku membuka mata mendengar suara itu, karena itu bukan suara Suga, itu suara Jimin.

"Jim? Apa yang kau lakukan disini? Suga sedang pergi membeli es krim" ujarku, tapi Jimin terlihat seperti berhati-hati dan datang menghampiriku.

"Apa Suga hyung tak menceritakannya padamu?" Jimin duduk di sofa tepat di depanku.

"Menceritakan apa?" wajar jika aku beranya-tanya, aku memang tidak tahu dan tidak mengerti apa yang di maksud oleh Jimin.

"Keadaan Taehyung parah. Dia mengalami depresi dan anxiety, dia percaya kalau anak yang sedang kau kandung adalah anaknya" jelas Jimin.

"Apa? Tapi anak ini, anak Suga..."

"Iya, itu anakku, darimana kau bisa berpikir itu anak orang lain?!" kami berdua terkejut karena Suga tiba-tiba muncul, membanting es krim di tangannya dengan marah ke lantai, lalu berjalan dengan tergesa menghampiri Jimin, kemudian tanpa aba-aba, Suga melayangkan sebuah bogeman ke arah Jimin.

More than AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang