Give it to me, too...

17 2 0
                                    

Aku baru saja selesai mandi Ketika kudengar seseorang melangkah masuk ke dalam rumah. Aku tersenyum simpul, itu pasti Suga, masih dengan memakai bathrobe aku keluar dari kamar dan betapa terkejutnya aku Ketika yang kudapati adalah Jimin. Dia tersenyum padaku, tapi aku bisa merasakan ada sesuatu yang aneh di senyumannya.

Tidak menunggu lama aku segera berlari, hendak masuk ke dalam kamar, tetapi Jimin berhasil meraihku, dia memelukku sangat erat.

"Lepaskan aku! Dasar brengsek!" cercaku Ketika Jimin memutar tubuhku menghadapnya.

"Suga hyung, Taehyung, dan sekarang seorang trainee yang bernama Jayden?" Jimin berkata lirih, dia menggenggam kedua tanganku lebih tepatnya meremasnya, karena aku terus berontak berusaha lari dari kungkungan Jimin.

"Lalu mengapa aku tidak?" Jimin menatapku nanar "mengapa kau tak memberikan cintamu padaku juga?!" setelah mengucapkan itu, Jimin memaksa menciumku, meskipun tentu saja aku berusaha mengelak.

"Apa kau tahu betapa tergila-gilanya aku padamu?" Jimin masih terus mengukuhku, tapi sekuat tenaga aku berusaha melepaskan diri darinya juga.

"Lepaskan aku brengsek!" sekali lagi aku berteriak tepat di depan wajahnya, kupikir cukup membuatnya oleng, karena genggaman tangannya terlepas, aku berlari, tetapi dia malah menarik bathrobe ku membuatnya terlepas hingga kini aku fullnaked, tapi aku tidak peduli, aku terus berlari, ke dalam kamar, tapi sayang, dia berhasil menahan pintunya Ketika hendak ku tutup hingga dia berhasil masuk ke dalam kamar.

"Pergi dari sini Jim, kumohon" jujur saja aku takut, Jimin terlihat sangat menakutkan sekarang.

"Mengapa orang lain sangat mudah untuk kau cintai sedangkan aku tidak pernah menapatkan cintamu? Apa aku tidak pantas? Aku bisa mengerti jika itu Taehyung dan Suga hyung, tapi ini seorang trainee?" aku tidak bisa mendeskripsikan bagaimana tampang Jimin sekarang, dia tampak marah, sangat marah.

"Aku dan Jayden itu sudah sangat lama Jim, sebelum aku bertemu kalian" aku mencoba menjelaskan, berharap Jimin sedikit tersentuh, tapi nyatanya, dia malah mendorong tubuhku hingga aku terlentang di atas tempat tidur, kemudian dia membuka kakiku lebih lebar, Ketika aku hendak berdiri, dia malah menampar pipiku hingga aku bisa merasakan cairan amis di sudutnya.

"Jim..." lirihku dengan air mata yang terurai karena kini Jimin terus mendorong dirinya ke dalamku dengan sangat kuat hingga aku merasa akan terbelah dua.

"Jimin, please, hen, hentikan" pintaku, tenagaku sudah tak ada lagi, hingga yang terdengar hanya lirih suaraku, tapi Jimin seperti kerasukan, dia menyerangku dengan membabi buta, rasanya sakit, hingga aku tak punya kekuatan untuk melawan, apalagi saat dia meraih kedua tanganku, menariknya, dan menghujam. Aku hanya bisa menangis, aku sudah kehilangan daya.

"Aku akan menjadikanmu milikku" Jimin di tengah-tengah serangannya, aku hanya bisa menangis, kenapa jadi seperti ini?

"BRENGSEK!" suara itu kemudian terdengar oleh telingaku, aku membuka mata yang sempat terpejam tadi karena pasrah dengan keadaan, tapi bukannya menenangkan, aku malah merasa lebih bersalah, Suga datang dan menghantam Jimin hingga Jimin terjatuh di lantai kemudian mengahajarnya habis-habisan, yang membuatku makin histeris, kini Jimin tak sadarkan diri, wajahnya berlumuran darah, tapi Suga terus menyerangnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Taehyung menghampiriku sembari memakaikan selimut tebal untuk menutupi tubuhku.

"Ta, Tae, dia akan membunuhnya" ucapku menunjuk ke arah Suga dan Jimin, Taehyung segera menarik Suga.

"HYUNG! KAU BISA MEMBUNUHNYA!" untung saja Taehyung bisa mengimbangi kekuatan Suga hingga berhasil menjauhkan Suga dari tubuh tak sadarkan diri Jimin.

*

Aku tidak bisa menduga semuanya akan se kacau ini. Semuanya terjadi begitu cepat seperti mimpi buruk yang menghampiri di tidur malamku, lalu menghilang begitu saja, bedanya mimpi yang ini nyata berbekas, dan seketika aku tidak bisa mengendalikan semuanya.

Aku terpuruk duduk dI pojokan tempat tidur dengan memeluk lutut Ketika Taehyung datang membawakan aku secangkir teh chamomile hangat.

"Minumlah" Taehyung menyodorkan cangkir itu padaku, aku masih diam, tak berselera walaupun hanya untuk sekedar meminum teh. Cukup lama Taehyung menyodorkan cangkir itu, hingga mungkin dia merasa jengah kemudian menaruh cangkir itu di nakas samping tempat tidur.

"Dengar, Anna" Taehyung meraih kedua pipiku, memaksaku menatapnya.

"Apapun yang terjadi aku akan tetap mencintaimu, aku akan selalu berada di sisimu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu" apa yang dikatakan Taehyung itu justru membuatku merasa makin buruk, aku melepas paksa tangannya dari pipiku tapi dia justru menarikku kedalam pelukannya, hingga membuat tangisku pecah lagi.

"Maafkan aku" aku mendengar Taehyung berbisik di telingaku "maafkan aku" katanya lagi mengulangi, aku makin larut dalam tangisku. Sebenarnya, keberadaan Taehyung di sisiku saat ini bisa jadi menenangkan, hanya saja, mengingat bahwa Taehyung adalah satu-satunya orang yang menyadari jika aku pernah di sentuh oleh banyak pria, membuatku merasa paling hina di mata Taehyung, dan aku hanya bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan saat ini dengan tangisan.

"Suga hyung pergi, entah kemana, sementara Jimin, dia baik-baik saja, hanya tulang hidungnya yang patah, dan rahangnya sedikit bergeser, selebihnya mungkin dia hanya mengeluarkan darah sedikit lebih banyak dari biasanya" Taehyung menjelaskan itu dengan nada sedikit lebh jenaka, aku tahu niatnya baik, dia pasti sedang berusaha untuk menghiburku tapi aku benar-benar tidak bisa memikirkan apapun sekarang selain merasa jijik pada diriku sendiri.

"Tae, apa kau tidak jijik padaku? Aku merasa seperti seorang pelac..."

"Ssttt....jangan mengatakan hal yang aneh" Taehyung meletakkan jari telunjuknya di bibirku.

"Tapi Tae...."

"Tidak ada yang boleh menyebutmu seperti itu, bahkan kau sendiri tidak boleh, mengerti?" Aku terdiam lama, menatap mata Taehyung lama, kami saling bertatapan, hingga akhirnya aku tak bisa membendung air mataku lagi.

"Maafkan aku" lirihku menunduk, isak tangis itu tak dapat kutahan lagi, maaf, tapi aku tidak tahu sejak kapan aku menjadi selemah ini.

"Ini bukan salahmu" Taehyung memelukku erat, mengusap punggungku mencoba menenangkan, sekarang aku tahu, aku bersyukur aku tidak sendirian di saat seperti ini.

To be continue_  

More than AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang